Radikal Bebas PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia) ORAL MENURUNKAN KADAR F2- ISOPROSTAN PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI PELATIHAN FISIK BERLEBIH.

pencegahan, pengobatan, dan perbaikan ke keadaan semula berbagai disfungsi, kelainan, dan penyakit yang berkaitan dengan penuaan, yang bertujuan untuk memperpanjang hidup dalam keadaan sehat” Pangkahila, 2011. Jadi penuaan dianggap dan diperlakukan sama dengan penyakit, yang dapat dicegah, dihindari, dan diobati, sehingga dapat kembali ke keadaan semula dan pada akhirnya usia harapan hidup menjadi lebih panjang dan dalam keadaan sehat dengan kualitas hidup yang tetap baik. Dengan demikian manusia tidak lagi harus membiarkan begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan Pangkahila, 2011. Perubahan paradigma inilah yang membedakan AAM dengan kedokteran konvensional yang kini masih mendominasi dunia kedokteran. AAM secara progresif berupaya mengatasi proses penuaan agar keluhan, disfungsi, atau penyakit tidak muncul, sedangkan kedokteran konvensional mengatasi keluhan, disfungsi, dan penyakit yang muncul karena proses penuaan Pangkahila, 2011.

2.2 Radikal Bebas

Radikal bebas adalah suatu molekul reaktif dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbit terluar Pham-Huy et al., 2008. Konfigurasi yang tidak stabil ini kemudian berinteraksi dengan molekul yang berdekatan, seperti protein, lipid, karbohidrat, dan asam nukleat, kemudian menjadikan molekul tersebut tidak stabil dan terjadilah reaksi rantai yang baru akan berhenti setelah diredam oleh senyawa yang bersifat antioksidan. Radikal bebas yang paling sering menyebabkan kerusakan sistem biologi adalah oxygen-free radical, yang lebih dikenal sebagai reactive oxygen species ROS Rahman, 2007.

2.2.1 Klasifikasi Radikal Bebas

Menurut Salama dan El-Bahr 2007, radikal bebas dapat dibagi menjadi: 1. Oxygen centered radicals terdiri dari anion superoksida O 2 ● , radikal hidroksil ● OH, radikal alkoksil RO ● , dan radikal peroksil ● OOH atau ROO ● . 2. Oxygen centered non radicals terdiri dari hidrogen peroksida H 2 O 2 dan oksigen singlet 1 O 2 . 3. Spesies radikal lain atau reactive nitrogen species RNS antara lain: nitrit oksida NO ● , nitrit dioksida NO ● 2 , dan peroksinitrit OONO-. Gambar 2.1 Klasifikasi radikal bebas Salama dan El-Bahr, 2007

2.2.2 Sumber Radikal Bebas

Menurut Pham-Huy et al. 2008, sumber radikal bebas dapat dibagi menjadi: 1. Radikal bebas yang dihasilkan dari dalam tubuh akibat adanya proses enzimatik oleh mitokondria, membran plasma, lisosom, retikulum endoplasma, dan inti sel. Proses enzimatik yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas antara lain berupa oksidasi pada proses respirasi, pencernaan, dan metabolisme 2. Radikal bebas yang berasal dari dalam tubuh akibat adanya proses nonenzimatik. Hal ini disebabkan oleh reaksi oksigen dengan senyawa organik melalui ionisasi dan radiasi. Contohnya, pada reaksi inflamasi dan iskemia 3. Radikal bebas yang berasal dari luar tubuh yang diakibatkan oleh adanya polutan seperti asap rokok, asap kendaraan bermotor, radiasi sinar UV, sinar X, sinar gamma, konsumsi makanan tinggi lemak, caffeine, alkohol, pestisida atau zat beracun lainnya. Selain itu radikal bebas juga dapat dipicu oleh adanya stres atau aktivitas fisik berlebih 2.2.3 Pembentukan Radikal Bebas Secara umum, tahapan reaksi pembentukan radikal bebas melalui tiga tahapan reaksi berikut Winarsi, 2010: 1. Tahap inisiasi, yaitu awal pembentukan radikal bebas, menjadikan senyawa non radikal menjadi radikal. Misalnya: Fe ++ + H 2 O 2 Fe +++ + OH - + •OH R1 _H + •OH R1• + H 2 O 2. Tahap propagasi, yaitu pemanjangan rantai radikal, dimana reaksi berantai radikal bebas diperluas sehingga membentuk beberapa radikal bebas baru. R2_H + R1• R2 • + R1_H R3_H + R2• R3 • + R2_H 3. Tahap terminasi, yaitu pembentukan non radikal dari radikal bebas, bereaksinya senyawa radikal dengan radikal lain atau dengan penangkap radikal, sehingga potensi propagasinya rendah. R1 • + R1 • R1_R1 R2 • + R1 • R2_R1 R2 • + R2 • R2_R2 dan seterusnya

2.2.4 Reactive Oxygen Species ROS

ROS berasal dari elemen oksigen yang merupakan hal penting bagi organisme aerob, seperti halnya manusia. Sekitar 90 dari oksigen yang masuk ke dalam tubuh digunakan untuk menghasilkan energi berupa ATP melalui proses fosforilasi oksidatif di mitokondria. Sekitar 10 oksigen digunakan oleh enzimenzim untuk proses hidroksilasi dan reaksi oksigenisasi. Sekitar 1 – 2 oksigen menjadi residu yang kemudian dikonversi menjadi reactive oxygen species yang dikenal juga dengan ROS Baynes dan Dominiczak, 2014. ROS adalah istilah yang digunakan untuk radikal, bukan hanya radikal yang mengandung oksigen superoksida O 2 ● dan radikal hidroksil ● OH namun juga derivat oksigen yang tidak mengandung elektron tidak berpasangan seperti hidrogen peroksida H 2 O 2 dan oksigen singlet 1 O 2 Pham-Huy et al., 2008. Proses fosforilasi oksidatif yang terjadi di mitokondria menghasilkan energi berupa ATP melalui reduksi oksigen menjadi dua molekul air, dengan reaksi sebagai berikut Winarsi, 2010: O 2 + 4H + + 4e - 2H 2 O Reduksi satu molekul oksigen menjadi dua molekul air terjadi dengan memindahkan empat elektron. Namun dalam keadaan tertentu, proses pemindahan elektron ini tidak terjadi secara sempurna, sehingga mengakibatkan terbentuknya spesies reaktif seperti O 2 ● , ● OH, dan H 2 O 2 seperti berikut ini Winarsi, 2010: Mekanisme terbentuknya ROS secara in vivo terjadi melalui tiga jalur, yaitu 1 akibat reaksi antara oksigen dengan ion metal reaksi Fenton, 2 sebagai reaksi sampingan dari transpor elektron yang terjadi di mitokondria, 3 melalui proses enzimatik normal seperti pembentukan H 2 O 2 oleh oksidasi asam lemak di peroksisom Baynes dan Dominiczak, 2014. Gambar 2.2 Mekanisme terbentuknya ROS oleh reaksi Fenton dan Haber-Weiss Baynes dan Dominiczak, 2014

2.2.4.1 Dampak Negatif Reactive Oxygen Species ROS

ROS dapat merusak DNA, protein dan lipid, namun dalam keadaan normal tubuh memiliki sistem yang mampu memperbaiki kerusakan akibat ROS, yaitu : 1. DNA • Kerusakan: seluruh komponen DNA dapat dirusak oleh radikal hidroksil •OH. Sedangkan oksigen singlet 1 O 2 lebih cenderung mengenai guanin. Superoksida O 2 ● dan hidrogen peroksida H 2 O 2 tidak mengenai DNA. • Sistem perbaikan: kerusakan pada DNA dikenali oleh enzim tubuh, dilanjutkan dengan proses excisi, resintesis, dan penggabungan kembali rantai DNA. 2. Protein • Kerusakan: banyak ROS mampu merusak gugus sulfhidril. Radikal hidroksil •OH dapat merusak banyak residu asam amino. • Sistem perbaikan: residu oksidasi metionin diatasi oleh methionine sulfoxide reductase. Kerusakan protein lain dapat dikenali dan dihancurkan oleh protease selular. 3. Lipid • Kerusakan: beberapa ROS, kecuali superoksida O 2 ● dan hidrogen peroksida H 2 O 2 , dapat menginisiasi terjadinya peroksidasi lipid. • Sistem perbaikan: chain-breaking antioxidants khususnya tokoferol dapat menghilangkan propagasi rantai radikal peroksil. Phospholipid hydroperoxide glutathione peroxidase menghilangkan peroksida membran.

2.2.4.2 Dampak Positif Reactive Oxygen Species ROS

Walaupun ROS memiliki banyak efek negatif, namun ROS juga meiliki efek positif, yaitu Bagiada, 2001; Baynes dan Dominiczak, 2014: 1. Melawan atau membunuh organisme patogen yang dihasilkan oleh granulosit, makrofag dan monosit 2. Sebagai substrat untuk enzim, misalnya H 2 O 2 sebagai substrat dari enzim hemeperoksidase yang penting dalam iodinisasi hormon tiroid 3. Sebagai sinyal pada metabolisme zat tertentu, misalnya insulin. H 2 O 2 memiliki peran dalam mekanisme inaktivasi reversible dari beberapa protein tirosin fosfatase, yang kemudian dalam waktu yang sama mengaktivasi protein tirosin kinase melalui reseptor insulin

2.2.5 Stres Oksidatif

Stres oksidatif adalah suatu kondisi dimana proses produksi ROS lebih tinggi daripada eliminasinya, yang mengakibatkan kerusakan oksidatif molekulmolekul biologi. Jika hal ini terjadi dalam waktu terus-menerus, maka akan terjadi akumulasi hasil kerusakan oksidatif di dalam sel dan jaringan sehingga menyebabkan jaringan tersebut kehilangan fungsinya Bagiada, 2001. Stres oksidatif dapat terjadi secara lokal, seperti pada penyakit artritis dan aterosklerosis, maupun secara sistemik, seperti pada systemic lupus erythematosus dan diabetes Baynes dan Dominiczak, 2014. Macam-macam penyakit yang diinduksi oleh stres oksidatif digambarkan pada gambar 2.4 Pham-Huy et al., 2008. Gambar 2.3 Ketidakseimbangan pro-oksidan dengan antioksidan pada keadaan stres oksidatif. AGE, advanced glycation end product; CAT, catalase; GPx, glutathione peroxidase; MPO, myeloperoxidase; SOD, superoxide dismutase Baynes dan Dominiczak, 2014 Gambar 2.4 Penyakit yang diinduksi oleh stres oksidatif pada manusia Pham-Huy et al., 2008

2.3 Sindrom Pelatihan Fisik Berlebih Overtraining Syndrome

Dokumen yang terkait

Uji Efek Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan

5 51 113

PENGARUH AKAR PASAK BUMI (Eurycoma Longifolia) TERHADAP PENURUNAN KADAR SERUM GLUTAMIC OXSALOASETIC TRANSAMINASE (SGOT) DAN SERUM GLUTAMIC PYRUVIC TRANSAMINASE (SGPT) PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus Strain Wistar) YANG DIINDUKSI KARBON TETRAKLORIDA

0 6 25

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithechellobium lobatum Benth.) Terhadap Kadar Trigliserida pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Galur Sprague Dawley yang Diinduksi Aloksan

1 25 63

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL BIJI JENGKOL (Pithecellobium lobatum Benth.) TERHADAP KADAR HDL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI ALOKSAN.

1 10 59

Pengaruh pemberian akar pasak bumi '(Eurycoma longifolia Jack.) pada fungsi hepar

0 5 6

PENDAHULUAN UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% AKAR KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN.

0 2 4

DAFTAR PUSTAKA UJI EFEK EKSTRAK ETANOL 70% AKAR KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI ALOKSAN.

0 3 5

PEMBERIAN EKSTRAK AKAR PASAK BUMI (Eurycoma longifolia) ATAU EKSTRAK AKAR PURWOCENG (Pimpinela Alpina molk) MENINGKATKAN KADAR TESTOSTERON PADA TIKUS WISTAR JANTAN TUA.

0 1 55

Pengaruh Ekstrak Etanol Akar Pasak Bumi (Eurycoma longifolia Jack.) Terhadap Peningkatan Perilaku Seksual Mencit Galur Swiss Webster Jantan.

0 0 45

PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN PARE (Momordica charantia) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR

0 0 20