Analisis Kontrastif Kalimat Imperatif

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dijelaskan tentang konsep, landasan teori dan tinjauan pustaka yang dipakai untuk menganalisis masalah dalam penelitian ini agar ditemukan hasil yang sesuai dengan judul penelitian, dan tinjauan pustaka.

2.1 Konsep

Penggunaan konsep dalam sebuah penelitian sangat diperlukan. Konsep dapat dijadikan batasan penelitian yang akan dilakukan. Sesuai dengan judul yang diambil dalam penelitian ini, maka konsep yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kontrastif, kalimat imperatif.

2.1.1 Analisis Kontrastif

Secara umum memahami pengertian analisis kontrastif dapat ditelusuri melalui makna kedua kata tersebut. Analisis diartikan sebagai semacam pembahasan atau uraian. Pembahasan adalah proses atau cara membahas yang bertujuan untuk mengetahui sesuatu yang memungkinkan dapat mengetahui inti permasalahannya. Permasalahan yang ditemukan itu kemudian dikupas, dikritik, diulas dan akhirnya disimpulkan untuk dipahami. Moeliono 2000: 32 menjelaskan bahwa, “analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan”. Sedangkan, kontrastif diartikan sebagai perbedaan atau pertentangan antara dua hal. Perbedaan inilah yang menarik untuk dibicarakan, diteliti, dipahami. Moeliono 2000: 32 juga menjelaskan bahwa, “kontrastif diartikan sebagai bersifat membandingkan perbedaan”. Istilah kontrastif lebih dikenal dalam ranah kebahasaan linguistik. Sehubungan dengan ini kemudian muncul istilah linguistic contrastif yang merupakan cabang ilmu bahasa. Linguistik kontrastif membandingkan dua bahasa dari segala komponennya secara sinkronik sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan dan kemiripan-kemiripan yang ada. Dari hasil penemuan itu dapat diduga adanya penyimpangan-penyimpangan, pelanggaran- pelanggaran atau kesalahan-kesalahan yang mungkin dilakukan para dwibahasawan orang yang mampu menggunakan dua bahasa secara baik.

2.1.2 Kalimat Imperatif

Kalimat didefinisikan sebagai suatu susunan kata-kata yang teratur dan berisi pikiran yang lengkap Chaer, 2003: 240. Definisi seperti ini sama halnya seperti yang dikatakan oleh Alwi bahwa, kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh 2003: 311. Mengingat bahwa kalimat memuat pesan yang utuh, maka apa yang teramanatkan dalam kalimat sewaktu berlangsungnya “peristiwa cakapan” atau dialog menuntut suatu pernyataan pikiran yang pasti atau tegas. Jadi kepastian atau ketegasan pikiran akibat dari berlangsungya “peristiwa cakapan” atau dialog merupakan tujuan yang pokok. Peristiwa semacam ini dapat dikatakan berlaku pada setiap tipe kalimat. Salah satu diantara sekian tipe kalimat tersebut adalah kalimat imperatif. Menurut Kang 2011:25 Kalimat imperatif bahasa mandarin adalah kalimat yang mengarah kepada perintah , permohonan kepada pendengar agar melakukan apa yang dilakukan dan apa yang tidak dilakukan. Markhamah 2009: 71 mengungkapkan bahwa, kalimat imperatif bahasa Indonesia berisikan perintah kepada pembaca atau pendengar untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Berkaitan dengan kalimat imperatif, dalam bukunya Ramlan 2005: 39-40 menyebutnya sebagai kalimat suruh dan berdasarkan strukturnya, dibagi menjadi empat jenis, yaitu: 1 kalimat suruh yang sebenarnya, 2 kalimat persilahan, 3 kalimat ajakan, dan 4 kalimat larangan. Dengan demikian, persoalan kalimat imperatif secara konsep dapat dikatakan menyangkut adanya pernyataan yang tegas dari pihak pembicara dan adanya reaksi atau tanggapan yang pasti dari pihak lawan pembicara. Tipe kalimat imperatif dapat dikenali berdasarkan penentu wujudnya, baik yang bersifat morfologis maupun yang bersifat sintaktis, atau merupakan gabungan antar penentu wujud tersebut.

2.2 Landasan Teori