Analisis Kadar Kemurnian Alginat dengan teknik cakram KBr

dengan lumping agate atau ”vibrating ball mill” hingga benar-benar homogen. Setelah itu campuran tersebut dimasukkan ke dalam pencetak khusus menggunakan spatula mikro, pencetak dihubungkan dengan pompa vakum selama 10 menit kemudian dipress dengan berat tekan hingga 7000 ton selama 15 menit. Tekanan dan vakum dilepaskan lalu cakram KBr dikeluarkan. Cakram KBr dimasukkan kedalam dick holder kemudian direkam spektrum dari natrium alginat dengan Spekrophotometer Infra Merah . Spectrophotometer yang digunakan adalah Spektrophotometer Infra Merah IR-408, dengan frekuensi berkisar antara 4000 cm -1 sampai 400 cm - 1 . Perhitungan derajat deasetilasi dilakukan berdasarkan metode base line yang ditemukan oleh Moore dan Robert 1980 Bastaman,1989. Perhitungan nilai absorbansi dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : A = Log 1T A = Nilai absorban T = Nilai Transmitasi Nilai derajat deasetilasi ditentukan berdasarkan perbandingan nilai absorban pada 1655 cm -1 dengan nilai absorban pada 3450 cm -1 : N deasetilasi = 1 – A 1655 x 1 A 3450 1.33 Kadar kemurnian dihitung berdasarkan perbandingan nilai derajat deasetilasi natrium alginat yang dihasilkan dengan derajat deasetilasi natrium alginat standar Bastaman,1989.

3.3.4 Pembuatan Tablet Effervescent

Perlakuan yang digunakan dalam formulasi tablet effervescent adalah kombinasi dari konsentrasi alginat dengan sukrosa, yang terdiri atas lima formulasi, dengan perbandingan komposisi bahan sebagai berikut : Tabel 2. Formula Tablet Effervescent Variabel bebas formula tablet effervescent

3.3.5 Evaluasi tablet Effervescent

1. Keseragaman bobot Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995 20 tablet ditimbang satu per satu kemudian ditentukan bobot rata- ratanya. Tidak boleh lebih dari 2 tablet yang mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari 5 dari bobot tablet rata-rata dan tidak boleh terdapat 1 tablet pun yang mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari 10 dari bobot rata-rata. Formula Bahan F1 F2 F3 F4 F5 Alginat 15 20 25 30 35 Sukrosa 32,5 27,5 22,5 17,5 12,5 Natrium bikarbonat 25,5 25,5 25,5 25,5 25,5 Asam Tartarat 9,14 9,14 9,14 9,14 9,14 Asam Sitrat 13,47 13,47 13,47 13,47 13,47 Magnesium Stearat 1 1 1 1 1 Aerosil 1 1 1 1 1 Tartrazine 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 Flavor Orange 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 NaCl 1 1 1 1 1 2. Waktu larut tablet Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995 Waktu larut effervescent merupakan mekanisme desintergasi tablet effervescent . Waktu larut effervescent ditentukan dengan mencelupkan satu tablet effervescent dalam gelas beker yang berisi 200 mL air. Waktu larut effervescent dihitung dengan stopwatch mulai dari tablet dijatuhkan sampai tablet larut membentuk larutan yang jernih tanpa partikel kecil apapun. Waktu larut effervescent biasanya berlangsung selama 1-2 menit. 3. pH larutan Tablet effervescent dimasukkan ke dalam 200 mL air suling. Setelah larutan tersebut jernih pada akhir reaksi effervescent, kemudian pH larutan diukur dengan menggunakan pH meter. 4. Viskositas Cottrel Kovacs, 1980 Tablet effervescent dimasukkan ke dalam 200 mL air suling. setelah itu larutan tersebut dibaca viskositasnya menggunakan viscometer Brookfield dengan menggunakan spindel nomor 2 dan kecepatan 60 rpm. Angka yang terbaca dikalikan dengan 5 faktor koreksi. Viskositas larutan dihitung dalam satuan centripoise Cps.

3.3.6 Analisis data

Analisis data secara statistik dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap satu arah dengan dua kali ulangan Hanafiah, 2003.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rendemen Alginat Hasil Percobaan

Hasil ekstraksi alginat dari Sargassum fillipendula dengan panjang talus 51- 60 cm dengan empat kali pengulangan menghasilkan nilai rata-rata rendemen natrium alginat berkisar antara 21 sampai 34 Gambar 4. Rendemen natrium alginat menunjukkan jumlah alginat yang terekstrak dari alga cokelat yang berikatan dengan ion natrium. 15 25 35 1 2 3 4 Pengulangan Ekstraksi r en d em en Gambar 4. Rendemen Na-alginat Rendahnya rendemen alginat ulangan kedua dan keempat dapat disebabkan oleh tingkat kekentalan filtrat dari hasil penyaringan yang tidak sempurna dan Isopropanol yang tidak dapat menarik alginat dengan baik karena teknik pengadukan yang kurang sempurna. Keempat hasil ulangan ekstraksi alginat yang telah dihomogenkan kemudian dilakukan pengujian kualitas alginat dan dibandingkan dengan kualitas alginat komersial yang meliputi kadar air, kadar abu, viskositas, pH, kadar serat pangan dan kemurnian alginat.

4.2 Analisa Kualitas Alginat

Analisa kualitas alginat percobaan dan alginat komersial yang dilakukan meliputi kadar air, kadar abu, viskositas, pH, kadar serat pangan dan kemurnian.

a. Sifat Fisika dan Kimia Alginat

Tabel 3. Sifat fisika dan kimia alginat percobaan dan alginat komersial Parameter Alginat percobaan Alginat komersial Food Chemical Codex FCC Kadar Air 12,45 9,19 15 Kadar Abu 23,27 22,60 18 - 27 Viskositas cPs 670,67 4260 pH 7,28 5,78 Serat pangan a. Serat pangan larut b. Serat pangan tidak larut 9,38 59,20 Kemurnian 73,38 50,23 90,8 - 106 Berdasarkan hasil analisa kualitas alginat seperti pada Tabel 3, terlihat bahwa nilai kadar air dan kadar abu masih memenuhi standar Food Chemical Codex FCC, kecuali untuk kemurniannya tidak memenuhi standar Food Chemical Codex FCC. Kadar air suatu produk sangat penting karena terkait dengan daya simpan produk dan kualitasnya. Kadar air hidrokoloid rata-rata diinginkan di bawah 20 untuk standar pasar internasional. Sama halnya dengan kadar air, kadar abu juga penting diketahui karena menentukan tingkat kemurnian produk dari komponen yang tidak dikehendaki. Perbedaan nilai viskositas yang dihasilkan dari alginat percobaan dengan viskositas alginat komersial dapat disebabkan oleh perbedaan jenis