UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sistem pH dapar yang biasanya terdegradasi dari asam atau basa lemah dan garamnya biasanya ditambahkan ke dalam sediaan cair ditambahkan untuk
mempertahankan pHnya pada rentang dimana terjadinya degradasi obat minimum. Min Li, 2012
2.3 Degradasi Obat
Substansi obat yang digunakan dalam farmasetikal memiliki struktur molekul yang berbeda-beda. Oleh karena itu rentan terdegradasi oleh banyak dan
berbagai macam jalur degradasi. Jalur degradasi antara lain adalah hidrolisis, dehidrasi, isomerisasi dan rasemisasi, eliminasi, oksidasi, photodegradasi dan
interaksi kompleks dengan eksipien ataupun dengan obat lain. Ini sangat berguna untuk memperkirakan ketidakstabilan kimia yang terjadi berdasarkan struktur
melekulnya. Banyak obat yang cukup stabil, tetapi kelompok dengan gugus fungsional seperti ester dan cincin laktam yang terdapat pada beberapa obat rentan
terhadap hidrolisis dan gugus fungsional seperti katekol dan fenol cukup mudah teroksidasi. Min Li, 2012; Lee, David C, M L Webb, 2009
a. Hidrolisis Hidrolisis merupakan salah satu dari reaksi utama dari degradasi obat
terutama dalam bentuk larutan. Hidrolisis adalah proses dua tahap, dimana nukleofil, seperti air dan ion hidroksi yang ditambahkan yang kemudian akan
membentuk senayawa intermediet dari leaving group yang terlepas pada tahap kedua. Struktur senyawa mempengaruhi tingkat hidrolisis, dimana semakin
kuat asam konjugasi yang terlepas maka reaksi yang terjadi semakin cepat. Banyak obat yang mengandung gugus fungsional yang sangat rentan terhadap
hidrolisis. Contoh dari dua tipe reaksi hidrolisis Niazi, Sarfaraz, 2006:
Hidrolisis tipe satu dapat dikatalisasi baik oleh asam dan basa, oleh karena itu kontrol pH formulasi merupakan salah satu hal yang mempengaruhi tingkat
dekomposisi Niazi, Sarfaraz, 2006:.
X = OR ester, NR
1
R
2
amida Tipe I X = Halogen atau Leaving Group tipe II
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.1. Contoh hidrolisis dengan katalis asam
Gambar 2.2. Contoh hidrolisis dengan katalis basa
Beberapa obat-obat yang memiliki gugus fungsi yang rentan terhadap hidrolisis antara lain aspirin ester, spironolakton tiol ester, lakton,
kloramfenikol amida, sulfonamide, fenobarbitak imida, methicillin lactam dan klorambusil alifatik terhalogenasi Niazi, Sarfaraz, 2006:.
Degradasi melalui reaksi hidrolisis dipengaruhi oleh sejumlah factor seperti pH larutan, garam penyangga, dan kekuatan ion. Faktor yang paling
penting adalah pH larutan. Oleh karena itu penyesuaian pH dan penggunaan dapar yang tepat dan jika memungkinkan dalam jumlah sangat kecil Niazi,
Sarfaraz, 2006
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Oksidasi Reaksi penguraian kedua yang paling umum adalah melalui reaksi
oksidasi. Penguranga oksidasi redoks merupakan reaksi yang melibatkan baik transfer oksigen atau hidrogen ataupun elektron. Oksidasi disebabkan
oleh adanya oksigen dan reaksi yang dapat diinisasi oleh pemanasan, cahaya, dan paparan logam yang menghasilkan radikal bebas organic. Radikal ini
menyebarkan reaksi
oksidasi yang
berlangsung hingga
inhibitor menghancurkan radikal atau sampai terbentuknya reaksi samping yang
memutuskan rantai. Sensitivitas masing-masing entisitas obat baru terhadap oksigen atmosfir harus dievaluasi untuk mententukan apakah produk akhir
perlu dikemas dalam kondisi kedap udara dan jika harus mengandung antioksidan Niazi, Sarfaraz, 2006.
Obat mungkin akan terdegradasi menjadi substansi toksik. Oleh karenanya penting untuk mengetahui tidak hanya berapa banyak obat tersebut berkurang tapi
juga apa yang menyebabkannya terdegradasi. Beberapa kasus, zat pendegradasi mungkin berupa zat toksik. Contohnya obat pralidoxine yang terdegradasi melalui
dua jalur pH. Di kondisi pH basa, produk toksik cyanid terbentuk, pada obat lain, Contohnya zat pendegradasi dari tetrasiklin adalah epianhydrotetrasiklin diketahui
dapat menyebabkan sindrom fanconi. Terkadang, hasil reaksi intermediet yang terbentuk diketahui atau dicurigai memiliki efek toksik. Contohnya adalah
penisilin pada pH asam akan berubah menjadi asam penicilenik yang dicurigai berkontribusi dalam efek alergi terhadap penisilin. Yoshioka, Sumie and Stella,
Valentino J, 2000 Degradasi obat mungkin akan membuat obat berubah bentuk secara
estetika sehingga tidak dapat digunakan. Produk yang diduga dapat mengkontaminasi jika didapati perubahan yang signifikan, seperti perubahan
warna dan bau. Contohnya adalah epinephrine yang teroksidasi menjadi adrenochrome akan berubah warna menjadi warna merah pekat. Produk
epinephrine yang berubah warna menjadi pink sudah dianggap tercemar. Meskipun obat mungkin akan stabil dalam formulasinya, formulator harus juga
membuat obat dapat stabil di kondisi pH dalam saluran GI dan pada usus halus. Yoshioka, Sumie and Stella, Valentino J, 2000
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4 Tablet Salut