Teks Puisi Begitu Engkau Bersujud

Allah SWT sangat membenci hamba-hambaNya yang menyembah selain Allah SWT. Begitu bersujud panjatkan doa-doa dan ceritakan semua yang ada hanya kepada-Nya, maka Allah SWT akan senantiasa memberikan rahmat serta hidayah- Nya kepada orang-orang yang mau bersujud, berdoa, dan beribadah dengan hati yang ikhlas. Melalui sebuah puisi, yang berjudul Begitu Engkau Bersujud ciptaan Emha Ainun Nadjib ini, manusia diajak agar selalu bersujud hanya kepada Allah SWT dalam menjalankan kehidupan, agar semua yang dilakukan di dunia ini dapat diridhai oleh Allah SWT, sehingga manusia dapat selalu mengingat Allah SWT dan selalu berada dijalan yang sudah ditentukan oleh Allah SWT. Dalam puisi ini Emha pun mengajak masyarakat agar selalu berbuat baik terhadap sesama, yaitu dengan beramal serta selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT. Keyakinan diri bahwa Allah SWT itu ada dan hanya satu dapat di wujudkan dengan hal-hal seperti: selalu beribadah dengan ikhlas, berpasrah diri, berdoa setiap waktu kepada-Nya, beramal saleh, bertakwa menjalankan perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya. Semua itu merupakan bukti bahwa seseorang yakin Allah SWT itu ada. Tabel 4.1 Hal Yang Diamati Temuan Data Tema atau topik yang dikedepankan dalam suatu teks pada syair puisi “Begitu Engkau Bersujud ” karya Emha Ainun Nadjib. Tema yang diambil dari judul puisi tersebut adalah “sebuah keyakinan terhadap Allah SWT”. Dalam hal ini, sebagai umat muslim diperintahkan untuk selalu beribadah bersujud kepada Allah SWT dan menanamkan keyakinan pada diri, bahwa Allah SWT selalu ada kapanpun dan dimanapun. “Katakanlah olehmu hai Muhammad: Allah itu Maha Esa. Dialah tempat bergantung segala makhluk dan tempat memohon segala hajat. Dialah Allah, yang tiada beranak dan tidak diperanakkan dan tidak seorang pun atau sesuatu yang sebanding dengan Dia.” QS. Al Ikhlash 112: 1-4 Inilah pokok pangkal akidah, puncak dari kepercayaan. Mengakui bahwa yang dipertuhan itu ALLAH nama-Nya. Dan itu adalah nama dari Satu saja. Tidak ada Tuhan selain Dia. Dia Maha Esa, mutlak Esa, tunggal, tidak bersekutu yang lain dengan Dia. Pengakuan atas Kesatuan, atau Keesaan, atau tunggal-Nya Tuhan dan nama- Nya ialah Allah, kepercayaan itulah yang dinamai Tauhid. Berarti menyusun fikiran yang suci murni, tulus ikhlas bahwa tidak mungkin Tuhan itu lebih dari satu. Sebab Pusat Kepercayaan di dalam pertimbangan akal yang sehat dan berfikir teratur hanya sampai kepada Satu. Tidak ada yang menyamai-Nya, tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak pula ada teman hidup-Nya. Karena mustahillah kalau Allah lebih dari satu. Karena kalau Allah berbilang, terbahagilah kekuasaan-Nya. Kekuasaan yang terbagi, artinya sama-sama kurang berkuasa. 2. SuperstrukturSkematik Tingkat kedua yaitu superstruktur, alur dari bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk suatu kesatuan arti. 2 Dalam syair puisi “Begitu Engkau Bersujud”, skema teks dibuat dengan alur cerita kisah yang ada dalam Islam, dalam puisi ini Emha Ainun Nadjib memberi pelengkap hadist-hadist dan Al-quran yang ada dalam Islam. Adapun alur dari puisi “Begitu Engkau Bersujud” yaitu, pertama harus memahami arti syair dari puisi tersebut, kedua masuk kedalam syair melewati konflik syair puisi, dan ketiga masuk ke penutup atau resolusi. Syair-syair yang ada dalam puisi ini ditarik ke jalur pengertian kronologis dan konsistensi dalam membentuk kesatuan arti syair-syair tersebut dengan gagasan inti. Analisis teks dan temuan data dalam tingkat superstruktur dalam syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” sebagai berikut: a. Awal syair puisi begitu engkau bersujud Awal syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” karya Emha Ainun Najib, mempunyai makna yang menarik yaitu Emha Ainun Nadjib menuliskan: “Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid telah kau bangun selama hidupmu? 2 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 232 Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat ” Dalam hal ini Emha Ainun Nadjib ingin memberitahukan kepada pembaca ataupun masyarakat, bahwa ketika bersujud ataupun beribadah kepada Allah SWT selain di masjid, tetap bisa menjadi tempat yang suci. Pada umumnya umat muslim dianjurkan beribadah di masjid. Namun, agama Islam tidak pernah mempersulit pemeluknya, karena dimanapun tempatnya tetap dapat beribadah, berdoa dan bersujud kepada Allah SWT asalkan tempat tersebut bukan tempat yang terdapat najis. Ketika seseorang dengan ikhlas bersujud dan beribadah kepada Allah SWT, niscaya Allah SWT akan mempermudah segala urusan-urusannya dan keikhlasan sesesorang dalam beribadah kepada-Nya sangat diharuskan, sebab jika seseorang tidak mempunyai rasa ikhlas dalam bersujud dan beribadah, maka Allah SWT pun enggan menurunkan rahmat dan hidayah-Nya terhadap hamba-Nya. Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda: “Keadaan paling dekat seorang hamba dari rabbnya adalah ketika dia dalam keadaan sujud, maka perbanyak doa di dalamnya.” HR. Muslim. 3 Dari hadist tersebut bisa dipahami bahwa sujud merupakan suatu yang istimewa yang bisa dilakukan demi mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semakin seseorang perbanyak sujud maka semakin besar pula kemungkinan doa akan di kabulkan oleh Allah SWT. b. Konflikisi syair puisi begitu engkau bersujud Di bagian kedua terdapat konflik ketika seseorang melakukan hal baik dimanapun dan kapanpun atas dasar beribadah kepada Allah SWT. Puisi yang 3 https:moslemsunnah.com20120106perbaiki-sujud-anda-karena-itulah-keadaan-paling- dekat-dengan-allah Di akses pada tanggal 2 november 2014. berjudul Begitu Engkau Bersujud, seolah-olah Emha menggambarkan bahwa, ibadah pada dasarnya dapat dilakukan dimanapun asalkan tempat tersebut terhindar dari najis dan di dalam puisi tersebut menggambarkan bahwa Allah tidak pernah mempersulit hamba-Nya, jika hamba-Nya mau beribadah dan berusaha. Dalam bait syair puisi tersebut dikatakan setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud, berikut sepenggal puisi Begitu Engkau Bersujud yang menjadi konflik dari puisi: “Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud ” “Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan ” “Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang ” Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara adzan ” “Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid” “Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang Allah, engkaulah kiblat ” “Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang didengar Allah, engkaulah tilawah suci ” Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai Allah, engkaulah ayatollah” jadi betapa Maha Besarnya Allah SWT, dengan segala keagungan-Nya memberikan kemudahan hamba-Nya untuk selalu bertakwa kepada-Nya. Dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 49:                yang artinya Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang ada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan juga para malaikat, sedang mereka tidak menyombongkan diri. Dalam ayat tersebut, jelas bahwa segala apapun yang ada di dunia ini, segala apapun ciptaan Allah SWT, mereka semua hanya bersujud kepada Allah SWT bahkan Malaikatpun tunduk patuh dan bersujud hanya kepada Allah. c. AkhirPenutup resolusi Emha Ainun Nadjib menulis puisi “Begitu Engkau Bersujud” seakan menggambarkan keadaan sekitar dan kondisi masyarakat. Emha Ainun Nadjib bersajak dan berusaha mengingatkan pembacanya, bahwa keyakinan kepada Allah SWT terutama umat muslim itu hukumnya mutlak. Emha menyuarakan seruan moral melalui puisi, agar para pembaca terutama kaum muda, bisa menjalankan syariat agama sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan Allah SWT. Emha Ainu n Nadjib membantu para da‟i melalui sajak-sajak atau bait-bait puisi kepada para pencinta sastra, akan tetapi di saat seperti sekarang ini, tidak hanya pecinta sastra yang sukar akan membaca puisi, masyarakat umum sekarang mulai terbiasa dengan puisi-puisi. Maka dari itu Emha menyelipkan sebuah dakwah di dalam puisinya, dengan tujuan para pembaca yang terdiri dari berbagai kalangan tersebut, bisa memahami setidaknya bisa mengetahui hakikat-hakikat Islam, mana yang baik, mana yang buruk, mana yang musti dilakukan dan mana yang musti dijauhi, semua itu dilakukannya hanya karena Allah SWT semata, Emha tidak pernah ingin dirinya dikenal masyarakat luas, tapi Emha ingin dikenal melalui karya-karyanya yang bisa bermanfaat untuk masyarakat luas. “Kalau engkau bawa badan mu bersujud, engkaulah masjid.” Sepenggal syair tersebut membuktikan atau memberitahukan bahwa jika seseorang melakukan hal baik kepada Allah maka bisa di katakan orang tersebut telah melakukan ibadah dan itu mendapatkan pahala dari Allah SWT, maka perbanyaklah kebaikan-kebaikan diri, agar di yaumil-akhir nanti mendapatkan syafaat dari Allah SWT. Berikut sepenggal akhir syair puisi Begitu Engkau Bersujud: “Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud, karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud menjadilah engkau masjid” Tabel 4.2 Hal Yang Diamati Temuan Data Elemen ini menunjukan bagaimana bagian-bagian dari pendahuluan sampai akhir, dalam teks disusun dan di urutkan menjadi satu kesatuan arti Dan apakah mereka tidak memperhatikan, segala sesuatu yang Telah diciptakan Allah, yang bayangannya berbolak- balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud kepada Allah, sedang mereka berendah diri?                   QS. An-Nahl, 16: 48 Ayat ini menyamakan bayangan sesuatu yang jatuh ke tanah dan tertunduk dengan kondisi sujud. Allah berfirman, tidak hanya seluruh makhluk-Nya yang bersujud kepada- Nya, tapi juga bayangan mereka tunduk dan sujud di hadapan-Nya. Jelas, seluruh ciptaan Allah mengikuti undang-undang dan aturan ilahi dan tidak mungkin terjadi kesalahan padanya. Dengan kata lain, mereka taat mutlak kepada Sang Pencipta dan tidak mungkin menyimpang dari jalur yang telah ditetapkan. Itulah mengapa bayangan segala sesuatu mengikuti zat aslinya yang mengikuti sunnah ilahi. 3. Struktur Mikro Struktur yang terakhir dalam kajian teks Teun Van Dijk adalah struktur mikro. Menurut Van Dijk makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. 4 Yaitu makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar proposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks. Elemen-elemen dari strukur mikro adalah semantik, sintaksis, stalitik dan retoris. a. Semantik, merupakan studi linguistik yang mempelajari makna atau arti bahasa. Secara singkat adalah studi tentang makna, dalam semantik makna yang dicari adalah sesuatu yang ditetapkan dalam teks dan terlihat dari hubungan antar kalimat, presepsi yang membangun makna tertentu dalam suatu bentuk teks. Tabel 4.3 Hal Yang Diamati Temuan Data Semantik makna yang ingin ditekankan dalam syair puisi Begitu Engkau Bersujud karya Emha Ainun Nadjib. Dalam hal ini syair puisi Begitu Engkau Berujud menekankan sebuah pola pikir dari penulis untuk memberikan informasi, bimbingan, arahan ataupun ajakan kepada masyarakat luas untuk selalu bersujud kepada Allah SWT. Ada beberapa pengulangan kata bersujud dalam puisi tersebut, hal itu menunjukan adanya penekanan terhadap kata bersujud yang berarti sebuah makna yang jelas ingin disampaikan kepada khalayak. 4 Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framin, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, h. 80.             “Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada Tuhan yang hak selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” QS. Thaha 20: 14 Elemen-elemen dari semantik adalah latar, detail dan maksud. Berikut ini kajian semantik dari syair p uisi “Begitu Engkau Bersujud” : 1 Latar, merupakan bagian teks yang mempengaruhi arti yang ingin ditampilkan, biasanya mencerminkan idiologis sang penulis. Latar yang menunjukan idiologis penuli snya dalam secarik syair puisi “Begitu Engkau Bersujud ” : Judul puisi---------- “Begitu Engkau Bersujud” “Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid ” “Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid ” “Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid telah kau bangun selama hidupmu? „Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat ” 2 Detail, detail adalah suatu unsur elemen semantik yang mengemukakan strategi penulis dalam mengekspresikan sikapnya dengan cara implicit atau tersamar. Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh penulis atau pengarang tidak selalu diungkapkan secara terbuka, akan tetapi seseorang bisa membaca bagian mana yang diuraikan penulis dengan detail yang sedikit dan yang diuraikan panjang lebar, detail yang diuraikan tersebut negatif dan positif. Setiap bait syair puisi “Begitu Engkau Bersujud‟ sangat menyentuh sekali karena betapa Allah SWT maha pemurah, memberikan kemudahan bagi hambaNya yang mau bersujud hanya kepadanya, setiap kata ada pengartiannya dan setiap makna ada kenyataanya. 3 Maksud, dalam detail penulis menuliskan sikap secara implicit, tetapi pada eleman maksud ini, sikap penulis diekspresikan secara eksplisit. Informasi yang ingin disampaikan diuraikan secara jelas, dengan kata-kata yang tegas dan langsung menunjuk pada fakta. Contoh elemen maksud pada syair puisi Begitu Engkau Bersujud antara lain: “Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid” Dari secarik syair di atas sangat jelas bahwa informasi yang terdapat dalam teks syair tersebut disajikan secara terbuka. Dengan begitu pembaca akan mudah dan cepat mengerti akan maksud dari teks syair tersebut. b. Sintaksis, merupakan elemen struktur mikro yang kedua, berupa pembicaraan mengenai bahasa dalam suatu kalimat. Sintaksis adalah bagian ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. Sintaksis menerangkan bagaimana sebuah kata atau kalimat disusun sebagai sebuah satuan arti. Elemen-elemen sintaksis adalah koherensi bentuk kalimat dan kata ganti. Tabel 4.4 Hal Yang Diamati Temuan Data Bagaimana pendapat disampaikan dalam suatu berita ataupun wacana, sintaksis dibagi menjadi tiga bagian yaitu: koherensi, bentuk kalimat dan kata ganti. Dalam puisi ini, cara penyampaian, pemilihan kata demi kata dan penggabungan kalimat dapat mempengaruhi minat masyarakat untuk membaca ataupun mengaplikasikan apa yang diperintahkan atau diinformasikan puisi tersebut. Penggabungan kata yang mudah dimengerti dan pemilihan bahasa yang tinggi membuat puisi tersebut semakin menarik. 1 Koherensi, merupakan pertalian antar kalimat, biasanya diamati dengan kata memakai dan kata penghubung konjungsi : dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun dan lain sebagainya. Hal ini terdapat pada sajak syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” : “Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tem pati itu menjadi sebuah masjid” “Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid” Koherensi pada teks dia tas ditunjukan pada kata “ yang“. Kata yang, menghubungkan kalimat begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid. Koherensi pada teks setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid. Sehingga kalimat tersebut menjadi koheren. Kemudian koheren pada bait syair selanjutnya terhadap syair puisi Begitu Engkau Bersujud. “Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang didengar Allah, engkaulah tilawah suci Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai Allah, engkaulah ayatollah” Koherensi pada teks syair diatas ditunjukan pada kata “yang” dan “dan” dalam kalimat tersebut kata yang disitu menunjukan kata penegasan kalimat “mendengar yang didengar. Kemudian koherensi pada kalimat dan disitu ditunjukan karena adanya kata penghubung antara kalimat yang satu dan kalimat yang lain dengan menggunakan kata dan. 2 Bentuk kalimat, adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berikir logis, yaitu prinsip kualitas, di mana Emha menanyakan apakah A menjelaskan B atau kah B menjelaskan A. jika diterjemahkan kedalam bahasa menjadi susunan subjek yang menerangkan dan predikat yang diterangkan. Dalam ilmu bahasa bentuk kalimat ini terbagi menjadi dua yaitu bentuk kalimat pasif dan bentuk kalimat aktif. Dalam kalimat aktif seseorang merupakan subyek dari sebuah pernyataan. Sedangkan dalam kalimat pasif seseorang merupakan sebuah obyek dari sebuah pernyataan. Berikut mengenai bentuk kalimat dalam syai r puisi “Begitu Engkau Bersujud”: “Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid” kalimat di atas di tulis dalam bentuk kalimat aktif, dalam hal ini sangat jelas bahwa kata engkau menunjukan seseorang yang melakukan pekerjaan, dalam kalimat engkau disitu menerangkan bahwa seseorang sedang melakukan pekerjaan bersujud. Syair puisi selanjutnya: “Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifa t” dari kalimat diatas dapat disimpulkan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat pasif dalam hal ini kata menara berada dalam posisi objek dari pernyataan, dan dalam kalimat diatas terlihat jelas bahwa tak terbilang jumlahnya itu kalimat pelengkap dari objek yaitu menara. 3 Kata ganti, menerangkan kekuatan karakter tokoh dalam suatu teks. Dalam syair puisi Emha Ainun Nadjib yang berjudul “Begitu Engkau Bersujud” pada cuplikan teks tersebut: “Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjad i sebuah masjid” “Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid” pada cuplikan syair di atas penulis memposisikan “engkau” sebagai tokoh orang yang bersujud dan bersembah kepada Allah SWT, begitupun di bait berikutnya, penulis mengulang kata “engkau” sehingga hal tersebut mempertegas bahwa kata “engkau” lah yang jadi kata ganti disisni. c. Stalistik Stalistik adalah cara yang digunakan pengarang untuk menyatakan maksud melalui pilihan kalimat syair yang digunakan. Dalam menyajikan syair, pengarang menggunakan bahasa yang sederhana. Tabel 4.5 Hal Yang Diamati Temuan Data Stalistik Cara komunikator dalam menyampaikan maksudnya dengan menggunakan gaya bahasa yang diinginkan oleh komunikator Hal ini sangat penting diperhatikan, karena tutur bicara, gaya bahasa sang pengarang sangat mempengaruhi keberlangsungan dakwah itu sendiri, dalam puisi ini pengarang memperhatikan betul secara detail pemakaian kata-kata yang mudah dimengerti dan diingat. Sehingga hal tersebut, dapat memberikan sugesti yang positif bagi pembacanya dan memberikan manfaat bagi pembacanya, atau pun sekedar menambah pengetahuan, itu semua tergantung dari pembaca menyikapinya. Pilihan sajak syair yang dipakai pengarang dalam puisi “Begitu ngkau Bersujud ” menunjukan kesederhanaan dan ajakan ataupun pemberitahuan. Seperti pada syair berikut: “Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid” “Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid telah kau bangun selama hidupmu? “Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat” i tulah sebuah sajak syair puisi “Begitu Engkau Bersujud “ dari kalimat- kalimat diatas menunjukan bahwa Emha Ainun Nadjib, ingin memberitahukan kepada khalayak umum, bahwa betapa maha pemurahnya Allah SWT kepada hamba-hambanya yang mau bersujud dan bersembah hanya kepada-Nya, maka akan selalu ada balasan dari Allah SWT, berupa pahala yang kelak akan membantu seseorang di akhirat nanti, sebesar kacang kebaikan yang dilakukan maka sebesar kacang pula balasan yang di dapat, maka dari itu penulis memberitahukan kepada khalayak apabila setiap sujud yang dilakukan secara ikhlas maka setiap itu pula pahala yang di dapat, betapa besar dan banyaknya pahala, apabila seseorang sering melakukan sujud secara ikhlas. d. Retoris Elemen yang terakhir diamati dalam teks adalah retoris, yang mempunyai fungsi persuasive atau mempengaruhi. Dalam hal ini, Van Djik membagi retoris dalam tiga elemen, yaitu: 1 Grafis Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa, apa yang ditekankan atau ditonjolkan oleh seorang, yang dapat diamati dari teks. Eleman grafis ini biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain atau berbeda, dibandingkan tulisan lainnya. Pemakaian huruf tebal, huruf miring, pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar, termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar, atau table untuk mendukung arti penting suatu pesan. Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto, gambar, atau table untuk mendukung gagasan, serta pemakaian angka-angka yang diantaranya digunakan untuk mensugestikan kebenaran dan ketelitian. Pada teks syair pu isi “Begitu Engkau Bersujud” tidak ditemukan adanya grafis semua tulisan teks berukuran sama tidak ada yang berbeda dari tulisan lain di dalam teks tersebut. 2 Metafora Metafora adalah kiasan atau ungkapan yang dapat dijadikan sebagai landasan berfikir alasan pembenar atau pendapat kepada publik. Metafora yang terdapat pada syair puisi begitu engkau bersujud yaitu: 1. “Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid” Pada hakikatnya dimanapun tempat yang orang-orang pergunakan untuk bersujud akan menjadi “masjid” tempat sujud. Ilustrasi “terbangunlah ruang yang kau tempati menjadi sebuah masjid” ini hanya penggambaran kepada suatu yang tidak tampak yang masih bersifat abstrak seperti “tempat sujud” menjadi terasa nyata yaitu kata “masjid”. Dari ilustrasi ini maka diperoleh keterangan bahwa, setiap kali seseorang bersujud maka setiap itulah membangun kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain. Bisa juga mengandung arti pahala dari satu kali sujud itu sebanding dengan nilai pahala ketika seseorang bersedekah membangun masjid. Masjid itulah yang nantinya akan menjadi aset pahala. 2. “Setiap kali engkau bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid” “Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid telah kau bengun s elama hidupmu?” Dari Gambaran yang Emha sampaikan jika seseorang mau menyempatkan sekali saja, untuk bersujud maka itu sama saja dengan membangun satu buah masjid. Bayangkan jika berkali-kali melakukan sujud, berapa banyak rumah Allah yang dibangun. 3. “Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat.” Tak terhitung jumlahnya, sampai-sampai mendekati kepada kursi Allah. Memasuki alam makrifat berupa menjadi kekasih Allah. Seperti yang digambarkan pada bait pertama baris terakhir sajak ini “memasuki alam makrifat”. Dalam konsep maqam Islam, istilah makrifat berada satu tingkat dalam ilmu tarikat berposisi tingkatannya diatas syariat. Dengan kata lain, dia mengetahui apa yang orang lain tidak mengetahuinya atau tidak menyadarinya. Dalam tingkatan ini, orang akan mencondongkan segala jiwa, hatinya, fikirnya, kepada dzatullah. 4. “Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha Allah SWT, menjelma jadi sajadah kemuliaan” Metafora “sajadah kemuliaan” mengiaskan jalan menuju Allah SWT. Ini akan menjadi petunjuk jika seseorang mau bersedekah, membagi harta kepada sesama dengan mengharap ridho Allah SWT. ”Harta” disini meliputi kekayaan yang berbentuk harta dan ilmu. Karena sesungguhnya “terdapat harta orang fakir dalam kekayaan yang kita miliki” dan dalam hal ilmu, Emha mengajak pembaca membagi ilmu kepada orang lain. Ini sejalan dengan hadist Nabi “Barang siapa yang menyembunyikan ilmu, maka pada hari kiamat, akan dibeleng gu tagannya dengan api neraka”. 5. “Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan ke piring ke-ilahi-an, menjadi se- rakaat sembahyang” “Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk cinta kasih ke-Allah SWT-an, lahir menjadi kumandang suara adzan.” Emha menggambarkan dari simbol “setiap butir beras” yang diberikan kepada orang yang membutuhkan “piring ke-ilahi-an” imbalan atau pahala sebesar orang yang bersembahyang. Begitu juga dengan symbol “air” kebaikan-kebaikan atau sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain akan mengajak orang lain kepada kebaikan seperti hal nya “lahir menjadi kumandang adzan”. 6. “Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid” “Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang Allah, engkaulah kiblat” “Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang didengar Allah, engkaulah tilawah suci” “Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai Allah, engkaulah ayatollah” Dari untaian bait diatas, Emha menuturkan jika seseorang mau menggunakan semua ruh dan tubuh hanya untuk Allah. Maka itu sama artinya kita telah melebur dengan Allah. Menjalankan semua yang diperintahkanyang disukai Allah dan menjauhi segala larangan Allah yang dibenci Allah. Istilahnya adalah bertaqwa kepada Allah. Dengan taqwa maka seseorang akan mencapai apa yang digambarkan Emha melalui bait sajak diatas. 7. “Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud, karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud menjadilah engkau masjid” Bait terakhir dalam sajak ini merupakan kesimpulan dari ide bait-bait sebelumnya tentang bagaimana berprilaku kepada Allah. Dalam bait ini digambarkan b ahwa “menjadilah Engkau masjid”. 3 Ekspresi Elemen ekspresi merupakan bagian untuk meriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan oleh seseorang yang diamati dari teks, contohnya ekspresi senang, sedih, marah, kesal, kecewa, tertawa, tersenyum dan gembira. Tabel 4.6 Hal Yang Diamati Temuan Data Retoris Bagamana cara pengarang menyampaikan pesan melalui penekanan pada kalimat yang di perkuat oleh kiasan, ungkapan sehari-hari. Dalam hal ini, pengarang sengaja memberikan beberapa kiasan pada syair puisi tersebut, seperti metafora yang dapat dijadikan sebagai landasan berfikir pada masyarakat pembaca.

B. Kognisi Sosial

Analisis konteks sosial adalah kognisi sosial merupakan kesadaran mental penulis yang membentuk teks tersebut. Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi pemaknaan itu diberikan kepada pemakai bahasa sehingga disini diperlukan sebuah analisa guna mengetahui bagaimana representasi penulis dalam memproduksi sebuah teks. Kognisi sosial didasarkan pada anggapan umum yang tertanam akan digunakan untuk memandang peristiwa Pada puisi “Begitu Engkau Bersujud” yang di ciptakan Emha Ainun Nadjib dijadikan sebagai wadah, untuk menyampaikan sebuah pesan dan juga nasihat kepada masyarakat luas, untuk selalu bersujud kepada Allah SWT agar semua yang dilakukan didunia ini tidak melenceng atau keluar jalur dari arah yang sudah ditentukan Allah SWT, Sujud itu umum dilakukan. Dalam Islam, sujud dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Sujud adalah lambang “kerendahan qalbu”. Sujud adalah indikasi “tawadhu”. Tawadhu inilah yang sangat disukai oleh Allah. Allah berfirman dalam ayatnya: “Fasjud waqtarib”, maka hendaklah kamu bersujud dan mendekatkan diri kepada-Nya Sujud itu merupakan bukti ibadah yang ikhlas untuk Allah SWT. Karena jiwa dan raganya tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Itulah yang diinginkan Allah SWT dari orang-orang yang beriman. Bahkan secara khusus Allah SWT menyuruh Maryam al-batul untuk sujud kepada-Nya QS. Ali Imron3: 43.         Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan rukulah bersama orang-orang yang ruku shalatlah dengan berjamaah. Sujud itu memuji dan mengagungkan Allah SWT, d engan sangat „„mesra” Allah meminta hal itu dari kekasihnya, habibullah Muhammad SAW.        ”maka bertasbihlah dengan memuji Allah SWTmu dan jadilah kamu di antara orang- orang yang bersujud” QS. Al-Hijr 15: 98. Sebenarnya sujud adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan umat. Karena kesempurnaan seorang hamba terletak pada sujudnya. Kenikmatan itu sudah dirasakan oleh nabi muhammad SAW. Makanya beliau menganjurkan kepada umatnya, “Hendaklah engkau memperbanyak sujud. Karena tidaklah engkau sujud satu kali untuk Allah, melainkan diangkat derajatmu satu tingkat, dan dihapuskan satu kesalahanmu.” HR. Muslim. Nabi Muhammad SAW, menganjurkan bahwa kemuliaan dapat diraih lewat ketundukan jiwa, ketawadhu‟an qalbu, yakni “sujud”. Sujud merupakan suatu jembatan antara manusia dengan Allah SWT, melalui sujud rasa lebih dekat kepada Allah SWT itu tercipta, maka dari itu disaat bersujud berpasrah diri, semua yang bersujud dianjurkan berdoa dalam sujud itu. Sujud juga merupakan rasa syukur terhadap sang pencipta yang sudah memberikan beribu- ribu nikmat yang tidak ternilai harganya, dengan bersujud itu berarti telah mensyukuri dan berterimakasih kepada Allah SWT. 5 Sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh abu hurairah rhadiyallahu anhu bahwa rasulallah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Keadaan paling dekat seorang hamba dari rabbnya adalah ketika dia dalam keadaan sujud, maka perbanyak doa di dalamnya.” Berdasarkan hasil temuan peneliti syair puisi yang diciptakan Emha Ainun Nadjib bertemakan keyakinan kepada Allah SWT, syair tersebut diartikan sebagai pembangun sebuah wacana untuk menginformasikan pengetahuan tentang sujud kepada Allah SWT disemua lapisan masyarakat, dan tentunya hal tersebut tidak terlepas dari pola pikir Emha Ainun Nadjib, yang selalu mengikuti firman-firman Allah SWT dan hadist-hadist Nabi Muhammad SAW, untuk mengajak semua manusia agar selalu bersujud kepada Allah SWT setulus hati. Nikmat yang diberikan oleh Allah SWT begitu banyak, terkadang dalam kehidupan nyata nikmat tersebut sangat mudah diabaikan dan dilupakan begitu 5 Hasil wawancara dengan redaksi caknun, Emha Ainun Nadjib, tanggal 22 desember 2014 saja, sehingga terkesan bahwa manusia sekarang tidak mau berterimakasih kepada sang pencipta, maka dari itu dengan adanya puisi ini, Emha Ainun Nadjib mencoba mengingatkan masyarakat, untuk selalu bersyukur dan berterimakasih atas apa yang sudah Allah SWT berikan terhadap hambaNya, baik itu kebahagiaan ataupun cobaan sekalipun. 6 Memang begitu banyak hambatan-hambatan untuk mengingatkan manusia ataupun masyarakat dalam hal bersujud melalui puisi, tapi dengan upaya yang diridhai Allah SWT, pesan yang ingin Emha Ainun Nadjib sampaikan sudah semua tertuang dalam setiap kata-kata pada syair puisi ini dan semoga puisi ini membawa banyak manfaat bagi para pembacanya.

C. Konteks Sosial

Analisis konteks sosial dimaksudkan untuk melihat konteks atau latar belakang terbentuknya teks tersebut. Jadi ini berkaitan pula dengan keadaan situasional yang terjadi pada tulisan atau sebuah teks dibuat. Salah satu karya Emha Ainun Nadjib yaitu “Begitu Engkau Bersujud” yang mengungkapkan tema tentang “Keyakinan kepada Allah SWT”. Hal ini dapat dirasakan dari beberapa bukti. Pertama, Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid. Dari sepenggal puisi tersebut, penyair seolah-olah ingin merangkul masyarakat dengan tujuan bersujudberibadah kepada Allah SWT. Kedua, Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha Allah SWT, menjelma jadi sajadah kemuliaan. Penyair mengajak masyarakat untuk berbuat baik pada sesama yaitu dengan beramal serta selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. 6 Hasil wawancara dengan redaksi caknun, Emha Ainun Nadjib, tanggal 22 desember 2014