satu upaya untuk memperbaiki sifat dan kualitas komponen seperti full annealing, normalizing, hardening atau tempering.
Proses pengerasan atau hardening adalah suatu proses perlakuan panas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu benda kerja yang keras, proses ini
dilakukan pada temperatur tinggi yaitu pada temperatur austenisasi yang digunakan untuk melarutkan sementit dalam austenit yang kemudian di quench.
Pada tahap ini akan menghasilkan terperangkapnya karbon yang akan menyebabkan bergesernya atom-atom sehingga terbentuk struktur body center
tetragonal atau struktur yang tidak setimbang yang disebut martensit yang bersifat keras dan getas.
Pada proses pelunakkan atau full annealing merupakan proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlite yang kasar coarse pearlite tetapi lunak dengan
pemanasan sampai austenitisasi dan didinginkan secara perlahan-lahan dalam tungku pemanas furnace, yang bertujuan untuk memperbaiki ukuran butir serta
dalam beberapa hal juga memperbaiki machinibility.
1.2 Perumusan MasalahBatasan Masalah
Bertolak dari latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:
1. Bagaimanakah kekuatan tarik yang di miliki baja ST
37
setelah di las dengan menggunakan las listrik dan setelah diberikan perlakuan panas ?
2. Berapa besar pengaruh pengelasan dengan menggunakan las listrik dan setelah diberikan perlakuan panas terhadap kekuatan tarik pada daerah HAZ logam
induk? Agar dalam penyusunan skripsi ini lebih mengarah ke tujuan penelitian
dengan membatasi pokok permasalahan sebagai berikut: 1.
Bahan yang digunakan adalah baja ST
37
dengan tebal 3 mm. 2.
Pengelasan yang dilakukan adalah pengelasan listrik dengan elektroda terbungkus E 6013 diameter 2,6 mm.
3. Arus listrik yang digunakan dalam proses pengelasan listrik yaitu 80 Ampere.
4. Sambungan yang di gunakan adalah tipe sambungan tumpul butt joint dua
sisi.
Universitas Sumatera Utara
5.
Suhu yang di gunakan pada perlakuan panas
adalah 850
o
C. 6.
Media pendingin pada perlakuan panas adalah Oli Mesran SAE 40.
1.3 Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas pada hasil pengelasan baja ST
37
ditinjau dari kekuatan tarik bahan.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: a. Bagi dunia pendidikan merupakan suatu pengalaman yang sangat
menguntungkan sebagai pengembangan ilmu di bidang pengelasan b. Sebagai informasi yang penting dalam rangka usaha peningkatan kualitas hasil
pengelasan c. Sebagai literatur pada penelitian sejenisnya dalam rangka pengembangan
teknologi khususnya di bidang pengelasan.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini akan dibagi dalam beberapa bab. Secara garis besar, isi yang dimuat dalam skripsi ini adalah seperti yang tercakup dalam sistematika
penulisan berikut:
BAB 1: PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan latar belakang, rumusan masalahbatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistemetika penulisan.
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisikan tinjauan umum tentang pengelasan, parameter pengelasan, dan persiapan sambungan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3: METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas tentang metode yang dijalankan untuk mendapatkan hasil pengujian.
BAB 4: DATA HASIL PENELITIAN
Pada Bab ini akan memaparkan hasil data yang didapat dari hasil pengujian yang telah dilakukan.
BAB 5: DISKUSI
Pada Bab ini akan membahas hasil pengujian yang didapat setelah proses sebelumnya dicapai.
BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN
Pada Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari analisa hasil pengujian yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengelasan
Las dalam bidang konstruksi sangat luas penggunaannya meliputi konstruksi jembatan, perkapalan, industri karoseri dll. Disamping untuk
konstruksi las juga dapat untuk mengelas cacat logam pada hasil pengecoran logam, mempertebal yang aus Wiryosumarto dan Okumura; 2004.
Secara sederhana dapat diartikan bahwa pengelasan merupakan proses penyambungan dua buah logam sampai titik rekristalisasi logam baik
menggunakan bahan tambah maupun tidak dan menggunakan energi panas sebagai pencair bahan yang dilas.
Pengertian pengelasan menurut Widharto 2003 adalah salah satu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan.
Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen DIN las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam
keadaan lumer atau cair. Wiryosumarto dan Okumura 2004 menyebutkan bahwa pengelasan adalah penyambungan setempat dari beberapa batang logam dengan
menggunakan energi panas. Penyambungan dua buah logam menjadi satu dilakukan dengan jalan
pemanasan atau pelumeran, dimana kedua ujung logam yang akan disambung di buat lumer atau dilelehkan dengan busur nyala atau panas yang didapat dari busur
nyala listrik gas pembakar sehingga kedua ujung atau bidang logam merupakan bidang masa yang kuat dan tidak mudah dipisahkan Arifin,1997. Paling tidak
saat ini terdapat sekitar 40 jenis pengelasan. Dari seluruh jenis pengelasan tersebut hanya dua jenis yang paling populer di Indonesia yaitu pengelasan dengan
menggunakan busur nyala listrik Shielded metal arc welding SMAW dan las karbit Oxy acetylene weldingOAW.
2.2 Las Busur Listrik