menyebabkan banyak butir tanah halus dan unsur hara terbawa air irigasi. Apabila pengelolaan tanah sempurna dilahan sawah bertujuan untuk menyiapkan
media tumbuh dan mengendalikan gulma maka efisiensinya perlu dipertanyakan Utomo dan Nazaruddin, 1966.
Suatu jenis tanah hydrosol lainnya yang penting dinegara kita adalah “Paddy Soil”. Meskipun demikian sebahagian besar para ahli masih meragukan
atau sama sekali tidak menyetujui untuk menempatkan jenis tanah ini sebagi jenis tersendiri, karena sifatnya yang berbeda-beda dan hanya merupakan
perkembangan dari jenis-jenis tanah. Jenis tanah ini akibat persawahan dengan menggenangi tanah sawah untuk waktu yang agak lama selama pertumbuhan padi,
sehingga terjadi proses pemindahan senyawa besi dan mangan dari lapisan atas dan diendapkan di lapisan bawah, pendataran permukaan tanah yang miring dan
air irigasi pada permukaan tanah. Sifat fisik tanah akibat pembentukan padas akan menghambat drainase dan dalamnya akar tanaman tetapi tidak menghambat
akar ke samping Darmawijaya, 1997 .
2.2. Karakteristik Kimia Tanah Sawah
Perubahan-perubahan kimia tanah sawah ini yang berkaitan erat dengan proses oksidasi–reduksi redoks dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan
tingkat ketersediaan hara dan produktifitas tanah sawah. Perubahan kimia yang disebabkan oleh penggenangan tanah sawah sangat mempengaruhi dinamika dan
ketersediaan hara padi. Keadaan reduksi akibat penggenangan akan merubah aktifitas mikroba tanah dimana mikroba aerob akan digantikan oleh mikroba
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
anaerob yang menggunakan sumber energi dari senyawa teroksidasi yang mudah direduksi yang berperan sebagai elektron seperti ion NO
3 -
, SO
4 3-
, Fe
3+
dan Mn
4+
Prasetyo dkk, 2004. Faktor-faktor penting yang mempengaruhi lahan sawah adalah cuaca
reduksi yang menyebabkan drainase buruk, pH rendah dan ketersediaan bahan organik untuk diserap, adanya sejumlah mangan dan senyawa besi dan
kemampuan perkolasi ke bawah, Hal ini menyebabkan terbentuknya tanah permukaan yang banyak mengandung lapisan debu dan berwarna cerahmuda
yang tebalnya sejajar dengan permukaan tanah sawah setelah di teras. Sebagai contoh Koenings 1957 melaporkan suatu susunan horizon morfologi tanah
sawah di Jawa Barat yaitu: - Top soil sedalam 0 sampai 15 cm pH 5,3
- Sub soil sedalam 60 cm pH 5,5 - Fe layer sedalam 22 sampai 26 cm pH 5
- Mn layer sedalam 26 sampai 40 cm pH 5,1 Khusus di lahan sawah, menurut Liu 1985 bahan organik mempengaruhi
pembentukan lapisan reduksi baik secara langsung maupun tidak. Bahan organik merupakan sumber utama elektron selama dekomposisinya dimana elektron ini
dapat membantu pembentukan lapisan reduksi tanah dan sekaligus mereduksi ferri mangan dan sulfat menjadi Fe
2+
Mn
2+
dan S
2-
dengan demikian tanaman terhindar dari keracunan. Penggenagan dapat mengendalikan nilai pH tanah
sawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kompos tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah.
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
Menurut Conrad 1989 peningkatan pH akan mengakibatkan produksi CH
4
serta degradasi bahan organik dan sebaliknya. Hasil penelitian Darman 2003 menunjukkan bahwa peningkatan pH setelah digenangi selama 45 hari,
menyebabkan meningkatnya P-tersedia. Hal ini disebabkan karena kelarutan phospat meningkat, ini berarti semakin besar phospat yang tersedia di dalam
tanah. Setelah itu dengan pemberian bahan organik juga menunjukkan bahwa ketersediaan P mengalami peningkatan setelah digenangi selama 45 hari,
sedangkan Al dan Fe dalam larutan tanah mengalami penurunan setelah digenangi.
Ketersediaan Nitrogen dalam keadaan tergenang lebih tinggi dari pada keadaan tidak tergenang. Ketersediaan ini meningkat dengan semakin tingginya
kadar Nitrogen, pH dan suhu tanah. Keadaan yang unik dalam keadaan tergenang menyebabkan modifikasi yang besar dari proses transformasi nitrogen. Lapukan
bahan organik yang dapat melepaskan ion amonium dalam larutan tanah berjalan lebih lambat dalam keadaan tergenang daripada tidak tergenang. Sebahagian besar
nitrogen anorganik pada tanah tergenang larut dalam air atau diadsorpsi oleh komplek pertukaran. Nitrogen anorganik dalam keadaan tergenang dalam bentuk
nitrat cepat hilang karena denitrifikasi, pencucian dan diserap oleh tanaman. Urea dihidrolisis sama cepatnya pada tanah tergenang maupun aerobik Ismunandji
dkk, 1988. Proses penggenangan mendorong pelepasan K
+
tertukarkan ke dalam bentuk dapat larut dengan menstimulasi Fe
3+
dam Mn
4+
, dimana K
+
yang dapat larut dapat mencapai nilai maksimum pada puncak reduksi tanah, penyematan dan
Muslimah: Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun, 2007. USU e-Repository © 2008
pelepasan K dalam tanah dipengaruhi oleh faktor tanah diantaranya adalah jumlah lempung, jumlah dan aktifitas Fe, Al, Ca, Mn, pH tanah dan status oksidasi
reduksi tanah Sanchez, 1976 Kimia tanah sawah sangat penting hubungannya dengan teknologi
pemupukan yang efesien. Aplikasi pupuk baik jenis, takaran, waktu maupun cara pemupukan harus mempertimbangkan sifat kimia tersebut. Sebagai contoh adalah
teknologi nitrogen, dimana jenis, waktu dan cara pemupukannya harus memperhatikan perubahan perilaku hara N dalam tanah sawah agar pemupukan
lebih efisien. Sumber pupuk N disarankan dalam bentuk amonium NH4
+
dimasukkan ke dalam lapisan reduksi dan diberikan 2-3 kali Prasetyo, dkk, 2004.
2.3. Potensi Tanah Sawah di Nanggroe Aceh Darussalam