mengetahui jalannya survei dan kesulitan-kesulitan yang dialami dalam pengumpulan data. Teknik survei dilakukan dengan cara door-to-door, di mana
enumerator berkunjung ke desa-desa yang berbeda dalam wilayah kerjanya dan mendatangi pembudidaya secara acak untuk diwawancarai sampai mencapai
target kuota sampel untuk masing-masing enumerator, yaitu 30 pembudidaya per kecamatan.
5 Pertemuan Akhir dan Validasi Hasil Survei Sebuah pertemuan akhir diselenggarakan di Kabupaten Sidoarjo dengan
tujuan untuk mempresentasikan hasil survei pada semua aktor rantai pasok dan aktor lokal lainnya, dan untuk berdiskusi mengenai hasil survei tersebut sehingga
bisa dilakukan validasi dan perbaikan. Acara ini juga merupakan momen penting untuk memperkuat kesadaran para pemangku kepentingan lokal mengenai
implementasi Indikasi Geografis dan untuk menyajikan informasi mengenai tujuan penelitian sekali lagi. Pada akhirnya, tujuan akhirnya adalah untuk
mendapatkan data selengkap dan sevalid mungkin sambil tetap menjalin hubungan baik dengan semua aktor lokal.
3.5 Metode Analisis Data
Dalam beberapa hal, analisis data merupakan proses yang terus menerus dilakukan selama penelitian berlangsung. Peneliti mencatat poin-poin penting dan
memformulasikan hipotesis selama dalam penelitian di lapang. Dalam kurun waktu ini, peneliti menyaring hipotesis yang sesuai dan tidak sesuai dengan
kondisi di lapang. Setelah semua data terkumpul, peneliti menentukan kebenaran hipotesis dengan penjelasan dari kondisi-kondisi yang mendukung hipotesisnya
Afandi, 2003
3
. Peneliti mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan, yaitu: 1
Penerapan Indikasi Geografis Bandeng Sidoarjo tergantung pada karakteristik spesifik sistem produksi; 2 Penerapan Indikasi Geografis Bandeng Sidoarjo dapat
meningkatkan harga produk dalam rantai pasok; 3 Penerapan Indikasi Geografis Bandeng Sidoarjo dapat memberikan dampak positif dalam aspek ekonomi, sosial,
dan lingkungan.
Penjelasan mengenai hasil pengujian hipotesis-hipotesis di atas dan jawaban dari permasalahan-permasalahan penelitian akan disajikan secara
kuantitatif dan deskriptif. Penyajian kuantitatif diperoleh dari analisis statistik pada data yang didapatkan dari survei kuantitatif. Sedangkan, aspek deskriptif
diperoleh dari data yang didapatkan dari survei kualitatif yang telah divalidasi oleh aktor lokal. Pendekatan kuantitatif dan kualitatif harus dikombinasikan
dengan berbagai cara, berdasarkan kondisi di lapang Miller, 2001. Perpaduan kedua aspek ini adalah bentuk konfirmasi aspek kualitatif pada aspek kuantitatif
dalam menjelaskan kondisi-kondisi untuk membuktikan kebenaran hipotesis. Analisis yang dilakukan untuk menjelaskan jawaban permasalahan-
permasalahan dan menguji kebenaran hipotesis akan dilakukan dengan mengikuti kerangka analisis sebagaimana telah dijelaskan oleh Fournier et al. 2012
4
bahwa analisis ini fokus pada sistem produksi dan rantai pasok untuk penerapan
perlindungan Indikasi Geografis Bandeng Sidoarjo. Kerangka analisis untuk aspek kualitatif maupun analisis statistik, akan dijelaskan berikut ini.
A. Kerangka Analisis Kualitatif Penelitian ini menekankan pada analisis sistem produksi dan rantai pasok
terkait dengan implementasi Indikasi Geografis. Berikut ini adalah kerangka analisis umum untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut mengenai hal tersebut.
Tabel 3.2 Kerangka Analisis Sistem Produksi dan Rantai Pasok
Aspek IG Poin Analisis
Sistem Produksi •
Sejarah Produksi •
Keragaman Praktek Budidaya •
Ciri Khas Produk Rantai Pasok
• Kuantitas Produksi Pembudidaya
• Identifikasi Pelaku Mekanisme Rantai Pasok
• Rantai Nilai
1 Analisis Sistem Produksi Analisis sistem produksi dilakukan dengan penjabaran praktek pertanian
budidaya masing-masing sistem. Pendekatan secara sistematis memungkinkan pengumpulan data pada skala yang berbeda-beda: dari area produksi ke area
teritorial. Analisis ini mengikuti hipotesis tipologi pembudidaya yang diperoleh dari survei awal dengan aktor lokal dan informan kunci.
Data kualitatif digunakan untuk memvalidasi atau menyesuaikan ulang tipologi tersebut. Kuisioner kualitatif fokus pada unit produksi, sejarah, praktek
produksi, peralatan dan material yang digunakan, dan tenaga kerja. Tujuannya adalah untuk memahami perbedaan dan persamaan dalam sistem budidaya.
Setelah tujuan ini tercapai, data yang lebih lengkap akan didapatkan dari kuisioner kuantitatif yang akan memberikan data ekonomi, harga, kuantitas input, dan
durasi kerja. 2 Analisis Rantai Pasok dan Rantai Nilai
Kerangka kerja analisis ini bertujuan untuk mempelajari rantai pasok dengan memperhitungkan komponen fungsional, organisasional, dan ekonomi.
Diagnosis fungsional mempelajari tentang gambaran umum, struktur, dan mekanisme operasional dari rantai pasok aspek teknis, skala pasar, fungsi
pemasaran, dan manjemen kualitas. Diagnosis organisasional bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan link antar agen jaringan, kepetingan agen, strategi
manajemen rantai pasok yang dijalankan, macam pertukaran dan model koordinasi yang dilakukan. Berikut ini merupakan poin-poin yang diidentifikasi
dalam analisis rantai pasok antara lain: •
Fungsi dan aktivitas agen •
Kuantitas pembelian dan penjualan, pemasok dan pelanggan •
Harga, kondisi transaksi tunai, tempo, dll, strategi penjualan •
Hubungan dengan agen lain, jaringan agen •
Kontrol kualitas yang dilakukan •
Peran keaslian asal produk Rantai nilai adalah kumpulan aktivitas yang dilakukan untuk
memproduksi, memasarkan, dan mengirimkan produk Porter 1998 dalam Yana, 2013. Analisis rantai nilai Bandeng Sidoarjo akan difokuskan pada aktivitas
produksi dan pemasaran. Beberapa poin yang akan diidentifikasi antara lain: •
Keuntungan yang diterima pembudidaya •
Opportunity cost biaya peluang •
Penentuan harga jual
3 Pembuatan Skenario Pendaftaran Indikasi Geografis Kerangka skenario pendaftaran
Indikasi Geografis dibuat dengan
mempertimbangkan berbagai argumen, yaitu dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan. Skenario yang dibuat haruslah memuat produk yang tepat untuk
didaftarkan dan peningkatan nilai seperti apa yang bisa diberikan pada kekhasan kualitas produk lokal. Selain itu, hal yang penting untuk dipertimbangkan adalah
kemampuan masyarakat lokal untuk menerapkan skenario Indikasi Geografis yang dibuat serta melaksanakan sistem di dalamnya.
Keberhasilan penerapan sistem perlindungan Indikasi Geografis dinilai dari kegiatan aktivasi yang dilakukan oleh aktor lokal. Menurut Durand et al.
2013, dua tahap dalam pengembangan Indikasi Geografis dapat dibedakan menjadi pendaftaran dan aktivasi Indikasi Geografis. Langkah pendaftaran terdiri
dari persiapan, penyerahan dan pemeriksaan berkas-berkas aplikasi dan berakhir dengan pengakuan hukum. Langkah kedua adalah langkah aktivasi yang terdiri
dari pelaksanaan kontrol kualitas dan sistem keterunutan traceability, pelabelan produk Indikasi Geografis, dan kemudian menggerakkan secara progresif potensi
Indikasi Geografis. Oleh karena itu, keberhasilan skenario Indikasi Geografis diasumsikan dari sejauh mana pelaksanaan aktivasi Indikasi Geografis berhasil
dijalankan. B. Analisis Statistik
Indikasi Geografis pada dasarnya adalah perlindungan terhadap mutu dari sebuah barang. Seperti Bandeng Sidoarjo yang dikenal sebagai ikan bandeng yang
tidak berbau tanah. Oleh karena itu, penenlitian ini akan menganlisis secara statistik mengenai faktor alam dan manusia apa saja yang diduga berpengaruh
terhadap ciri khas ikan bandeng tersebut. Analisis statistik ini dilakukan dengan Regresi Linear Berganda dan Regresi Logistik Biner, yaitu regresi yang
digunakan untuk memprediksi besarnya variabel tak bebas yang merupakan variabel biner dengan menggunakan variabel bebas berskala interval yang sudah
diketahui besarnya Sarwono, 2012. Formulasi model pengaruh faktor-faktor independent yang diduga memengaruhi ciri khas ikan bandeng disajikan sebagai
berikut:
Y = B + B
1
X
1
+ B
2
X
2
+ B
3
X
3
Keterangan: Y = Ciri Khas Bandeng Bau Tanah 0 atau Tidak Bau Tanah 1
X
1
= Jenis Pakan Pakan Artifisial 0 dan Pakan Alami 1 X
2
= Obat-obatan = Kimia Sintetis 0 dan Kimia Non Sintetis 1 X
3
= Cara Buidadaya = Monokultur 0 dan Polikultur 1 X
4
= Pengolahan Tanah = Tidak Pernah Melakukan 0 dan Rutin Melakukan 1 B
= Konstanta B
1,2,3,4
= Koefisien regresi Hipotesis :
H = Tidak ada pengaruh nyata antara variabel-variabel bebas terhadap ciri khas
ikan bandeng. H
1
= Ada pengaruh nyata antara variabel-variabel bebas terhadap ciri khas ikan bandeng.
Regresi tersebut akan dilakukan dengan taraf kepercayaan sebesar 95 α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan terhadap kedua hipotesis di atas adalah sebagai
berikut: •
Jika angka probabilitas signifikansi Sig. 0,05, maka H
1
ditolak •
Jika angka probabilitas signifikansi Sig. ≤ 0,05, maka H
1
diterima Indikasi Geografis sebagai tidak hanya suatu bentuk proteksi, melainkan
juga sebuah sistem pengembangan ekonomi bagi pembudidaya lokal. Ikan bandeng dibudidayakan oleh pembudidaya perikanan di Daerah Delta Sidoarjo
selama bertahun-tahun, dan telah menjadi bagian dari mata pencaharian sehari- hari. Peningkatan nilai ekonomi dari pembangunan Indikasi Geografis tentu layak
diharapkan dari penjualan rantai pasok ikan bandeng. Oleh karena itu, analisis pengaruh positif dari identifikasi pelaku dan mekanisme pengelolaan rantai pasok
terhadap harga jual ikan bandeng yang diterima pembudidaya akan dilakukan dengan Regresi Linear Berganda. Formulasi model dirumuskan sebagai berikut :
Y = A + A
1
X
1
+ A
2
X
2
+ A
3
X
3
Keterangan: Y = Harga jual ikan bandeng RpKg
X
1
= Pembeli ikan bandeng = Non Depo 0 dan Depo 0 X
2
= Teknik Penjualan = Mengantar ke pasar, pengepul, dll 0 dan Pembeli datang ke tambak 1
X
3
= Pertimbangan ciri khas = Tanpa mempertimbangkan ciri khas 0 dan Mempertimbangkan ciri khas 1
X
4
= Hubungan Pelaku = Tidak ada kepercayaan 0 dan Ada kepercayaan 1 A
= Konstanta A
1,2,3,4
= Koefisien regresi Hipotesis :
H = Tidak ada pengaruh nyata antara variabel-variabel bebas terhadap harga ikan
bandeng. H
1
= Ada pengaruh nyata antara variabel-variabel bebas terhadap harga ikan bandeng.
Regresi tersebut akan dilakukan dengan taraf kepercayaan sebesar 95 α = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan terhadap kedua hipotesis di atas adalah sebagai
berikut: •
Jika angka probabilitas signifikansi Sig. 0,05, maka H
1
ditolak •
Jika angka probabilitas signifikansi Sig. ≤ 0,05, maka H
1
diterima Sebagai produk Indikasi Geografis, ikan bandeng dari daerah Delta
Sidoarjo memiliki kekhasan yang dipengaruhi oleh faktor alam dan manusia. Namun begitu, dengan berasumsi bahwa studi tentang tipologi sistem produksi
akan memberikan informasi mengenai faktor alam dan manusia dari masing- masing sistem produksi, maka skenario pendaftaran Indikasi Geografis akan
dibuat dengan mengacu pada masing-masing sistem produksi. Setiap skenario akan dipertimbangkan dengan berbagai kriteria untuk mengetahui potensi dampak
dari pendaftaran Indikasi Geografis. Kriteria-kriteria tersebut antara lain: kekhasan kualitas, dampak sosial, dampak ekonomi, dan dampak lingkungan.
Meskipun bandeng asap telah terdaftar sebagai produk Indikasi Geografis, namun sampai sekarang masih belum bisa diketahui bagaimana dampaknya.
Dengan alasan itu, pembuatan skenario tetap diperlukan untuk memberikan gambaran yang lebih spesifik dan sebagai bahan perbaikan skenario pendaftaran
Indikasi Geografis. Selain itu, ikan bandeng juga diolah menjadi berbagai produk lain, seperti bandeng presto, bandeng krispi, bandeng otak-otak, bandeng pepes,
dan abon bandeng. Dengan pertimbangan bahwa produk-produk tersebut juga dibuat dari bahan baku yang sama, artinya produk-produk tersebut juga memiliki
kekhasan yang sama. Oleh karena itu, skenario pendaftarannya juga perlu dipertimbangkan.
Pemilihan skenario-skenario penerapan Indikasi Geografis perlu dianalisis untuk menentukan skenario mana yang layak dan perlu diprioritaskan. Dengan
berbagai kriteria yang telah disebutkan sebelumnya, maka digunakan Analytical Hierarchy Process AHP untuk menentukan skenario yang menjadi prioritas.
Adapun hierarki untuk AHP pendaftaran Indikasi Geografis produk-produk berbasis ikan Bandeng Sidoarjo dapat dilihat seperti berikut ini:
Untuk menguji hipotesis yang ketiga mengenai kelayakan implementasi skenario Indikasi Geografis untuk produk-produk berbasis Ikan Bandeng Sidoarjo
dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT Strenght,
Weakness, Opportunity, Threat. Menurut Rangkuti 2001, Analisis SWOT tahapan dalam
menyusun strategi, yaitu menyusun terlebih dahulu analisis faktor internal Internal Factor Analysis SummaryIFAS yang terdiri dari kekuatan strength
Pendaftaran Indikasi Geografis
Kekhasan Produk Dampak Sosial
Dampak Ekonomi Dampak Lingkungan
1. Skenario 1 2. Skenario 2
3. Skenario 3 4. Skenario 4
1. Skenario 1 2. Skenario 2
3. Skenario 3 4. Skenario 4
1. Skenario 1 2. Skenario 2
3. Skenario 3 4. Skenario 4
1. Skenario 1 2. Skenario 2
3. Skenario 3 4. Skenario 4
Gambar 3.3 Bagan Analisis Hierarki Proses
dan kelemahan weakness serta analisis faktor eksternal Eksternal Faktor Analysis SummaryEFAS yang terdiri dari peluang Opportunity dan ancaman
threat. Faktor internal merupakan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan
implementasi skenario Indikasi Geografis yang berasal dari dalam komunitas masyarakat lokal. Sedangkan, faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat
mendukung keberhasilan implementasi skenario Indikasi Geografis yang berasal dari luar komunitas masyarakat lokal. Oleh karena itu dalam penelitian ini perlu
diidentifikasi faktor internal yang bersifat mendukung S dan menghambat W, serta faktor eksternal yang bersifat mendukung O dan menghambat T juga.
Distribusi kedua faktor tersebut disajikan dalam tabel 3.3 berikut ini:
Tabel 3.3 Distribusi Faktor Internal dan Eksternal untuk Analisis SWOT
Kategori Faktor Internal
Faktor Eksternal
Kekuatan S 1
O 1 S 2
O 2 S 3
O 3 S 4
O n S 5
S n
Kelemahan W 1
T 1 W 2
T 2 W n
T n
Distribusi mengenai faktor internal dan eksternal dapat dijelaskan sebagai berikut: S 1 = kekhasan produk
S 2 = ketersediaan pakan S 3 = cara budidaya polikultur
S 4 = penggunaan produk kimia sintetis
W 1 = siklus produksi W 2 = kapasitas produksi tahunan
O 1 = pengeluaran pembudidaya exclusion O 2 = penghargaan sosial
O 3 = dukungan pemerintah daerah O 4 = potensi promosi
T 1 = luas lahan tambak T 2 = pasokan ikan bandeng dari luar Delta Sidoarjo
T 3 = perbedaan teknik pengelolaan bandeng
Tabel 3.4 Analisis Faktor Internal IFAS Faktor-faktor
stategi internal Bobot
Rating Nilai
bobot x rating Fenomena
Kekuatan Kelemahan
Total Sumber: Rangkuti 2011
Tabel 3.5 Analisis Faktor Eksternal EFAS Faktor-faktor
stategi internal Bobot
Rating Nilai
bobot x rating Fenomena
Peluang Ancaman
Total Sumber: Rangkuti 2011
Langkah Kerja: 1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan Strength, Kelemahan
Weakness, Peluang Opportnity dan ancaman threatment. 2. Pemberian nilai bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari
1,0 paling penting sampai 0,0 tidak penting, berdasarkan pengaruh faktor- faktor tersebut terhadap posisi strategis skenario Indikasi Geografis.
3. Menghitung rating untuk masing-masing faktor kekuatan dan peluang dengan memberikan skala mulai dari 4 outstanding sampai dengan 1 poor.
Sedangkan nilai rating kelemahan dan ancaman adalah kebalikannya, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Variabel yang termasuk dalam kategori kekuatan positif diberi nilai mulai dari 1 tidak kuat sampai dengan 4 sangat kuat
1 = tidak kuat 3 = kuat
2 = cukup kuat 4 = sangat kuat
b. Variabel yang termasuk dalam kategori kelemahan negatif diberi nilai mulai dari 1 sangat lemah sampai dengan 4 tidak lemah
1 = sangat lemah 3 = cukup lemah
2 = lemah 4 = tidak lemah
c. Variabel yang termasuk dalam kategori peluang positif diberi nilai mulai dari 1 tidak berpeluang sampai dengan 4 sangat berpeluang
1 = tidak berpeluang 3 = berpeluang
2 = cukup berpeluang 4 = sangat berpeluang
d. Variabel yang termasuk dalam kategori ancaman positif diberi nilai mulai dari 1 sangat mengancam sampai dengan 4 tidak mengancam
1 = sangat mengancam 3 = cukup mengancam
2 = mengancam 4 = tidak mengancam
e. Mengalikan masing-masing bobot dengan rating untuk memperoleh hasil faktor pembobotan dalam kolom nilai. Hasilnya berupa skor pembobotan
untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 sampai dengan 1,0.
f. Menggunakan kolom komentar untuk memberikan keterangan berupa catatan
mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.
g. Jumlahkan skor pembobotan untuk memperoleh total skor pembobotan skenario Indikasi Geografis yang bersangkutan.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai faktor-faktor kondisi internal dan nilai faktor-faktor kondisi eksternal pada skenario Indikasi Geografis produk berbasis
Ikan Bandeng Sidoarjo maka dapat dikomplikasikan ke dalam matrik posisi
kompetitif relatif skenario Indikasi Geogarfis yang ditunjukkan dalam diagram sebagai berikut :
Gambar 3.4 Matrik Posisi Kompetitif Relatif Sumber: Rangkuti, 2011
Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: a. Apabila skenario Indikasi Geografis produk berbasis Ikan Bandeng Sidoarjo
terletak di daerah White Area Bidang Kuat-Berpeluang, maka skenario tersebut memiliki peluang keberhasilan yang prospektif dan masyarakat lokal
memiliki kompetensi untuk menjalankannya. b. Apabila skenario Indikasi Geografis produk berbasis Ikan Bandeng Sidoarjo
terletak di daerah Grey Area Bidang Lemah-Berpeluang, maka usaha tersebut memiliki peluang keberhasilan yang prospektif, namun masyarakat
lokal tidak memiliki kompetensi untuk menjalankannya. c. Apabila skenario Indikasi Geografis produk berbasis Ikan Bandeng Sidoarjo
terletak di daerah Grey Area Bidang Kuat-Terancam, maka skenario tersebut cukup relevan dan masyarakat lokal memiliki kompetensi untuk
menjalankannya, namun peluang keberhasilannya sangat mengancam. d. Apabila skenario Indikasi Geografis produk berbasis Ikan Bandeng Sidoarjo
terletak di daerah Black Area Bidang Lemah-Terancam, maka skenario tersebut tidak memiliki peluang keberhasilan dan masyarakat lokal tidak
memiliki kompetensi untuk menjalankannya. IFAS
WHITE AREA
GREY AREA
BLACK AREA
EFAS
GREY AREA
3.6 Definisi Operasional