Hipertensi primer atau hipertensi esensial Kerangka Konsep Penelitian Hipotesis Jenis Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Teknik Pengumpulan Data

alkohol, faktor genetik keturunan, obesitas kegemukan dan berbagai macam penyakit, b Faktor psikologis yang meliputi faktor stres dan manajemen stres.

2.4.3. Klasifikasi hipertensi

Menurut Kaplan 2006, hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat 80 dari ukuran manset menutupi lengan setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang, atau paling sedikit selama 5 menit sampai 30 menit setelah merokok atau minum kopi. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibedakan mejadi dua golongan antara lain:

a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial

Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya namun ada beberapa faktor yang diduga menyebabkan terjadinya hipertensi tersebut antara lain: 1 Faktor keturunan, seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya menderita hipertensi, 2 Ciri perseorangan, ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis kelamin dan ras, 3 Kebiasaan hidup, yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi, kegemukan, makan berlebih, stres, merokok, minum alkohol, minum obat-obatan tertentu misalnya prednisone dan epinefrine.

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh beberapa penyakit antara lain: 1 Penyakit parenkim ginjal, 2 Penyakit renovaskuler, 3 Hiperaldeseronisme primer, 4 Sindrom Crusig, 5 Obat kontrasepsi dan 6 Koarktasio aorta. Berikut ini dipaparkan dalam table mengenai klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa berdasarkan JNC-VII The Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure.Classification BP Universitas Sumatera Utara Tabel 2.4. Classification of Blood Pressure Kaplan, 2006 Category SBP mmHg Systolic Blood Presurre DBP mmHg Diastolic Blood Presurre Normal 120 and 80 Prehypertension 120–139 or 80–89 Hypertension, Stage 1 140–159 or 90–99 Hypertension, Stage 2 ≥160 or ≥100

2.4.4. Diagnosis hipertensi

Sherwood 2001 menyatakan bahwa tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau berbaring selama lima menit. Misalnya diperoleh angka 14090 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi, tetapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu kali pengukuran. Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi maka tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak dua kali pada dua hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi tetapi digunakan juga untuk menggolongkan beratnya hipertensi. Setelah diagnosis ditegakkan dilakukan pemeriksaan terhadap organ utama terutama pembuluh darah, jantung, otak dan ginjal. Pemeriksaan untuk menentukan penyebab dari hipertensi terutama dilakukan pada penderita usia muda. Pemeriksaan ini bisanya berupa rongent dan radioisotope ginjal, rongent dada serta pemeriksaan darah dan air kemih untuk hormon tertentu. Berdasarkan uraian di atas diagnosa hipertensi tidak bisa diberikan hanya dalam satu kali pengukuran. Untuk lebih meyakinkan adanya hipertensi diperlukan pengukuran tekanan darah sebanyak kurang lebih dua sampai tiga kali dengan dokter yang sama. Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah rumusan secara singkat dan jelas tentang definisi variabel dan indikator sampai pada tingkat mudah untuk dipahami secara kualitatif dan mudah untuk dilakukan pengukuran secara kuantitatif. Di sini mencakup variabel independen dan variabel dependen.

3.2.1. Variabel Independen : Rasio Lingkar Leher dan Lingkar Pinggang

a. Definisi operasional : Rasio lingkar leher dan lingkar pinggang adalah perbandingan dari lingkar leher dan lingkar pinggang setelah keduanya telah diukur. Lingkar leher Neck Circumference adalah besaran lingkar leher dalam sentimeter cm. Lingkar pinggang waist circumference adalah besar lingkar pinggang dalam sentimeter cm. b. Alat ukur : Pita pengukur metline : Pita pengukur yang digunakan adalah jenis plastic tape measuring, dengan ketelitian 1 mm. c. Cara ukur : 1. Lingkar Leher Diukur pada posisi berdiri tegak, tenang, dan kepala menghadap lurus ke depan. Pada pria dengan prominentia laryngeal adam’s apple, lingkar leher diukur tepat di bawah adam’s apple. Sedangkan pada wanita, lingkar leher diukur pada bagian tengah leher, yaitu di antara spina midcervicalis dan midanterior leher, Rasio Lingkar Leher – Lingkar Pinggang Tekanan Darah Universitas Sumatera Utara pastikan pita pengukur tidak menekan leher terlalu ketat. Nyatakan lingkar leher dalam cm. Gambar 3.2. Pengukuran Lingkar Leher 2. Lingkar Pinggang Diukur dalam posisi berdiri tegak dan tenang. Baju atau penghalang pengukuran disingkirkan. Letakkan pita pengukur di tepi atas crista illiaca dextra. Kemudian pita pengukur dilingkarkan ke sekeliling dinding perut setinggi crista illiaca. Yakinkan bahwa pita pengukur tidak menekan kulit terlalu ketat dan sejajar dengan lantai. Pengukuran dilakukan saat akhir dari ekspirasi normal. Nyatakan lingkar pinggang dalam cm. Gambar 3.3. Pengukuran Lingkar Pinggang d. Skala pengukuran : Skala Rasio 3. Rasio Lingkar Leher dan Lingkar Pinggang Hasil dari pengukuran lingkar leher dan lingkar pinggang dibuat dalam suatu perbandingan rasio. Universitas Sumatera Utara

3.2.2. Variabel Dependen : Tekanan Darah

a. Definisi operasional : Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 80 mmHg. Nomor atas 120 menunjukkan tekanan ke pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistolik. Nomor bawah 80 menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastolik. b. Alat ukur : 1. Sphygmomanometer : Spygmomanometer yang dipakai adalah jenis spygmomanometer air raksa merek Riester dengan ketelitian 1 mmHg. 2. Stetoskop : Stetoskop yang digunakan dalam penelitian ini adalah stetoskop merek Litmann. c. Cara ukur : Responden diukur dalam posisi duduk pada lengan kanan setelah duduk tenang minimal 15 menit. Lengan kanan sedikit fleksi, lengan atas setinggi jantung. Lengan baju disingkirkan kemudian pasang manset yang lebarnya dapat melingkari sekurang-kurangnya 23 panjang lengan atas dan tidak boleh menempel baju. Stetoskop diletakkan di fossa cubiti dengan terlebih dahulu dilakukan palpasi arteri untuk mendapat posisi stetoskop yang tepat. Pemompaan dilakukan hingga 20-30 mmHg di atas tekanan waktu denyut arteri radialis tidak teraba. Pengempesan dilakukan dengan kecepatan 2-3 mmHg tiap detik. Tekanan sistolik dinyatakan dengan korotkoff I dan tekanan diastolik dengan korotkoff V. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali untuk mengambil rata-ratanya dengan selisih waktu pengukuran 5 menit. Universitas Sumatera Utara Gambar 3.4. Pengukuran Tekanan Darah d. Skala pengukuran : Skala Rasio

3.3. Hipotesis

Hipotesis untuk penelitian ini : Semakin besar rasio lingkar leher-lingkar pinggang, maka semakin rendah tekanan darah. Universitas Sumatera Utara BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik korelatif dengan pendekatan cross sectional. Didalam survei analitik, dari analisis bivariat dapat diketahui seberapa jauh perbedaan kontribusi faktor resiko tertentu terhadap adanya suatu efek kejadian tertentu. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross sectional di mana variabel-variabel pengukuran diukur sekaligus pada waktu yang sama.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Polisi Negara Sampali pada bulan Agustus 2011 hingga Oktober 2011. Pemilihan lokasi untuk penelitian ini mengambil faktor biaya yang rendah, progresi yang cepat terhadap pelaksanaan penelitian, dan penghematan tenaga. 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi penelitian Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti. Pada penelitian ini, populasinya adalah keseluruhan Anggota Kepolisian di Sekolah Polisi Negara Sampali yang berjumlah sekitar 160 orang.

4.3.2. Sampel Penelitian

a. Sampel yang diteliti : Seluruh anggota kepolisian di Sekolah Polisi Negara Sampali yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak mempunyai kriteria eksklusi seperti berikut : Kriteria inklusi : 1. Laki-laki berusia antara 35-55 tahun. Universitas Sumatera Utara Kriteria eksklusi : 1. Sedang menderita gangguan anatomi pada bagian leher dan pinggang. 2. Sedang menderita strumagoiter dan ascites. b. Cara memilih sampel: Sampel akan dipilih dengan menggunakan teknik non- probability sampling dengan cara consecutive sampling. Pada consecutive sampling, semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan, dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. c. Besar sampel : Penghitungan minimum besarnya sampel yang dibutuhkan untuk ketepatan dan validitas hasil penelitian adalah dengan menggunakan rumus analitik korelatif Sastroasmoro, 2010 di bawah ini : Maka : Keterangan : = besar minimum sampel = nilai batas normal dari tabel z yang besarnya tergantung pada nilai yang ditentukan peneliti = deviat baku alpha. Untuk = 0,05 maka z = 1,96 = nilai batas normal dari tabel z yang besarnya tergantung pada nilai yang ditentukan peneliti = deviat baku beta. Untuk = 0,1 maka z = 1,28 Universitas Sumatera Utara r = nilai korelasi kedua variabel rasio lingkar leher dan pinggang terhadap tekanan darah = 0,5

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Setelah responden diseleksi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, pengukuran data-data yang diperlukan akan dilaksanakan. Pengukuran rasio lingkar leher dan pinggang dilakukan dengan menggunakan pita ukurmetline dan dicatat hasilnya dalam unit sentimeter cm. Responden akan diukur tekanan darahnya dengan menggunakan sphygmomanometer dan hasilnya akan dicatat dalam unit mmHg. Pengumpulan data yang sistematik untuk setiap responden yang telah diukur akan dilakukan. 4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan Data

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL DENGAN TEKANAN DARAH PADA SUBJEK USIA DEWASA

5 21 62

HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG DAN RASIO LINGKAR PINGGANG PANGGUL DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA LAKI LAKI DEWASA

0 17 58

HUBUNGAN ANTARA UKURAN LINGKAR PINGGANG DENGAN KADAR GULA DARAH POSTPRANDIAL PADA ANGGOTA Hubungan Antara Ukuran Lingkar Pinggang Dengan Kadar Gula Darah Postprandial Pada Anggota Kepolisian Resor Karanganyar.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA UKURAN LINGKAR PINGGANG DENGAN KADAR GULA DARAH POSTPRANDIAL PADA ANGGOTA Hubungan Antara Ukuran Lingkar Pinggang Dengan Kadar Gula Darah Postprandial Pada Anggota Kepolisian Resor Karanganyar.

0 1 16

HUBUNGAN RASIO LINGKAR PINGGANG – PANGGUL DENGAN TEKANAN DARAH PADA GURU SMA N 1 WONOSARI KLATEN Hubungan Rasio Lingkar Pinggang – Panggul Dengan Tekanan Darah Pada Guru SMA N 1 Wonosari Klaten.

1 3 14

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang panggul terhadap tekanan darah pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

1 5 174

Hubungan antara Lingkar Pinggang dan Lingkar Panggul terhadap Tekanan Darah pada Mahasiswa Program Studi Kedokteran.

0 1 2

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar trigliserida dalam darah - USD Repository

0 0 83

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap kadar glukosa darah puasa - USD Repository

0 0 91

Korelasi lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul terhadap tekanan darah pada diabetes melitus tipe 2 di RSUD Kabupaten Temanggung - USD Repository

0 0 145