Penggunaan Abu Kulit Buah Tanaman Durian (Durio zibethinus L.) Dalam Formula Pewarna Rambut

(1)

PENGGUNAAN ABU KULIT BUAH TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus L.) DALAM FORMULA PEWARNA RAMBUT

SKRIPSI

OLEH:

AYNUL QOLBY NASUTION NIM 081524056

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PENGGUNAAN ABU KULIT BUAH TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus L.) DALAM FORMULA PEWARNA RAMBUT

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

AYNUL QOLBY NASUTION NIM 081524056

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

PENGGUNAAN ABU KULIT BUAH TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus L.) DALAM FORMULA PEWARNA RAMBUT

OLEH:

AYNUL QOLBY NASUTION NIM 081524056

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: Desember 2010

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Drs. Suryanto, M.Si., Apt. Dra. Julia Reveny, M.Si., Ph.D., Apt. NIP 196106191991031001 NIP 195807101986012001

Pembimbing II, Drs. Suryanto, M.Si., Apt. NIP 196106191991031001

Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt.

NIP 195011171980022001 Drs. David Sinurat, M.Si., Apt. NIP 194912281978031002

Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt. NIP 195306251986012001

Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Penggunaan Abu Kulit Buah Tanaman Durian (Durio zibethinus L.) Dalam Formula Pewarna Rambut” untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda H. Marzuki Nasution dan Ibunda Hj. Hasibah, S.Pd tercinta, serta kakanda dan adinda tersayang yang telah dengan penuh kesabaran dan kasih sayang selalu member dorongan, bimbingan, nasehat serta doa.

Melalui tulisan ini ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas atas bimbingan, petunjuk, pemberian fasilitas serta saran dan bantuan lainnya, sebelum dan selama penelitian juga disampaikan kepada:

1. Bapak Drs. Suryanto, M.Si., Apt., dan Ibu Dra. Fat Aminah, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini.

2. Ibu Dra. Julia Reveny, M.Si.,Ph.D.,Apt., Dra. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., dan Bapak Drs. David Sinurat, M.Si., Apt., selaku penguji yang telah menguji dan memberikan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(5)

3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah mensyahkan dan memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Wiryanto, M.S., Apt., selaku dosen wali yang Selma ini telah banyak membina dan membimbing penulis selama masa pendidikan. 5. Asisten Laboratorium Teknologi Formulasi Sediaan Semi Solid dan Cair

dan staf – staf farmasi yang banyak memberikan dorongan dan bantuan selama penelitian.

6. Teman – teman penulis khususnya Meyti, Desi, Ratih, Nana, Vindi dan Vivi yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi.

7. Semua mahasiswa/wi farmasi khususnya farmasi ekstensi 2008 yang tidak disebutkan satu persatu, terima kasih untuk semangat dan doa nya.

Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi ilmu pengetahuan khususnya pada ilmu farmasi. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Desember 2010 Penulis


(6)

PENGGUNAAN ABU KULIT BUAH TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus L.) DALAM FORMULA PEWARNA RAMBUT

Abstrak

Telah dilakukan penelitian tentang penggunaan abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) sebagai pewarna rambut. Formula pewarna rambut ini terdiri dari abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.), pirogalol, dan tembaga (II) sulfat dengan berbagai perbandingan, yaitu abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) dengan konsentrasi 30%, 35%, 40%, 45%, 50%; pirogalol dengan konsentrasi 1,2%; dan tembaga (II) sulfat 0,98%. Sebagai pelarut digunakan aquades. Pewarnaan dilakukan dengan cara perendaman sampai 4 jam, setiap 1 kali perendaman lamanya 1 jam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan dipengaruhi oleh konsentrasi abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) dan waktu perendamannya. Abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) dapat diformulasikan sebagai pewarna rambut.

Penelitian menunjukkan bahwa hasil pewarnaan yang paling gelap diperoleh dari formula C, yaitu warna coklat. Pada uji stabilitas terhadap sinar matahari, hasilnya menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna menjadi lebih gelap, sedangkan uji stabilitas terhadap pencucian tidak terjadi perubahan warna setelah 15 kali pencucian dan formula tersebut tidak mengakibatkan iritasi pada kulit.


(7)

DURIAN RIND ASH (Durio zibethinus L.) IN HAIRCOLORING FORMULA

Abstract

The used of durian rind ash (Durio zibethinus L.) as haircoloring has been investigated. This formula contained of durian rind ash (Durio zibethinus L.), pyrogallol, and cupri (II) sulphate, with some comparisons of concentrations, these are durian rind ash (Durio zibethinus L.) 30%, 35%, 40%, 45%, and 50%, pyrogallol 1,2%, cupri (II) sulphate 0,98%. Aquadest is used as solvent. Soaking 1 – 4 hours, each soaking needs 1 hour has done the coloring.

The result of research showed that the colours influenced by the concentration of durian rind ash (Durio zibethinus L.), and the time of soaking. Durian rind ash (Durio zibethinus L.) as colour and colour stabilizer.

The darkest coloring was resulted from formula C that is brown colours. The result of sunlight stability test showed that the colour has been changed and washing stability test showed that the colour has not been changed after washing 15 time. The formula does not cause an irritation on skin.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... …i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACK ... vii

DAFTAR ISI... ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Tanaman Durian (Durio zibethinus L.) ... 5

2.1.1 Morfologi Tanaman Durian ... 5

2.1.2 Sistematika Tanaman Durian ... 6

2.1.3 Kandungan Tanaman Durian ... 6

2.1.4 Khasiat Tanaman Durian ... 6


(9)

2.2.1 Tembaga (II) sulfat ... 7

2.2.2 Pirogalol ... 7

2.3 Rambut ... 8

2.3.1 Anatomi Rambut ... 8

2.3.1.1 Bagian – bagian rambut ... 9

2.3.1.2 Struktur atau bentuk rambut ... 11

2.3.1.3 Jenis Rambut ... 12

2.3.1.4 Tekstur rambut ... 13

2.3.2 Fisiologi rambut ... 15

2.3.2.1 Pertumbuhan rambut ... 15

2.3.2.2 Fungsi rambut... 16

2.4 Pewarna Rambut ... 16

2.4.1 Berdasarkan daya lekat zat ... 17

2.4.2 Berdasarkan system pewarnaan ... 17

2.5 Uji Iritasi ... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Alat - alat ... 20

3.2 Bahan - bahan ... 20

3.3 Prosedur Kerja ... 20

3.3.1 Pembuatan Abu Kulit Buah Durian ... 20

3.3.2 Pembuatan Formula ... 20

3.3.3 Evaluasi ... 22

3.3.3.1 Pengamatan secara visual ... 22

3.3.3.2 Pengamatan stabilitas warna ... 23


(10)

3.3.3.2.2 Stabilitas terhadap sinar matahari ... 23

3.3.3.3 Uji biologis (uji iritasi) ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Pengaruh penambahan bahan dan pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap perubahan warna rambut uban ... 25

4.1.1 Pengaruh penambahan bahan dan campuran bahan terhadap perubahan warna rambut uban ... 25

4.1.2 Pengaruh konsentrasi abu kulit buah durian terhadap perubahan warna rambut uban………..28

4.1.3 Pengaruh waktu perendaman terhadap hasil pewarnaan rambut uban ... 30

4.2 Hasil evaluasi ... 32

4.2.1 Pengamatan stabilitas warna ... 32

4.2.1.1 Stabilitas terhadap pencucian ... 32

4.2.1.2 Stabilitas terhadap sinar matahari... 33

4.2.2 Uji biologis (uji iritasi) ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Formula standard ... 20 Tabel II. Formula pewarna rambut... 21 Tabel III. Data hasil pengamatan secara visual pengaruh konsentrasi abu

kulit buah durian terhadap perubahan warna rambut uban ... 28 Tabel IV. Data pengamatan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan ... 34


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar I. Natural Color Levels... 23 Gambar II. Pengaruh penambahan bahan dan campuran bahan terhadap

perubahan warna rambut uban dengan lama pengecatan

4 jam ... 25 Gambar III. Pengaruh konsentrasi abu kulit buah durian terhadap perubahan

warna dengan lama pengecatan 4 jam ... 28 Gambar IV. Pengaruh waktu perendaman terhadap hasil pewarnaan rambut

uban... 30 Gambar V. Warna rambut sebelum dan setelah pencucian ... 32 Gambar VI. Stabilitas warna terhadap sinar matahari ... 33


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I. Gambar pohon durian ... 37

Lampiran II. Gambar kulit buah durian... 38

Lampiran III. Gambar abu kulit buah durian ... 39

Lampiran IV. Gambar pirogalol ... 40

Lampiran V. Gambar Tembaga II sulfat ... 41

Lampiran VI. Gambar pewarnaan rambut ... 42


(14)

PENGGUNAAN ABU KULIT BUAH TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus L.) DALAM FORMULA PEWARNA RAMBUT

Abstrak

Telah dilakukan penelitian tentang penggunaan abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) sebagai pewarna rambut. Formula pewarna rambut ini terdiri dari abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.), pirogalol, dan tembaga (II) sulfat dengan berbagai perbandingan, yaitu abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) dengan konsentrasi 30%, 35%, 40%, 45%, 50%; pirogalol dengan konsentrasi 1,2%; dan tembaga (II) sulfat 0,98%. Sebagai pelarut digunakan aquades. Pewarnaan dilakukan dengan cara perendaman sampai 4 jam, setiap 1 kali perendaman lamanya 1 jam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan dipengaruhi oleh konsentrasi abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) dan waktu perendamannya. Abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) dapat diformulasikan sebagai pewarna rambut.

Penelitian menunjukkan bahwa hasil pewarnaan yang paling gelap diperoleh dari formula C, yaitu warna coklat. Pada uji stabilitas terhadap sinar matahari, hasilnya menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna menjadi lebih gelap, sedangkan uji stabilitas terhadap pencucian tidak terjadi perubahan warna setelah 15 kali pencucian dan formula tersebut tidak mengakibatkan iritasi pada kulit.


(15)

DURIAN RIND ASH (Durio zibethinus L.) IN HAIRCOLORING FORMULA

Abstract

The used of durian rind ash (Durio zibethinus L.) as haircoloring has been investigated. This formula contained of durian rind ash (Durio zibethinus L.), pyrogallol, and cupri (II) sulphate, with some comparisons of concentrations, these are durian rind ash (Durio zibethinus L.) 30%, 35%, 40%, 45%, and 50%, pyrogallol 1,2%, cupri (II) sulphate 0,98%. Aquadest is used as solvent. Soaking 1 – 4 hours, each soaking needs 1 hour has done the coloring.

The result of research showed that the colours influenced by the concentration of durian rind ash (Durio zibethinus L.), and the time of soaking. Durian rind ash (Durio zibethinus L.) as colour and colour stabilizer.

The darkest coloring was resulted from formula C that is brown colours. The result of sunlight stability test showed that the colour has been changed and washing stability test showed that the colour has not been changed after washing 15 time. The formula does not cause an irritation on skin.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rambut adalah sesuatu yang tumbuh dari akar rambut yang ada dalam lapisan dermis kulit dan melalui saluran folikel rambut ke luar dari kulit. Bagian rambut yang ke luar dari kulit dinamakan batang rambut (Tranggono dan Latifah, 2007). Batang-batang rambut merupakan penempatan sel-sel tanduk yang berbeda dalam panjang, tebal, dan warnanya. Rambut tidak mempunyai saraf perasa sehingga tidak terasa sakit bila dipangkas (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Rambut berfungsi sebagai mahkota (perhiasan), rambut juga berfungsi sebagai pelindung terhadap bermacam-macam rangsang. Pertama sebagai pelindung terhadap rangsang fisik seperti panas, dingin, kelembaban, dan sinar. Kedua sebagai pelindung terhadap rangsang mekanik seperti pukulan, gosokan, dan tekanan serta ketiga sebagai pelindung terhadap rangsang kimia seperti berbagai zat kimia dan keringat (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin di dalam rambut yang ada dalam lapisan korteks. Bahan asal pigmen melanin adalah melanosit yang berada dalam umbi rambut. Melanosit adalah sel-sel yang menghasilkan pigmen (zat warna) yang menyebabkan rambut asli dapat memiliki bermacam-macam warna (Bariqina dan Ideawati, 2001).

Urutan pigmen yang menentukan warna rambut dari yang paling terang sampai yang paling gelap adalah pirang, merah, coklat muda, coklat tua dan hitam. Rambut pirang mengandung campuran pigmen warna merah dan warna kuning. Rambut merah mengandung campuran pigmen warna merah dan pigmen


(17)

warna hitam. Rambut coklat muda mengandung pigmen-pigmen warna merah, coklat dan hitam. Rambut coklat tua mengandung lebih banyak pigmen warna hitam daripada rambut coklat muda. Rambut hitam hanya mengandung pigmen warna hitam (Tranggono dan Latifah, 2007).

Bila sudah mencapai usia lanjut, warna rambut berubah menjadi putih yang sering kurang disukai keberadaannya (Wasitaatmadja, 1997). Warna rambut dapat diubah-ubah secara buatan dengan menggunakan cat rambut, di Indonesia disebut juga dengan semir rambut, yaitu mengecat rambut putih (uban) agar tetap nampak hitam (Tranggono dan Latifah, 2007).

Sediaan pewarna rambut adalah kosmetika yang digunakan dalam tata rias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan warna rambut asli atau mengubah warna rambut asli menjadi warna baru (Ditjen POM, 1985).

Keinginan untuk mewarnai rambut sudah berkembang sejak dahulu. Bahan ramuan yang dijadikan zat warna pada waktu itu diperoleh dari sumber alam, pada umumnya berasal dari tumbuhan, dengan tujuan untuk memperbaiki penampilan (Ditjen POM, 1985) ; (Wasitaatmadja, 1997).

Limbah kulit buah durian merupakan limbah yang cukup banyak ditemukan di lingkungan terutama dalam musim – musim tertentu. Pemanfaatan limbah kulit durian ini salah satunya dijadikan sebagai sumber pewarna alami. Kulit buah durian mengandung minyak atsiri, flavonoid, saponin, unsur selulosa, lignin, serta kandungan pati (Widarto, 2009).

Kulit buah durian digunakan untuk mengobati ruam pada kulit, susah buang air besar (sembelit), kulit buah durian ini pun biasa dibakar dan abunya digunakan dalam ramuan untuk melancarkan haid (Soedarya, 2009). Abu kulit


(18)

buah durian dan air rendaman abu ini juga digunakan sebagai campuran pewarna tradisional (Anonim, 2010).

Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik untuk mengolah dan memanfaatkan abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) tersebut sebagai pewarna rambut.

1.2 Perumusan Masalah

a. Apakah abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) dapat diformulasikan ke dalam sediaan pewarna rambut?

b. Apakah abu kulit buah durian (Durio zibethinus L) dapat mengubah warna rambut?

c. Berapakah konsentrasi abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) yang menghasilkan warna paling gelap?

1.3 Hipotesis

a. Abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) diduga dapat diformulasikan ke dalam sediaan pewarna rambut.

b. Abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) dapat mengubah warna rambut yang diklasifikasikan menurut Natural Color Level.

c. Abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) dapat menghasilkan warna yang gelap.


(19)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

a. Mengetahui pengaruh abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) di dalam formula pewarna rambut dengan penambahan bahan pembangkit warna tembaga (II) sulfat dan pirogalol.

b. Mengetahui warna yang dihasilkan dari abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) yang diklasifikasikan menurut Natural Color Level.

c. Mengetahui konsentrasi abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) yang menghasilkan warna yang paling gelap.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil guna dari kulit buah durian. Selain itu dapat memberikan informasi mengenai manfaat kulit buah durian (Durio zibethinus L.) dimana abu kulit buah durian (Durio zibethinus L.) dengan penambahan pembangkit warna dapat dipergunakan sebagai pewarna rambut alami yang relatif aman.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Durian (Durio zibethinus L.)

Buah durian yang berasal dari pohon durian (Durio zibethinus L.) banyak tumbuh di hutan maupun di kebun milik penduduk. Ciri buahnya, bentuknya besar bulat/oval dengan aroma rasa, baunya khas dan menjadi buah primadona yang banyak disukai masyarakat Indonesia umumnya. Buahnya besar dan berduri dengan kulit buah yang keras dan tebal hampir seperempat bagian dari buahnya merupakan bagian yang dibuang begitu saja sampai akhirnya menjadi busuk. Apabila dilihat dari karakteristik bentuk dan sifat-sifat kulitnya, sebenarnya banyak manfaat yang dapat dihasilkan dari kulit buahnya misalnya untuk bahan campuran papan partikel, papan semen, arang briket, arang aktif, filler, campuran untuk bahan baku obat nyamuk dan lain-lain (Soedarya, 2009).

2.1.1 Morfologi Tanaman Durian

Tumbuhan berbentuk pohon, tinggi 27 - 40 m. Akar tunggang. Batang berkayu, silindris, tegak, kulit pecah - pecah, permukaan kasar, percabangan simpodial, bercabang banyak, arah mendatar. Daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun berseling, permukaan atas berwarna hijau tua - bawah cokelat kekuningan, bentuk jorong hingga lanset, panjang 6,5 - 25 cm, lebar 3 - 5 cm, ujung runcing, pangkal membulat, permukaan atas mengkilat, permukaan bawah buram, tidak pernah meluruh, bagian bawah berlapis bulu halus berwarna cokelat kemerahan. Bunga muncul di batang atau cabang yang sudah besar, bertangkai, kelopak berbentuk lonceng berwarna putih hingga cokelat keemasan. Buah bulat atau lonjong, kulit dipenuhi duri-duri tajam, warna coklat keemasan atau kuning,


(21)

bentuk biji lonjong, berwarna cokelat, berbuah setelah berumur 5 - 12 tahun. Perbanyakan Generatif (biji) (Soedarya, 2009).

Nama daerah durian yaitu deureuyan (Aceh), duren (Gayo), drotong (Batak), kadu (Sunda), duren (Jawa), dhurin (Madura), dahuyan (Dayak), duren (Bali), aduria (Bima), duria (Gorontalo), durian (Sangir), duriang (Makasar),duliango (Buol), duriang (Bugis), duria (Ternate), duria (Tidore), dulen (Seram) (Anonim, 2010).

2.1.2 Sistematika Tanaman Durian

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Class : Dicotyledoneae

Ordo : Malvales

Familia : Bombacaceae

Genus : Durio

Spesies : Durio zibethinus L.

2.1.3 Kandungan Tanaman Durian

Buah durian mengandung vitamin B1, B2 dan vitamin C. Kulit durian mengandung minyak atsiri, flavonoid, saponin, unsur selulosa, lignin, serta kandungan pati. Daunnya mengandung saponin, flavonoid dan polifenol, sedangkan akarnya mengandung tannin (Anonim, 2010).

2.1.4 Khasiat Tanaman Durian

Daun dan akar durian berkhasiat sebagai antipiretik dan daun durian yang dihancurkan dapat juga digunakan untuk pasien yang demam yaitu dengan cara diletakkan di atas dahi. Bagi orang yang mempunyai tekanan darah tinggi


(22)

dianjurkan agar menghindari buah durian karena dapat meningkatkan tekanan darah, sedangkan kulit durian dapat digunakan sebagai penolak nyamuk. Kulit buahnya untuk mengobati ruam pada kulit (sakit kurap) dan susah buang air besar (sembelit). Kulit buah ini pun biasa dibakar dan abunya digunakan dalam ramuan

untuk melancarkan

abu ini juga digunakan sebagai campuran pewarna tradisional (Anonima, 2010). 2.2 Tembaga (II) sulfat dan Pirogalol

2.2.1 Tembaga (II) sulfat

Tembaga (II) sulfat merupakan senyawa logam yang dapat digunakan sebagai pewarna pada rambut.

Pemerian : Berbentuk serbuk atau granul berwarna biru, transparan dengan berat molekul 223,68 (Ditjen POM, 1995).

Kelarutan : 1 g larut dalam 3 ml air; 0,5 ml air panas; 2,8 ml gliserol; 5000 ml alcohol (Anonimb, 1960).

Tembaga (II) sulfat dalam konsentrasi rendah yang umum dapat digunakan untuk pewarna rambut, praktis tidak berbahaya dalam proses penyerapannya melalui kulit yang luka, tetapi jika senyawa ini masuk dalam tubuh melalui oral dapat mengakibatkan keracunan (Ditjen POM, 1985).

2.2.2 Pirogalol

Pirogalol (C6H3(OH)3) atau 1, 2, 3, - trihidroksi benzene (asam pirogalat). Pemerian : Padatan hablur putih atau hablur tidak berwarna dengan berat

molekul 126, 1 Titik lebur : 133oC


(23)

Pirogalol bersifat sebagai reduktor (mudah teroksidasi). Dalam bentuk larutan akan menjadi warna gelap jika terkena udara. Jika pemakainannya dicampur dengan zat warna yang berasal dari tumbuh – tumbuhan, pirogalol berfungsi sebagai zat pembangkit warna dan dikombinasikan dengan pewarna logam lain. Ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan agar zat warna dapat menempel lebih kuat lagi pada rambut dibandingkan pada saat sebelum dicampur, selain itu dapat menghasilkan warna coklat gelap. Pirogalol diizinkan digunakan sebagai zat pembangkit warna dengan batas kadar 5 %. (Ditjen POM, 1985). 2.3 Rambut

2.3.1 Anatomi Rambut

Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang, juga sebagai lambang kecantikan bagi wanita dan pria. Rambut pada manusia tidak hanya tumbuh di kepala saja, tetapi juga di seluruh tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak kaki dan bibir. Pertumbuhan rambut dibeberapa bagian kulit manusia tidak sama lebat dan panjangnya, ada yang tumbuh terus sampai panjang misalnya pada kepala dan ada pula yang hanya terbatas pada kepanjangan tertentu misalnya pada badan (Dalton, 1985).

Rambut dapat menyerap air dan bahan kimia dari luar. Komposisi rambut terdiri atas zat karbon ± 50%, hidrogen 6%, nitrogen 17%, sulfur 5% dan oksigen 20%. Rambut mudah dibentuk dengan mempengaruhi gugus disulfida, misalnya dengan pemanasan atau bahan kimia (Wasitaatmadja, 1997).


(24)

2.3.1.1 Bagian – Bagian Rambut

Bagian – bagian rambut ini dapat dibagi atas: a. Ujung rambut

Pada rambut yang baru tumbuh serta sama sekali belum atau tidak pernah dipotong mempunyai ujung rambut yang runcing.

b. Batang rambut

Batang rambut adalah bagian rambut yang terdapat di atas permukaan kulit berupa benang – benang halus yang terdiri dari zat tanduk atau keratin. Batang rambut terdiri dari 3 lapisan, yaitu:

1. Selaput rambut (Kutikula)

Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri atas sel – sel tanduk yang gepeng atau pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Kutikula ini berfungsi sebagai pelindung rambut dari kekeringan dan masuknya bahan asing ke dalam batang rambut.

2. Kulit rambut (Korteks)

Korteks terdiri atas sel – sel tanduk yang membentuk kumparan, tersusun secara memanjang, dan mengandung melanin. Sel – sel tanduk terdiri atas serabut – serabut keratin yang tersusun memanjang. Tiap serabut terbentuk oleh molekul – molekul keratin seperti tali dalam bentuk spiral. Struktur korteks menentukan tipe rambut seperti lurus, berombak atau keriting.

3. Sumsum rambut (Medula)

Medula terletak pada lapisan paling dalam dari batang rambut yang dibentuk oleh zat tanduk yang tersusun sangat renggang dan membentuk semacam


(25)

jala / anyaman sehingga terdapat rongga – rongga yang berisi udara. Pada rambut yang lurus tidak memiliki medula.

c. Akar Rambut

Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam di dalam kulit. Bagaian – bagian dari akar rambut adalah sebagai berikut:

1. Kantong rambut (Folikel)

Folikel merupakan suatu saluran yang menyerupai tabung dan berfungsi untuk melindung akar rambut, mulai dari permukaan kulit sampai di bagian terbawah umbi rambut. Folikel rambut bentuknya menyerupai silinder. Kalau folikel bentuknya lurus rambutnya juga lurus, kalau folikel bentuknya melengkung rambutnya berombak, kalau folikel melengkung sekali rambutnya keriting.

2. Papil rambut

Papil rambut adalah bulatan kecil yang bentuknya melengkung, terletak dibagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke dalam umbi rambut. Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi bermacam – macam zat yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut. Misalnya sel – sel tunas rambut, zat protein yang membentuk keratin, zat makanan untuk rambut, zat melanosit yang membentuk melanin.

3. Umbi rambut (Matriks)

Matriks adalah ujung akar rambut terbawah yang melebar. Struktur bagian akar rambut ini berbeda dengan struktur batang dan akar rambut diatasnya. Sel – sel akar rambut berwarna keputih – putihan dan masih lembek. Pertumbuhan rambut terjadi karena sel – sel umbi rambut bertambah banyak secara mitosis.


(26)

Pada umbi rambut melekat otot penegak rambut yang menyebabkan rambut halus berdiri bila ada suatu rangsangan dari luar tubuh (Bariqina dan Ideawati, 2001). 2.3.1.2 Struktur atau Bentuk Rambut

Rambut dapat berwujud tebal atau kasar, halus atau tipis. Keadaan atau wujud rambut dapat dilihat berbentuk lurus, berombak, atau keriting.

Struktur rambut memberi perbedaan pada penampang melintang rambut, yaitu:

- rambut yang lurus, bentuk penampangnya bulat dan panjang - rambut yang berombak, bentuk penampangnya oval dan panjang - rambut yang keriting, bentuk penampangnya semi oval dan panjang - rambut yang sangat keriting, bentuk penampangnya pipih dan panjang.

Struktur rambut berhubungan dengan bentuk folikel atau kantong rambut, yaitu:

- rambut lurus mempunyai folikel seperti silinder lurus

- rambut berombak mempunyai folikel seperti silinder yang melengkung / bengkok

- rambut keriting mempunyai folikel seperti silinder yang melengkung menyerupai busur

- rambut yang sangat keriting mempunyai folikel seperti silinder yang sangat melengkung (Dalton, 1985).


(27)

2.3.1.3 Jenis Rambut

a. Jenis rambut menurut morfologinya, yaitu: 1. Rambut lanugo / velus

Rambut lanugo / velus adalah rambut yang sangat halus dengan pigmen yang sedikit. Rambut ini terdapat hampir diseluruh tubuh kecuali pada bibir, telapak tangan, dan kaki. Rambut ini tumbuh pada pipi, dahi, tengkuk, dan tangan (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2. Rambut terminal

Rambut terminal adalah rambut yang sangat kasar dan tebal serta berpigmen banyak (Putro, 1997). Rambut ini dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu:

- rambut panjang tumbuh pada kulit kepala, wajah laki – laki dan ketiak. - rambut pendek terdapat pada alis mata, bulu mata, dan bulu hidung.

b. Jenis rambut menurut sifatnya 1. Rambut normal

Rambut dapat dikatakan normal, apabila tidak terlalu berminyak, tidak terlalu kering serta bersih dari ketombe. Rambut normal lebih mudah pemeliharaannya. Serta tidak terlalu kaku sehingga mudah dibentuk menjadi berbagai jenis model rambut.

2. Rambut berminyak

Jenis rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang bekerja secara berlebihan sehingga rambut selalu berminyak. Rambut berminyak kelihatan mengkilap, tebal, dan lengket.


(28)

3. Rambut kering

Rambut ini biasanya berwarna kemerah – merahan dan agak kaku, dan biasanya jenis rambut ini ujungnya bercabang atau pecah sehingga rambut kurang bagus (Bariqina dan Ideawati, 2001).

2.3.1.4 Tekstur Rambut

Tekstur rambut adalah sifat – sifat rambut yang dapat ditentukan dengan: penglihatan, perabaan, atau pegangan. Sifat – sifat rambut sebagai berikut:

a. Kelebatan rambut (Densitas rambut)

Kelebatan rambut dapat ditentukan dengan melihat banyaknya batang rambut yang tumbuh di kulit kepala, ratta – rata 90 helai rambut kasar sampai 130 helai rambut halus setiap sentimeter persegi. Banyaknya rambut yang tumbuh di seluruh kulit kepala berkisar antara 80.000 – 120.000 helai tergantung pada halus kasarnya rambut seseorang.

b. Tebal halusnya rambut

Tebal halusnya rambut ditentukan oleh banyaknya zat tanduk dalam kulit rambut. Pada umumnya, rambut yang berwarna hitam dan coklat lebih tebal daripada rambut merah atau pirang. Rambut di pelipis lebih halus daripada rambut didaerah lain.

c. Kasar licinnya permukaan rambut

Kasar licinnya permukaan rambut ini ditentukan melalui perabaan. Permukaan rambut dikatakan lebih kasar jika sisik – sisik selaput rambut tidak teratur rapat satu dengan yang lain. Hal ini dapat juga disebabbkan oleh kotoran yang menempel pada permukaan rambut atau kelainan rambut yang berupa simpul.


(29)

d. Kekuatan rambut

Sifat ini tergantung pada banyaknya dan kualitas zat tanduk dalam rambut. Kekuatan rambut dapat diketahui dengan cara meregangkan rambut sampai putus.

e. Daya serap (porositas) rambut

Porositas rambut adalah kemampuan rambut untuk mengisap cairan. Porositas tergantung dari keadaan lapisan kutikula, yaitu lapisan rambut paling luar yang mempunyai sel – sel seperti sisik, bertumpuk – tumpuk membuka ke arah ujung rambut. Selaput rambut yang sisik – sisiknya terbuka dan zat tanduk yang keadaannya kurang baik akan meningkatkan daya serap rambut. Rambut di puncak kepala memiliki daya serap terbaik.

f. Elastisitas rambut

Elastisitas rambut adalah daya kemampuan rambut untuk memanjang bila ditarik dan kembali kepada panjang semula jika dilepas. Normalnya, daya elastisitas rambut dapat mencapai kira – kira 20 – 40% dari panjang asli rambut. Elastisitas pada rambut basah dapat mencapai 40 – 50% lebih panjang dari keadaan semula.

g. Plastisitas rambut

Plastisitas adalah sifat mudah tidaknya rambut dapat dibentuk (Bariqina dan Ideawati, 2001).

h. Warna rambut

Warna rambut ditentukan oleh pigmen melanin yang ada pada korteks rambut, baik jumlah maupun besarnya melanosit. Pigmen yang mempengaruhi warna rambut adalah eumelanin yang menyebabkan warna hitam atau coklat pada rambut dan pyomelanin yang menyebabkan warna merah atau pirang. Jumlah dan


(30)

ukuran granula pigmen dan ada tidaknya gelembung udara dalam korteks juga menentukan warna rambut.

Ketika usia semakin lanjut maka warna rambut semakin memutih, karena mulai kehilangan pigmen yang disebabkan oleh menurunnya fungsi melanosit dan menurunnya aktivitas tirosin. Pemutihan rambut juga dapat terjadi karena faktor keturunan atau anemia pernisiosa atau hipertiroid (Putro, 1997).

2.3.2 Fisiologi Rambut

2.3.2.1 Pertumbuhan Rambut

Rambut dapat tumbuh dan bertambah panjang. Hal ini disebabkan karena sel – sel daerah matriks rambut secara terus menerus membelah. Rambut mengalami proses pertumbuhan menjadi dewasa dan bertambah panjang lalu rontok dan kemudian terjadi pergantian rambut baru.

Pertumbuhan rambut telah dimulai saat janin berusia 4 bulan di dalam kandungan. Pada usia ini bibit rambut sudah ada dan menyebar rata diseluruh permukaan kulit. Diakhir bulan ke 6 atau awal bulan ke 7 usia kandungan, rambut pertama sudah mulai tumbuh dipermukaan kulit, yaitu berupa rambut lanugo. Kemudian menjelang bayi lahir rambut bayi ini akan rontok, diganti dengan rambut terminal. Rambut tidak mengalami pertumbuhan secara terus – menerus. Pada waktu – waktu tertentu pertumbuhan rambut itu terhenti dan setelah mngalami istirahat sebentar, rambut akan rontok sampai ke matriks rambut. Sementara itu, papil rambut sudah membuat persiapan rambut baru sebagai gantinya.


(31)

Pertumbuhan rambut mengalami pergantian melalui 3 fase, yaitu: 1. Fase anagen (fase pertumbuhan)

Fase anagen adalah fase pertumbuhan rambut ketika papil rambut terus membentuk sel rambut secara mitosis. Fase anagen akan berlanngsung antara 2 – 6 tahun.

2. Fase katagen (fase istirahat)

Fase ini berlangsung hanya beberapa minggu 3. Fase telogen (fase kerontokan)

Fase ini berlangsung antara 90 – 100 hari. Pada akhir fase ini, folikel rambut beralih ke fase anagen secara spontan (Rostamailis, 2008).

2.3.2.2 Fungsi Rambut

Rambut memiliki fungsi, yaitu:

- Rambut sebagai mahkota (perhiasan) kepala

- Rambut sebagai pelindung terhadap bermacam – macam rangsang fisik, mekanik, dan kimia (Bariqina dan Ideawati, 2010).

2.4 Pewarna Rambut

Pewarna rambut adalah suatu cara untuk mewarnai rambut dengan mengubah warna asal rambut ataupun mengembalikan warnanya kewarna asal rambut tersebut. Proses mewarnai rambut sudah dikenal sejak zaman dahulu dengan menggunakan bahan alami. Namun saat ini dengan kemajuan ilmu dan teknologi telah memungkinkan untuk membuat zat warna baru, terlepas dari struktur zat warna alam.


(32)

Pewarna rambut dapat dibedakan menjadi: 1. Pewarnaan berdasarkan daya lekat zat warna.

2. Pewarnaan berdasarkan proses sistem pewarnaan (Ditjen POM, 1985). 2.4.1 Berdasarkan Daya Lekat Zat

2.4.1.1Pewarna Rambut Temporer

Pewarna rambut temporer adalah pewarna rambut yang tidak membutuhkan waktu yang lama dan dapat dihilangkan hanya dengan keramas menggunakan sampo.

2.4.1.2Pewarna Rambut Semipermanen

Pewarna rambut semipermanen adalah pewarna rambut yang memiliki daya lekat tidak terlalu lama, daya lekatnya ada yang 4 – 6 minggu, ada juga 6 – 8 minggu. Pewarnaan rambut ini masih dapat tahan terhadap keramas, tetapi jika berulang dikeramas, zat warnanya akan luntur juga.

2.4.1.3 Pewarna Rambut Permanen

Pewarna rambut secara permanen memberikan warna rambut sampai ke bagian korteks. Pewarna rambut ini merupakan pewarna efektif. Daya lekat zat warna berlangsung lama yaitu 3 – 4 bulan sehingga tidak mudah luntur dengan menggunakan sampo (Dalton, 1985).

2.4.2Prosedur Sistem Pewarnaan

Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi 2 golongan: 1. Pewarna rambut langsung

Sediaan pewarna rambut langsung telah menggunakan zat warna, sehingga dapat langsung digunakan dalam pewarnaan rambut tanpa terlebih dahulu harus dibangkitkan dan pembangkit warna, pewarna rambut langsung terdiri dari:


(33)

1. Pewarna rambut langsung dengan zat warna alam 2. Pewarna rambut langsung dengan zat warna sintetik

Zat warna alam meliputi bahan warna nabati, ekstrak, sari komponen warna bahan nabati. Sedangkan zat warna sintetik berdasarkan pola warna komponen warna bahan nabati.

2. Pewarna rambut tidak langsung

Pewarna rambut tidak langsung disajikan dalam dua komponen yaitu masing – masing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit warna. Misalnya pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna senyawa logam.

Pewarna rambut tidak langsung terdiri dari:

1. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna senyawa logam 2. Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna oksidatif.

Dalam hal ini peranan pewarna rambut ditentukan oleh jenis senyawa logam, jenis pembangkit warna dan pembawanya. Jenis senyawa logam yang digunakan misalnya tembaga (II) sulfat, zat pembangkitnya misalnya pirogalol (Ditjen POM, 1985).

2.5Uji Iritasi

Sebagian besar zat yang terkandung dalam pewarna rambut merupakan iritan kulit, reaksi iritan ini dapat terjadi secara spontan atau tidak spontan tergantung dari jenis zat dan kadar yang dilekatkan.

Banyak produk kosmetik yang dapat menyebabkan gangguan kulit yang bersifat iritan ataupun alergi. Uji keamanan produk kosmetik dilakukan pada panel manusia untuk menetapkan apakah produk kosmetik itu dapat menyebabkan iritasi atau tidak. Dalam hal uji keamanan zat kimia ditunjukkan untuk


(34)

memperoleh kesimpulan umum dalam arti respon akibat zat kimia berlaku umum untuk semua manusia, maka diperlukan subjek panel yang relatif banyak untuk menetapkan keseragaman respon, sedangkan untuk uji keseragaman produk kosmetik sebelum digunakan hanya diperlukan satu subjek panel yaitu orang yang hendak menggunakan kosmetik tersebut (Ditjen POM, 1985).


(35)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat

Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca listrik, alat – alat gelas, ayakan, kertas perkamen, batang pengaduk, spatel, cotton buds, pinset, gunting, pisau, tisu gulung, mortir dan stamfer, benang wol.

3.2 Bahan – bahan

Bahan – bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah abu kulit buah durian, pirogalol, tembaga (II) sulfat, aquadest, sampo, dan uban.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan Abu Kulit Buah Durian

Kulit buah durian dicuci, ditiriskan, dan ditimbang berat basahnya. Kemudian dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari, lalu ditimbang untuk mengetahui berat keringnya, selanjutnya diserbukkan dengan cara dibakar sampai menjadi abu, kemudian ditimbang untuk mengetahui berat abunya. Selanjutnya digerus, dan diayak. Abu kulit buah durian disimpan di dalam wadah kering dan dimasukkan dalam desikator.

3.3.2 Pembuatan Formula

Formula yang dipilih berdasarkan formula standard yang terdapat pada Formularium Kosmetika Indonesia (1985).

Tabel I. Formula Standard

Komposisi Coklat muda Coklat tua Hitam

Serbuk inai 30 83 73

Pirogalol 5 10 15


(36)

Pada penelitian ini dibuat beberapa formula dengan memvariasikan konsentrasi abu kulit buah durian, dan waktu perendamannya.

Tabel II. Formula Pewarna Rambut

Komposisi Formula

A B C D E

Abu kulit buah durian (%) 30 35 40 45 50

Pirogalol (%) 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2

Tembaga (II) sulfat (%) 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98

Aquadest ad (ml) 100 100 100 100 100

Keterangan:

A = formula yang mengandung abu kulit buah durian 30%, pirogalol 1,2%, tembaga (II) sulfat 0,98%

B = formula yang mengandung abu kulit buah durian 35%, pirogalol 1,2%, tembaga (II) sulfat 0,98%

C = formula yang mengandung abu kulit buah durian 40%, pirogalol 1,2%, tembaga (II) sulfat 0,98%

D = formula yang mengandung abu kulit buah durian 45%, pirogalol 1,2%, tembaga (II) sulfat 0,98%

E = formula yang mengandung abu kulit buah durian 50%, pirogalol 1,2%, tembaga (II) sulfat 0,98%

Prosedur Kerja:

Pirogalol dimasukkan ke dalam beker glas, dilarutkan dalam sebagian aquadest, setelah larut ditambahkan sedikit demi sedikit tembaga (II) sulfat diaduk sampai larut, kemudian abu kulit buah durian dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam beker glas yang berisi larutan tersebut di atas, diaduk, ditambahkan sisa aquadest, diaduk sampai homogen.


(37)

Pengujian terhadap rambut: masing – masing bahan dari setiap formula pewarna rambut dimasukkan ke dalam beker glas, aduk sampai homogen. Sejumlah rambut uban yang telah dipotong kira – kira 5 cm dan sudah dicuci dengan sampo dimasukkan ke dalam formula pewarna rambut, rambut uban direndam selama 1 – 4 jam di dalam formula tersebut. Setelah 1 jam direndam, sebagian rambut dikeluarkan dari dalam beker glas lalu dicuci, dikeringkan dan dipisahkan. Sisa rambut yang masih direndam, setelah 2 jam dikeluarkan lagi sebagian dan dicuci, dikeringkan dan dipisahkan. Demikian dilakukan untuk rambut yang direndam selama 3 jam dan 4 jam. Masing – masing diamati warna yang terbentuk sesuai dengan waktu perendamannya.

3.3.3 Evaluasi

3.3.3.1 Pengamatan Secara Visual

Pengamatan ini dilakukan terhadap masing – masing formula untuk tiap kali perendaman. Dari hasil percobaan yang dilakukan, ditentukan waktu perendaman yang optimal, yaitu dengan membandingkan hasil pewarnaan setelah 1 sampai 4 jam perendaman. Kemudian masing – masing formula diamati hasil akhir pewarnaannya dan warna tersebut diklasifikasikan menurut Natural Color Levels.


(38)

Gambar I. Natural Color Levels (Dalton, 1985)

Keterangan: a = terang b = biasa c = gelap

3.3.3.2 Pengamatan Stabilitas Warna 3.3.3.2.1 Stabilitas Terhadap Pencucian

Setelah diamati secara visual, maka ditentukan formula yang menghasilkan perubahan warna rambut yang paling baik.

Prosedur kerja:

Uban yang telah diberi pewarna dengan perendaman 4 jam dicuci dengan menggunakan sampo dan dikeringkan. Pencucian ini dilakukan setiap 2 hari sekali sebanyak 15 kali pencucian. Setiap 1 kali pencucian uban disisihkan, kemudian diamati apakah terjadi perubahan warna rambut setelah pencucian.

3.3.3.2.2 Stabilitas Terhadap Sinar Matahari

Uban yang telah direndam dan dibilas bersih dibiarkan terkena sinar matahari langsung selama 5 jam mulai pukul 10.00 – 15.00 WIB, setelah itu diamati perubahan warnanya.

Pirang Hitam Coklat a b c a b c a b c


(39)

3.3.3.3 Uji Biologis (Uji Iritasi) Prosedur kerja:

Kulit sukarelawan yang akan diuji dilingkari dengan spidol (diameter 3 cm) pada bagian belakang telinganya dan dibersihkan, kemudian pewarna rambut yang telah disiapkan dioleskan dengan menggunakan cotton buds pada tempat yang akan diuji dengan diameter 2 cm, lalu dibiarkan selama 24 jam dengan diamati setiap 4 jam sekali apakah terjadi eritema, papula, vesikula, dan edema (Wasitaatmadja, 1997).


(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Penambahan Bahan Dan Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Terhadap Perubahan Warna Rambut Uban

4.1.1 Pengaruh Penambahan Bahan dan Campuran Bahan Terhadap Perubahan Warna Rambut Uban

a b c d

e f g h

Gambar II. Pengaruh Penambahan Bahan dan Campuran Bahan Terhadap Perubahan Warna Rambut Uban dengan lama Pengecatan 4 jam

Keterangan: a = Rambut uban

b = Rambut uban dalam larutan abu kulit buah durian c = Rambut uban dalam pirogalol 1,2%


(41)

d = Rambut uban dalam tembaga (II) sulfat 0,98%

e = Rambut uban dalam pirogalol 1,2% + tembaga (II) sulfat 0,98% f = Rambut uban dalam abu kulit buah durian 50% + pirogalol 1,2%

g = Rambut uban dalam abu kulit buah durian 50% + tambaga (II) sulfat 0,98% h = Rambut uban dalam abu kulit buah durian 50% + pirogalol 1,2% + tembaga

(II) sulfat 0,98%.

Pada gambar II dapat dilihat bahwa hasil pengecatan rambut uban dalam abu kulit buah durian 50% (IIb) terjadi perubahan warna yaitu pirang, dalam pirogalol 1,2% (IIc) berwarna coklat gelap, dalam tembaga (II) sulfat 0,98% (IId) berwarna pirang terang, dalam pirogalol 1,2% + tembaga (II) sulfat 0,98% (IIe) berwarna coklat gelap, dalam abu kulit buah durian 50% + pirogalol 1,2% (IIf) berwarna coklat, dalam abu kulit buah durian 50% + tembaga (II) sulfat 0.98% (IIg) berwarna pirang terang, dan dalam abu kulit buah durian 50% + pirogalol 1,2% + tembaga (II) sulfat 0,98% (IIh) memberikan warna pirang gelap.

Pada gambar (IIb) warna yang dihasilkan abu kulit buah durian berwarna pirang yang kurang stabil. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ditjen POM (1985) yaitu zat warna alami sukar menembus ke dalam korteks rambut, tetapi hanya terdeposit pada permukaan tangkai rambut dan salutan tipis.

Hasil penelitian gambar (IIb) menunjukkan bahwa warna yang terjadi kurang stabil karena dapat hilang dengan pencucian, oleh karena itu untuk mendapatkan hasil yang optimal maka pewarna alami digunakan bersamaan dengan zat warna logam dan zat pembangkit warna. Efek warna rambut dapat terlihat jelas pada gambar (IIh) yaitu berwarna pirang gelap. Penggunaan zat


(42)

warna senyawa logam dan zat pembangkit warna akan menghasilkan warna yang lebih kuat dan lebih stabil (Ditjen POM, 1985).

Pada formula pewarna rambut ini, peran abu kulit buah durian adalah sebagai pewarna dimana warna rambut yang dihasilkan lebih berkilau (tidak kusam).

Tembaga (II) sulfat adalah salah satu zat warna senyawa logam dalam bentuk garam yang dapat digunakan sebagai komponen warna pada pewarna rambut. Biasanya dikombinasikan dengan zat warna alam dan pirogalol sebagai pembangkit warna (Dalton, 1985).

Pirogalol mempunyai peranan penting dalam menghasilkan perubahan warna. Semakin besar konsentrasi pirogalol maka perubahan warnanya akan semakin gelap. Ini disebabkan oleh sifat pirogalol yang mudah teroksidasi dalam suasana alkali (basa). Pirogalol adalah zat yang bersifat asam lemah, jika dilarutkan dalam air akan mengakibatkan perubahan sifat pirogalol dari asam lemah menjadi bersifat basa, yaitu basa konjugasi. Ini disebabkan pirogalol dalam larutan tersebut melepaskan proton (atom H). Perubahan sifat ini akan semakin mempercepat terjadinya reaksi oksidasi.


(43)

3.1.2 Pengaruh Konsentrasi Abu Kulit Buah Durian Terhadap Perubahan Warna Rambut Uban

Tabel III. Data hasil pengamatan secara visual pengaruh konsentrasi abu kulit buah durian terhadap perubahan warna rambut uban

No Formula Hasil pewarnaan pada perendaman (jam)

I II III IV

1 A Pirang Pirang gelap Coklat terang Coklat terang

2 B Pirang Pirang Pirang gelap Coklat terang

3 C Pirang gelap Coklat terang Coklat terang Coklat 4 D Pirang gelap Pirang gelap Pirang gelap Pirang gelap 5 E Pirang gelap Pirang gelap Pirang gelap Pirang gelap

A B C D E

Gambar III. Pengaruh konsentrasi abu kulit buah durian terhadap perubahan warna dengan lama pengecatan 4 jam

Keterangan:

Formula A = Konsentrasi abu kulit buah durian 30% Formula B = Konsentrasi abu kulit buah durian 35% Formula C = Konsentrasi abu kulit buah durian 40% Formula D = Konsentrasi abu kulit buah durian 45% Formula E = Konsentrasi abu kulit buah durian 50%

I = Hasil pewarnaan pada perendaman selama 1 jam II = Hasil pewarnaan pada perendaman selama 2 jam


(44)

III = Hasil pewarnaan pada perendaman selama 3 jam IV = Hasil pewarnaan pada perendaman selama 4 jam

Dari gambar III terlihat bahwa konsentrasi abu kulit buah durian yang lebih kecil yaitu formula A (30%) pada perendaman IV, menghasilkan warna coklat terang. Begitu juga dengan formula B (35%) pada perendaman IV menghasilkan warna coklat terang. Pada formula C menghasilkan warna yang lebih gelap yaitu warna coklat jika dibandingkan dengan formula A,B,D, dan E. Hal ini disebabkan karena abu kulit buah durian sebagai pewarna rambut memberikan warna pirang, sehingga dalam konsentrasi yang cukup tinggi mempengaruhi warna gelap yang dihasilkan oleh tembaga (II) sulfat dan pirogalol, serta sediaannya yang cair menyebabkan rambut uban terendam dengan baik dan terjadi penyerapan warna yang sempurna oleh rambut uban. Formula D dan E adalah konsentrasi tinggi yaitu 45% dan 50%. Dari hasil penelitian yang diperoleh semakin besar konsentrasinya hasil pewarnaannya menjadi lebih terang, hal ini disebabkan karena pengaruh sediaan pewarna rambut yang kental sehingga tidak terjadi penyerapan warna yang sempurna pada saat proses perendaman.

Pencampuran abu kulit buah durian, pirogalol, dan tembaga (II) sulfat dapat memperbaiki daya lekat warna pada rambut. Zat warna dapat menempel lebih kuat pada tangkai rambut, hal ini disebabkan karena molekul – molekul tersebut menembus kutikula dan masuk ke dalam korteks rambut sehingga terjadi perubahan warna pada rambut (Ditjen POM, 1985).

Dari hasil pencampuran abu kulit buah durian, pirogalol, tembaga (II) sulfat dapat diperoleh beberapa keuntungan, antara lain: warna yang dihasilkan


(45)

lebih bagus (mengarah ke warna gelap), lebih stabil (tidak luntur), dan lebih bercahaya sehingga terlihat alami.

3.1.3 Pengaruh Waktu Perendaman Terhadap Hasil Pewarnaan Rambut Uban

Dari hasil pengamatan terhadap percobaan yang telah dilakukan, diketahui bahwa lamanya waktu perendaman mempengaruhi hasil pewarnaan rambut uban seperti terlihat pada gambar di bawah ini yang diambil dari formula C.

a b c d

Gambar IV. Pengaruh waktu perendaman terhadap hasil pewarnaan rambut uban Keterangan:

a = Perendaman 1 jam b = Perendaman 2 jam c = Perendaman 3 jam d = Perendaman 4 jam

Ternyata lama perendaman yang dilakukan selama 4 jam diperoleh hasil pewarnaan rambut uban yang optimal. Sehingga waktu perendaman dapat ditentukan selama 4 jam.

Dari gambar IV terlihat bahwa pewarnaan rambut ini terjadi secara bertahap, sedikit demi sedikit mengubah rambut uban dari putih menjadi warna coklat. Pada perendaman selama 1 jam mengubah warna putih menjadi pirang


(46)

gelap, kemudian pada perendaman selama 2 dan 3 jam mengubah warna dari pirang gelap menjadi coklat terang, dan pada perendaman selama 4 jam menjadi coklat.

Menurut Ditjen POM (1985), tembaga (II) sulfat merupakan zat warna senyawa logam, umumnya memiliki daya lekat yang tidak begitu kuat, sehingga jika digunakan langsung harus dilakukan pengecatan setiap hari sampai terbangkit corak warna yang diinginkan, oleh sebab itu untuk memperbaiki daya lekatnya, maka zat warna senyawa logam ini sering dicampur dengan pembangkit warna dan zat warna alam. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian pada formula C yaitu campuran abu kulit buah durian dengan pirogalol dan tembaga (II) sulfat.

Daya lekat zat warna logam ini juga semakin kuat dengan dilakukannya perendaman secara bertahap selama 1 - 4 jam. Dapat dilihat pada perendaman selama 4 jam menghasilkan warna yang lebih gelap yaitu coklat.

Dari pengamatan visual terhadap hasil percobaan yang dilakukan diperoleh formula yang menghasilkan warna paling gelap yang mengarah kepada warna coklat, yaitu formula C yang terdiri dari abu kulit buah durian 40%, pirogalol 1,2%, tembaga (II) sulfat 0,98%. Kemudian formula inilah yang digunakan untuk uji evaluasi.


(47)

3.2 Hasil Evaluasi

3.2.1 Pengamatan Stabilitas Warna 3.2.1.1. Stabilitas Terhadap Pencucian

Dari hasil pencucian terlihat bahwa hasil rambut sebelum dan setelah pencucian tetap sama, seperti yang terlihat pada gambar berikut:

a b c d e

Gambar V. Warna rambut sebelum dan setelah pencucian Keterangan:

a = sebelum pencucian b = 1 kali pencucian c = 5 kali pencucian d = 10 kali pencucian e = 15 kali pencucian

Dari gambar V terlihat bahwa mulai dari pertama kali pencucian sampai ke 15 kali pencucian warna rambut uban masih sama dengan warna pada saat sebelum pencucian. Menurut Ditjen POM (1985), warna rambut uban tetap stabil terhadap pencucian karena adanya pencampuran zat warna alam dengan zat warna senyawa logam. Campuran tersebut dapat memperbaiki daya lekat warna pada rambut sebab zat warna dapat menempel lebih kuat pada tangkai rambut, hal ini


(48)

disebabkan oleh molekul – molekul zat tersebut menembus kutikula dan masuk ke dalam korteks rambut sehingga warna tidak mudah hilang pada saat pencucian. 3.2.1.2 Stabilitas Terhadap Sinar Matahari

Warna ditentukan kestabilannya dengan memaparkan rambut selama 5 jam di bawah sinar matahari. Hasil pengamatan stabilitas warna terhadap sinar matahari dapat dilihat sebagai berikut:

a b

Gambar VI. Stabilitas warna terhadap sinar matahari Keterangan:

a = Warna rambut sebelum terkena sinar matahari langsung b = Warna rambut setelah terkena sinar matahari langsung

Dari gambar VI terlihat bahwa sesudah rambut terkena sinar matahari langsung warnanya menjadi lebih gelap, hal ini disebabkan sifat dari pirogalol yang apabila terkena cahaya ataupun udara akan teroksidasi sehingga warna rambut lebih gelap (Ditjen POM, 1985).

3.2.2 Uji Biologis (Uji Iritasi)

Sediaan pewarna rambut yang hendak dipasarkan untuk konsumen harus diberikan penandaan yang jelas mengenai cara penggunaan, komposisi, dan kadar zat yang digunakan. Selain itu, pada etiket tersebut harus tercantum perlu tidaknya uji iritasi sebelum digunakan. Uji ini dilakukan untuk meyakinkan apakah dalam


(49)

formulasi sediaan pewarna rambut terjadi reaksi antara komponen sehingga terbentuk zat yang bersifat iritan atau toksik.

Uji ini dilakukan terhadap 6 orang sukarelawan. Formula yang dipilih adalah formula C yang terdiri dari abu kulit buah durian 40%, pirogalol 1,2%, tembaga (II) sulfat 0,98%. Hasil pengujian dapat dilihat dari data pengamatan yang dilakukan pada masing – masing sukarelawan.

Tabel IV. Data pengamatan uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

No Pernyataan Sukarelawan

I II III IV V VI

1 Eritema - - - -

2 Eritema dan Papula - - - -

3 Eritema, Papula, dan Vesikula - - - -

4 Edema dan Vesikula - - - -

Keterangan: + = Ya - = Tidak

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa formula yang digunakan tidak mengakibatkan iritasi pada kulit.


(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan:

1. Abu kulit buah durian, pirogalol, tembaga (II) sulfat dapat diformulasikan dan digunakan sebagai pewarna rambut.

2. Abu kulit buah durian dalam formula pewarna rambut memberikan warna mulai dari pirang sampai coklat, dapat menstabilkan warna atau memberikan daya lekat yang lebih baik sehingga rambut menjadi lebih bercahaya dan alami.

3. Formula yang menghasilkan warna yang paling gelap adalah formula C dengan konsentrasi 40% + pirogalol 1,2% + tembaga (II) sulfat 0,98% berwarna coklat, stabil terhadap pencucian beberapa kali dan sinar matahari langsung, serta tidak menimbulkan reaksi iritasi pada kulit.

5.2 Saran

Disarankan pada peneliti selanjutnya dapat menghasilkan pewarna rambut abu kulit buah durian yang diformulasikan dalam bentuk sediaan serbuk atau bentuk sediaan lain yang menghasilkan warna yang lebih baik dengan waktu pengecatan yang lebih singkat yang memenuhi persyaratan sebagai pewarna rambut.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Anonima. (2010). Durian. Diakses pada tanggal 14 April 2010.

Anonimb. (1960). The Merck Index of Chemical and Drugs Seventh Edition. New York: Merck & Co.Inc. Hal. 302 - 303

Bariqina, E; dan Ideawati. (2001). Perawatan & Penataan Rambut. Yogyakarta: Adi Cita Karya Nusa. Hal. 1 – 4, 26 – 27

Dalton, J. W. (1985). The Professional Cosmetologist. St. Paul: West Publishing Company. Hal. 201 – 220

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Depkes. Hal 192 – 193, 1199

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Depkes. Hal. 86, 206 – 219

Putro. Dhody, (1998). Agar Awet Muda. Ungaran: Trubus Agriwidya. Hal. 12 - 15 Rostamailis. (2008). Tata Kecantikan Rambut. Jakarta: Cable Book. Hal. 15 - 22 Soedarya, A.P. (2009). Agribisnis Durian. Bandung: Penerbit CV Pustaka

Grafika. Hal. 18 – 25

Tranggono, R. I. S. Latifah. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. 33 – 37

Wasitaatmaja, S. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia. Hal. 58 – 60

Widarto, Heru. (2009). Uji Aktivitas Minyak Atsiri Kulit Durian (Durio Zibethinus Murr). Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah. Hal. 1, 9 – 11


(52)

Lampiran 1. Gambar Kulit Buah Durian


(53)

Lampiran 2. Gambar Abu Kulit Buah Durian


(54)

Lampiran 3. Gambar Pewarnaan Rambut

1 jam 2jam 3 jam 4jam

Gambar IX a. Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, 4 jam dalam abu kulit buah durian 30% + pirogalol 4,8% + tembaga (II) sulfat 3,8%

1jam 2jam 3jam 4jam

Gambar IX b. Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, 4 jam dalam abu kulit buah durian 35% + pirogalol 4,8% + tembaga (II) sulfat 3,8%


(55)

1jam 2jam 3jam 4jam

Gambar IX c. Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, 4 jam dalam abu kulit buah durian 40% + pirogalol 4,8% + tembaga (II) sulfat 3,8%

1jam 2jam 3jam 4jam

Gambar IX d. Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, 4 jam dalam abu kulit buah durian 45% + pirogalol 4,8% + tembaga (II) sulfat 3,8%


(56)

Lampiran 1. Gambar Pohon Durian


(57)

Lampiran 2. Gambar Kulit Buah Durian


(58)

Lampiran 3. Gambar Abu Kulit Buah Durian


(59)

Lampiran 4. Gambar Pirogalol


(60)

Lampiran 5. Gambar Tembaga II sulfat


(61)

Lampiran 6. Gambar Pewarnaan Rambut

1 jam 2jam 3 jam 4jam

Gambar IX a. Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, 4 jam dalam abu kulit buah durian 30% + pirogalol 4,8% + tembaga (II) sulfat 3,8%

1jam 2jam 3jam 4jam

Gambar IX b. Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, 4 jam dalam abu kulit buah durian 35% + pirogalol 4,8% + tembaga (II) sulfat 3,8%

1jam 2jam 3jam 4jam

Gambar IX c. Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, 4 jam dalam abu kulit buah durian 40% + pirogalol 4,8% + tembaga (II) sulfat 3,8%

1jam 2jam 3jam 4jam

Gambar IX d. Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, 4 jam dalam abu kulit buah durian 45% + pirogalol 4,8% + tembaga (II) sulfat 3,8%


(62)

1jam 2jam 3jam 4jam

Gambar IX e. Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, 4 jam dalam abu kulit buah durian 50% + pirogalol 4,8% + tembaga (II) sulfat 3,8%.


(63)

(1)

Lampiran 3. Gambar Abu Kulit Buah Durian


(2)

Lampiran 4. Gambar Pirogalol


(3)

Lampiran 5. Gambar Tembaga II sulfat


(4)

Lampiran 6. Gambar Pewarnaan Rambut

1 jam 2jam 3 jam 4jam

Gambar IX a. Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, 4 jam dalam abu kulit buah durian 30% + pirogalol 4,8% + tembaga (II) sulfat 3,8%

1jam 2jam 3jam 4jam

Gambar IX b. Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, 4 jam dalam abu kulit buah durian 35% + pirogalol 4,8% + tembaga (II) sulfat 3,8%

1jam 2jam 3jam 4jam

Gambar IX c. Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, 4 jam dalam abu kulit buah durian 40% + pirogalol 4,8% + tembaga (II) sulfat 3,8%

1jam 2jam 3jam 4jam

Gambar IX d. Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, 4 jam dalam abu kulit buah durian 45% + pirogalol 4,8% + tembaga (II) sulfat 3,8%


(5)

1jam 2jam 3jam 4jam

Gambar IX e. Pewarnaan rambut selama 1, 2, 3, 4 jam dalam abu kulit buah durian 50% + pirogalol 4,8% + tembaga (II) sulfat 3,8%.


(6)