Serat pangan biasa dibedakan menjadi serat larut dan serat tidak larut serat kasar. Kandungan keduanya tergantung bahan pangan serta umur panen dari bahan
pangan tersebut. Menurut Harland and Oberleas 2001, mutu serat pangan dapat dilihat dari komposisi komponen serat pangan, dimana komponen serat pangan terdiri
dari komponen yang larut Soluble Dietary Fiber, SDF dan komponen yang tidak larut Insoluble Dietary Fiber, IDF. Serat pangan yang tidak dapat larut IDF
merupakan komponen terbesar sekitar 70 penyusun serat pangan total Total Dietary Fiber
, TDF dan sisanya sekitar 30 adalah komponen yang serat pangan yang dapat larut SDF Arief, 2008.
Serat yang tidak larut dalam air ada tiga macam yaitu sellulosa, hemisellulosa dan lignin membantu penyerapan air pasif, membuat feses lebih menggumpal dan
mempersingkat perjalanannya di usus besar. Serat tersebut banyak terdapat pada sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan. Sedangkan serat yang larut dalam air
adalah pektin, musilase dan gum akan mengalami fermentasi di usus dan menghasilkan produk akhir yang biasanya memiliki efek yang baik bagi kesehatan.
Serat ini juga banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran dan sereal sedang gum banyak terdapat pada aksia Joseph, 2002.
2.2.1 Manfaat Serat pangan
Pada masa lalu, serat pangan hanya dianggap sebagai sumber energi yang tidak terpakai non-available energi source dan hanya mempunyai efek
pencuci perut. Namun berbagai penelitian mutakhir melaporkan terdapat hubungan antara konsumsi serat dan insiden timbulnya berbagai macam
penyakit diantaranya kanker usus besar, kadiovaskular dan kegemukkan obesitas. Menurut Joseph 2002, serat sangat baik untuk kesehatan, yaitu
membantu mencegah sembelit, kanker, sakit pada usus besar, membantu menurunkan kadar kolesterol, mengontrol kadar gula dalam darah, mencegah
wasir, membantu menurunkan berat badan dan lain-lain. Peran utama serat dalam makanan ialah pada kemampuannya mengikat
air, sellulosa dan pektin. Dengan adanya serat, membantu mempercepat sisa- sisa makanan melalui saluran pencernaan untuk diekskresikan keluar. Tanpa
bantuan serat, feses dengan kandungan air rendah akan lebih lama tinggal dalam saluran usus dan mengalami kesukaran melalui usus untuk dapat diekskresikan
keluar karena gerakan-gerakan peristaltik usus besar menjadi lebih lamban. Beberapa penelitian membuktikan bahwa rendahnya kadar kolesterol
dalam darah ada hubungannya dengan tingginya kandungan serat dalam makanan. Secara fisiologis, serat pangan yang larut SDF lebih efektif dalam
mereduksi plasma kolesterol yaitu Low Density Lipoprotein LDL, serta meningkatkan kadar High Density Lipoprotein HDL.
Makanan dengan kandungan serat kasar yang tinggi juga dilaporkan dapat mengurangi bobot badan. Serat pangan akan tinggal dalam saluran
pencernaan dalam waktu relatif singkat sehingga absorpsi zat makanan berkurang. Selain itu makanan yang mengandung serat yang relatif tinggi akan
memberikan rasa kenyang karena komposisi karbohidrat komplek yang menghentikan nafsu makan sehingga mengakibatkan turunnya konsumsi
makanan. Makanan dengan kandungan serat kasar relatif tinggi biasanya mengandung kalori rendah, kadar gula dan lemak rendah yang dapat membantu
mengurangi terjadinya obesitas dan penyakit jantung. Singkatnya waktu transit makanan dengan kandungan serat kasar yang
relatif tinggi juga dilaporkan mencegah penyakit divertikulosis karena
berkurangnya tekanan pada dinding saluran pencernaan. Serat pangan tidak larut IDF sangat penting peranannya dalam pencegahan disfungsi alat pencernaan
seperti konstipasi susah buang air besar, ambeien, kanker usus besar dan infeksi usus buntu Prosky and De Vries, 1992.
2.2.2 Kebutuhan Serat Dalam Diet Harian
Pada saat ini informasi tentang konsumsi serat di Indonesia masih sangat terbatas antara lain karena daftar komposisi bahan makanan Indonesia belum
mencantumkan kandungan serat. Dalam upaya memperoleh informasi tingkat konsumsi serat di Indonesia, telah dilakukan analisis tingkat konsumsi serat
dengan data survei Pemantauan Konsumsi Gizi PKG yang dikumpulkan Direktorat Gizi Masyarakat, Depkes, RI 2000. Rata-rata tingkat konsumsi
serat penduduk Indonesia secara umum yaitu sebesar 10.5 gramoranghari, baru mencapai sekitar separuh dari kecukupan serat yang dianjurkan. Kecukupan
serat untuk orang dewasa berkisar antara 20 - 35 gramhari atau 10-13 gram serat untuk setiap 1000 kal.
Belum ada patokan baku atas konsumsi serat untuk setiap orang. Anjuran biasanya ditujukan untuk kelompok tertentu. US FDA menganjurkan Total
Dietary Fiber TDF 25 g2000 kalori atau 30 g2500 kalori. The American
Cancer Society, The American Heart Association dan The American Diabetic
Association menyarankan 25-35 g fiberhari dari berbagai bahan makanan.
Konsensus nasional pengelolaan diabetes di Indonesia menyarankan 25 ghari bagi orang yang berisiko menderita diabetes melitus. American Academy of
Pediatrics menyarankan kebutuhan TDF sehari untuk anak adalah jumlah umur
tahun ditambah dengan 5 g.
Suplemen serat dari minuman atau makanan serat instan dapat dikonsumsi bila kita tidak dapat memenuhi kebutuhan serat dari makanan kita,
misalnya bila kita kurang makan sayur dan buah dalam kondisi tertentu.
2.3. EFFERVESCENT
Effervescent didefinisikan sebagai bentuk sediaan yang menghasilkan
gelembung gas sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan Mohrle, 1989. Gas yang dihasilkan pada umumnya adalah karbondioksida meskipun pada beberapa formulasi,
gas yang dihasilkan adalah oksigen. Gas yang dihasilkan pada saat pelarutan effervescent
memberikan efek sparkle rasa seperti soda. Definisi lain menyebutkan bahwa tablet effervescent merupakan tablet yang mengandung unsur obat dalam
campuran yang kering, biasanya terdiri dari natrium karbonat, asam sitrat dan asam tartrat, yang apabila ditambahkan air maka akan bereaksi dengan membebaskan gas
karbondioksida sehingga menghasilkan buih Ansel,1989.
Reaksi asam basa antara logam basa bikarbonat dan asam sitrat maupun dengan asam tartrat telah lama digunakan untuk menghasilkan sediaan farmasetika yang
berbuih segera setelah dilarutkan dalam air Ansel, 1989. Sebaiknya tablet effervescent
dilarutkan dalam air dingin agar menghasilkan CO
2
yang lebih banyak. Adapun reaksi effervescent yang terjadi antara komponen asam dan natrium
bikarbonat adalah sebagai berikut : H
3
C
6
H
5
O
7
.H
2
O + 3 NaHCO
3
Na
3
C
6
H
5
O
7
+ 4 H
2
O + 3 CO
2
H
2
C
4
H
4
O
6
+ 2 NaHCO
3
Na
2
C
4
H
4
O
6
+ 2H
2
O + 2CO
2
Reaksi di atas menunjukkan bahwa diperlukan 3 molekul natrium bikarbonat untuk menetralkan 1 molekul asam sitrat dan 2 molekul natrium bikarbonat untuk
menetralkan 1 molekul asam tartrat. Perbandingan tersebut dapat dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan jumlah masing-masing komponen tersebut dalam suatu
formula tablet effervescent Ansel, 1989. Reaksi effervescent ini merupakan mekanisme desintegrasi tablet effervescent.
Reaksi ini terjadi secara spontan begitu tablet effervescent dilarutkan dalam air. Reaksi effervescent ini pun dapat terjadi karena adanya sedikit air, baik yang terikat
maupun yang terabsorpsi. Sebagian besar produk effervescent bersifat higroskopik dan tidak stabil dalam keadaan lembab sehingga dapat menyebabkan terjadinya reaksi
effervescent prematur yaitu reaksi effervescent yang terjadi sebelum tablet disajikan
dalam air maupun ketika tablet berada dalam kemasannya. Hal ini terjadi karena kelembaban dapat mengkatalisis terjadinya reaksi effervescent prematur yang tidak
diharapkan meskipun dalam keadaan dikemas rapat Amela, 1996. Oleh karena itu bahan baku yang dipilih adalah dalam bentuk anhidrat atau
dalam bentuk hidrat yang stabil. Penggunaan bahan baku dalam bentuk anhidrat memiliki kelebihan daripada bentuk hidrat yang stabil karena dapat berperan sebagai
penyerap uap air internal dessicant. Begitu pula kondisi pembuatan sampai pengemasannya haruslah dengan kelembaban yang rendah Amela,1996.
Disamping kendala yang disebutkan di atas, tablet effervescent memiliki beberapa keuntungan diantaranya :
1. Lebih praktis dan mudah dibawa. 2. Cara penyajiannya lebih menarik dibandingkan tablet konvensional yaitu dengan
melarutkannya dalam air dingin lalu akan timbul buih yang merupakan reaksi pelepasan CO2.
3. Dapat diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan dalam menelan tablet atau kapsul.