Penelitian ini masih pada tahap uji coba terhadap hewan dengan menggunakan subyek penelitian berupa tikus putih
Rattus norvegicus galur wistar jantan. Spesies ini sering digunakan dalam berbagai penelitian karena
mudah dipelihara dan ukurannya relatif cukup besar untuk diobservasi. Jenis kelamin tikus yang dipilih adalah jantan karena tikus jantan tidak
dipengaruhi oleh siklus menstruasi dengan maksud untuk menghindari adanya pengaruh hormonal pada hewan coba sehingga subyek penelitian
lebih homogen dan menghindari terjadinya false negative akibat hormon
tertentu, contohnya estrogen yang memiliki korelasi positif terhadap peningkatan F2-isoprostran Sowers
et al., 2008; Schisterman et al., 2010.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :
• Apakah pemberian ekstrak etanol akar pasak bumi Eurycoma longifolia secara oral mampu menekan terjadinya stres oksidatif dengan
indikator kadar F2-isoprostan pada tikus wistar jantan yang diinduksi pelatihan fisik berlebih?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk membuktikan pemberian ekstrak etanol akar pasak bumi Eurycoma longifolia secara oral mampu menekan terjadinya stres oksidatif
dengan indikator kadar F2-isoprostan pada tikus wistar jantan yang diinduksi pelatihan fisik berlebih.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Dari hasil penelitian diharapkan akan diperoleh informasi ilmiah mengenai efektivitas ekstrak etanol akar pasak bumi sebagai
antioksidan dalam menangkal radikal bebas dengan indikator penurunan kadar F2-isoprostan pada tikus wistar yang diinduksi
pelatihan fisik berlebih. 2.
Manfaat Klinis Bila hasil penelitian ini dapat membuktikan efektivitas ekstrak etanol
akar pasak bumi dalam menangkal radikal bebas, dan telah dilakukan clinical trial, maka diharapkan ekstrak etanol akar pasak bumi dapat
digunakan sebagai antioksidan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penuaan
2.1.1 Definisi Penuaan
Penuaan adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau menggganti diri dan
mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan serta memperbaiki kerusakan yang diderita. Secara praktis penuaan
dapat dilihat sebagai suatu penurunan fungsi biologik dari usia kronologik. Penuaan tidak dapat dihindari dan terjadi dengan kecepatan yang berbeda,
tergantung dari susunan genetik seseorang, lingkungan, dan gaya hidup. Sehingga penuaan dapat terjadi lebih dini atau lambat tergantung kesehatan
dari masing-masing individu Fowler, 2003. Banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua melalui proses
penuaan, yang kemudian menimbulkan sakit tertentu, dan berujung pada kematian. Pada dasarnya faktor di atas dapat dikelompokkan menjadi dua,
yakni faktor internal dan eksternal. Beberapa faktor internal meliputi radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi yang menyebabkan
peningkatan AGEs, metilasi penambahan gugus metil pada rantai DNA, apoptosis kematian sel yang terprogram, sistem kekebalan yang menurun
dan genetik. Kemudian faktor eksternal yang utama ialah gaya hidup dan diet yang tidak sehat, kebiasaan buruk, polusi lingkungan, stres dan kemiskinan
Pangkahila, 2011.
10
2.1.2 Teori Terjadinya Proses Penuaan
Banyak teori yang menjelaskan mengapa manusia mengalami proses penuaan. Tetapi, pada dasarnya semua teori itu dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu wear and tear theory dan programmed theory Goldman dan
Klatz, 2003.
2.1.2.1 Teori Wear and Tear
Teori wear and tear pada prinsipnya menyatakan tubuh menjadi lemah
lalu meninggal sebagai akibat dari penggunaan dan kerusakan yang terakumulasi. Teori ini telah lama diperkenalkan oleh Dr. August Weismann,
seorang ahli biologi dari Jerman pada tahun 1882. Menurut teori ini, tubuh dan sel yang terdapat pada makhluk hidup menjadi rusak karena terlalu sering
digunakan dan disalahgunakan. Kerusakan tidak terbatas pada organ, melainkan juga terjadi pada tingkat sel Pangkahila, 2011.
Hal ini menyatakan bahwa walaupun seseorang tidak pernah merokok, minum alkohol, dan hanya mengkonsumsi makanan alami, dengan
menggunakan organ tubuh secara biasa saja, pada akhirnya akan berujung pada terjadinya suatu kerusakan. Penyalahgunaan organ tubuh akan membuat
kerusakan terjadi lebih cepat. Karena itu, tubuh akan menjadi tua, dimana sel juga merasakan pengaruhnya, terlepas dari seberapa sehat gaya hidupnya.
Sistem pemeliharaan pola hidup yang baik pada masa muda dinilai dapat berpengaruh terhadap perbaikan tubuh sebagai kompensasi terhadap
pengaruh penggunaan dan kerusakan normal berlebihan Pangkahila, 2011.
Dengan menjadi tua, tubuh berangsur kehilangan kemampuan dalam memperbaiki kerusakan karena penyebab apa pun. Banyak orang tua
meninggal karena penyakit yang pada masa mudanya dapat ditolak. Teori ini meyakini bahwa pemberian suplemen yang tepat dan pengobatan yang tidak
terlambat dapat membantu mengembalikan proses penuaan dengan mekanismenya adalah merangsang kemampuan tubuh untuk melakukan
perbaikan dan mempertahankan organ tubuh dan sel Pangkahila, 2011. Teori
wear and tear meliputi: A.
Teori Kerusakan DNA
Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk memperbaiki diri DNA
repair. Proses penuaan sejatinya memiliki arti sebagai proses penyembuhan yang tidak sempurna dan sebagai akibat penimbunan kerusakan molekul yang
terus menerus. Kerusakan DNA yang terakumulasi dalam waktu lama, dapat mencapai suatu keadaan dimana basis molekul sudah mengalami kerusakan
yang berat. Kerusakan molekuler dapat disebabkan oleh faktor yang berasal dari luar, seperti radiasi, polutan, asap rokok dan mutagen kimia Pangkahila,
2011. B.
Teori Penuaan Radikal Bebas
Teori ini menjelaskan bahwa suatu organisme dapat mengalami penuaan dikarenakan adanya akumulasi kerusakan oleh radikal bebas di
dalam sel dalam jangka waktu tertentu. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang mempunyai susunan elektron tidak berpasangan sehingga
bersifat sangat tidak stabil. Untuk menjadi stabil, radikal bebas akan menyerang sel-sel untuk mendapatkan elektron pasangannya dan terjadilah
reaksi berantai yang menyebabkan kerusakan jaringan yang luas. Molekul utama di dalam tubuh yang dapat dirusak oleh radikal bebas adalah DNA,
lemak, dan protein Suryohusodo, 2000. Dengan bertambahnya usia maka akumulasi kerusakan yang terjadi pada sel akibat radikal bebas semakin
mengambil peranan, sehingga dapat mengganggu metabolisme sel, juga merangsang terjadinya mutasi sel, yang akhirnya bisa berakibat kanker dan
kematian. Pada kulit, radikal bebas dapat merusak kolagen dan elastin, suatu protein yang menjaga kulit agar tetap lembab, halus, fleksibel dan elastis.
Jaringan tersebut akan mengalami kerusakan akibat paparan radikal bebas, terutama pada daerah wajah, dimana akan terbentuk lekukan kulit dan kerutan
yang dalam akibat paparan yang lama oleh radikal bebas Goldman dan Klatz, 2003.
C. Glikosilasi
Teori ini dikemukakan dan mendapatkan momentumnya sejak diketahui bahwa glikosilasi memiliki peranan penting dalam kaitannya dengan diabetes
tipe 2. Glukosa bergabung dengan protein yang telah mengalami dehidrasi, yang kemudian menyebabkan terganggunya sistem organ tubuh. Pada
diabetes, glikosilasi menyebabkan kekakuan arteri, katarak, hilangnya fungsi syaraf, yang merupakan komplikasi yang umum terjadi pada diabetes
Pangkahila, 2011.
2.1.2.2 Programmed Theory
Teori ini menganggap bahwa di dalam tubuh manusia terdapat suatu jam biologik, yang dimulai dari proses konsepsi sampai ke kematian dalam
suatu model terprogram. Peristiwa ini terprogram mulai dari sel sampai
embrio, janin, masa bayi, anak-anak remaja, menjadi tua dan akhirnya meninggal Pangkahila, 2011.
Programmed theory meliputi: A.
Teori Terbatasnya Replikasi Sel
Teori ini mengatakan bahwa pada ujung chromosome strands terdapat
struktur khusus yang disebut telomere. Setiap replikasi sel telomere mengalami pemendekan ukuran pada proses pembelahan pembelahan sel.
Dan setelah sejumlah pembelahan sel tertentu, telomere telah dipakai dan pembelahan sel terhenti. Menurut Hayflick, mekanisme telomere tersebut
menentukan rentang usia sel dan pada akhirnya juga rentang usia organisme itu sendiri Pangkahila, 2011.
B. Proses Imun
Rusaknya sistem imun tubuh seperti mutasi yang berulang atau perubahan protein protein pasca translasi, dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh dalam mengenali dirinya sendiri self
recognition. Jika mutasi somatik dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini akan menyebabkan sistem imun
dalam tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar
terjadinya peristiwa autoimun. Salah satu bukti yang ditemukan ialah bertambahnya prevalensi auto antibodi pada orang lanjut usia Pangkahila,
2011. C.
Teori Neuroendokrin
Teori ini diperkenalkan Vladimir Dilman, PhD, dengan dasar peranan berbagai hormon bagi fungsi organ tubuh. Pada usia muda, berbagai hormon
bekerja dengan baik dalam mengendalikan berbagai fungsi organ tubuh, sehingga fungsi berbagai organ tubuh sangat optimal, seperti kemampuan
bereaksi terhadap panas dan dingin, kemampuan motorik, fungsi seksual, dan fungsi motorik. Seiring dengan menuanya seseorang maka tubuh hanya
mampu memproduksi hormon lebih sedikit, sehingga kadarnya menurun dan berakibat pada gangguan berbagai fungsi tubuh. Contoh yang jelas ialah
menopause pada wanita, dan andropause pada pria. Terapi sulih hormon dikatakan dapat membantu untuk mengembalikan fungsi hormon tubuh
sehingga dapat memperlambat proses penuaan Goldman dan Klatz, 2003.
2.1.3 Fase Penuaan
Menurut Fowler 2003, penuaan dibagi menjadi tiga fase berdasarkan usia, antara lain:
1. Fase Subklinik 25-35 tahun
Kadar hormon mulai menurun, seperti growth hormone, testosteron dan
estrogen. Pembentukan radikal bebas dapat merusak sel dan struktur DNA. Tanda dan keluhan penuaan belum tampak dari luar, individu masih tampak
sehat dan merasa normal. Bahkan pada umumnya rentang usia ini dianggap masih muda dan nomal.
2. Fase Transisi 35-45 tahun
Kadar hormon menurun ±25 disertai kehilangan massa otot yang mengakibatkan penurunan kekuatan dan energi, sebaliknya komposisi lemak
tubuh meningkat. Ditambah pengaruh buruk gaya hidup yang mengawali terjadinya resistensi insulin dan peningkatan risiko mengalami penyakit
jantung, pembuluh darah, dan obesitas. Tampak gejala klinis, seperti penurunan kemampuan indera penglihatan dan pendengaran, rambut putih
mulai tumbuh, penurunan elastisitas dan pigmentasi kulit, dan penurunan dorongan dan bangkitan seksual.
3. Fase Klinik 45 tahun
Penurunan kadar hormon berlanjut termasuk pada growth hormone, DHEA,
testosteron, estrogen, dan progesteron. Hilangnya kemampuan menyerap nutrisi, vitamin, dan mineral menyebabkan densitas tulang menurun,
kehilangan massa otot ±1 kilogram setiap 3 bulan, dan peningkatan lemak tubuh dan berat badan. Prevalensi penyakit kronis meningkat drastis dan
muncul banyak ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sederhana.
2.1.4 Anti Aging Medicine AAM
Konsep dan definisi ilmu AAM pada awalnya diperkenalkan dan dikembangkan oleh
American Academy of Anti-Aging Medicine A4M pada tahun 1993. Definisi aslinya adalah “Anti-Aging Medicine is a medical
specialty founded the application of advance scientific and medical technologies for the early detection, prevention, treatment, and reversal of
age-related dysfunction, disorders, and diseases to prolong the healthy lifespan
”. Terjemahan bebasnya sebagai berikut, “Anti-Aging Medicine adalah bagian dari ilmu kedokteran yang didasarkan pada penggunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran terkini untuk melakukan deteksi dini,
pencegahan, pengobatan, dan perbaikan ke keadaan semula berbagai disfungsi, kelainan, dan penyakit yang berkaitan dengan penuaan, yang
bertujuan untuk memperpanjang hidup dalam keadaan sehat” Pangkahila, 2011.
Jadi penuaan dianggap dan diperlakukan sama dengan penyakit, yang dapat dicegah, dihindari, dan diobati, sehingga dapat kembali ke keadaan
semula dan pada akhirnya usia harapan hidup menjadi lebih panjang dan dalam keadaan sehat dengan kualitas hidup yang tetap baik. Dengan demikian
manusia tidak lagi harus membiarkan begitu saja dirinya menjadi tua dengan segala keluhan Pangkahila, 2011.
Perubahan paradigma inilah yang membedakan AAM dengan kedokteran konvensional yang kini masih mendominasi dunia kedokteran.
AAM secara progresif berupaya mengatasi proses penuaan agar keluhan, disfungsi, atau penyakit tidak muncul, sedangkan kedokteran konvensional
mengatasi keluhan, disfungsi, dan penyakit yang muncul karena proses penuaan Pangkahila, 2011.
2.2 Radikal Bebas