member pilihan jawaban pada responden dan memberikan penjelasan- penjelasan yang diperlukan oleh penullis
b. Metode Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan langsung kepada pihak yang berhubungan dengan penelitia.
c. Metode Observasi, yaitu pelaksanaan pengamatan secara langsung
terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan focus penelitian. 2.
Teknik pengumpulan data sekunder : a.
Penelitian kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi melalui literature yang relevan dengan judul penelitian
seperti buku-buku, artikel dan makalahyang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
b. Studi dokumentasi yaitu dengan cara memperoleh data melalui
pengkajian dan penelaahan terhadap catatan penulis maupun dokumen- dokumen yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti.
II.5. Teknik Penentuan Skor
Teknik Pengumpulan oleh nilai yang digunakan untuk penelitian ini adalah memakai skala ordinal untuk menilai jawaban kuesioner yang disebarkan
kepada responden Singarimbun, 1995 :102 Kemudian untuk menentukan kategori jawaban responden terhadap
masing-masing alternatif jawaban apakah tergolong dengan skala sebagai berikut : 1.
Untuk pilihan jawaban a diberi nilai skor 5
2. Untuk pilihan jawaban b diberi nilai skor 4
3. Untuk pilihan jawaban c diberi nilai skor 3
4. Untuk pilihan jawaban d diberi nilai skor 2
5. Untuk pilihan jawaban e diberi nilai skor 1
Untuk mengetahui atau menetukan kategori jawaban responden dari masing-masing variabel tergolong tinggi, sedang, atau rendah, maka terlebih
dahulu ditentukan skala intervalnya dengan cara sebagai berikut:
Banyak bilangan Skor tertinggi – Skor terendah
5 5-1
=0,8 Sehingga dengan demikian dapat ditentukan kategori jawaban responden
masing-masing variabel, yaitu : a.
Skor untuk kategori sangat tinggi = 4,21 – 5,00
b. Skor untuk kategori tinggi
= 3,41 – 4,20 c.
Skor untuk kategori sedang = 2,61 – 3,40
d. Skor untuk kategori rendah
= 1,81 – 2,60 e.
Skor untuk kategori sangat rendah = 1,00 – 1,80
II.6. Teknik analisa Data
Korelasi sederhana digunakan untuk mengukur besarnya hubungan variabel bebas X dengan variabel terikat Y adalah korelasi pearson product
moment. Penggunaan teknik korelasi seperti ini didasarkan atas sumber yang diperoleh penulis serta adanya interval data yang berguna untuk melihat apakah
jawaban responden tergolong tinggi, sedang, rendah.
1. Koefisien Korelasi Pearson Product Moment
Adapun rumus koefisien Korelasi Pearson Product Moment Sugiyono, 2004 :212 adalah sebagai berikut :
r
xy
=
{ }{
}
2 2
. .
.
2 2
Υ Υ
Χ Χ
Υ Χ
ΧΥ
Σ −
Σ Σ
− Σ
Σ Σ
− Σ
N N
N
Keterangan :
r
xy
= Angka indeks Korelasi “r” Pearson Product Moment
N = Populasi
∑
xy
= Jumlah Perkalian antra skor x dan Skor y
∑x
= Jumlah skor x
∑y
= Jumlah skor y
Untuk menentukan hubungan kedua variabel tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Nialai r yang positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif,
artinya kenaikan nilai variabel yang satu diakui oleh nilai variabel yang lain.
b. Nilai r negatif menunjukkanhubungan kedua variabel negatif, artinya
menurunnya nilai variabel yang satu dngan diikuti meningkatnya nilai variabel yang lain.
c. Nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak
menunjukkan hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.
Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r Koefisien Korelasi, digunakan
penafsiran interpretasi angka yang dikemukakan oleh Sugiyono, 2004:214, yaitu:
Tabel 1 : Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi
Inteprestasi Koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399
0,40 – 0,599 0,60 – 0,799
0,80 – 1,000 Sangat Rendah
Rendah Sedang
Tinggi Sangat Tinggi
Sumber : Sugiyono 2004:214
Dengan nilai R
xy
yang diperoleh, kita dapat melihat secara langsung melalui tabel korelasi yang menguji apakah nilai r yang kita
peroleh tersebut berarti atau tidak, tabel korelasi ini mencatumkan batas- batas r yang signifikan tertentu, dalam hal ini signifikan,5,00 bila nilai
r yang signifikan artinya hipotesis alternatif dapat diterima.
2. Koefisien Determinant
Teknik ini digunakanberapa persen besarnya pengaruh variabel bebas independen X terhadap variabel terikat dependen Y.
Perhitungan dilakukan dengan menguadtratkan nilai koefisienpearson Product moment r
xy 2
x 100 D = r
xy 2
x 100 Keterangan :
D = koefisien Determinant
r
xy 2
= Koefisien Pearson Product Moment antara x dan y.
3.
Uji “t”
Untuk menguji keberartian koefisien antara variable, digunakan uji statistic t dengan rumus:
2
1 2
r n
r t
− −
=
Sutrisno hadi,2001:365 Kriteria pengujian adalah: jika harga t hitung t tabel maka hipotesis alternatif ditolak.
jika harga t hitung t tabel maka hipotesis alternatif diterima.
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
III.1. Sejarah Singkat Dinas Bina Marga
Istilah Pekerjaan Umum adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda Openbare Werken yang pada zaman Hindia Belanda disebut Waterstaat
swerken. Di lingkungan Pusat Pemerintahan dibina oleh Dep.Van Verkeer Waterstaat Dep.VW yang sebelumnya terdiri dari 2 Dept.Van Guovernements
Bedri jven dan Dept.Van Burgewrlijke Openbare Werken.Dep. V dan W dikepalai oleh seorang Direktur yang membawahi beberapa Afdelingen dan Diensten sesuai
dengan tugaswewenang Depertemen ini.Yang meliputi bidang PU openbare werken termasuk afdeling Waterstaat dengan onder afdelingen.
a. Lands gebouwen.
b. Wegen.
c. Irrigatie Assainering.
d. Water Kracht.
e. Constructie burreau untuk jembatan.
Disamping yang tersebut di atas, yang meliputi bidang PU Openbare Werken juga afd. Havenwezen Pelabuhan,afd. Electriciteitswezen
Kelistrikandan afd. Luchtvaart Penerbangan Sipil. Organisasi PU Open-bare werken di daerah-daerah adalah sebagai berikut :
a. Di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur urusan Waterstaat atau
openbare werken diserahkan pada Pemerintahan Propinsi yang disebut
:“Provinciale Waterstaatdienst” dan dikepalai oleh seorang Hoofd Provinciale Waterstaatsdients HPW.
b. Diwilayah Gouv Yogyakarta dan Gouv Surakarta urusan-urusan Pekerjaan
Umum atau Waterstaat dijalankan oleh Sultanas Werken yogya Rijkswerken Surakarta mangkunegaranwerken. Disamping itu diwilayah
Vorstenlander terdapat tiga organisasi Waterschap : Lands gebouwendienst, “Regentschap Werken” dan Gremeente werken
c. Untuk daerah luar jawa Gouv Sumatera, Borneo Kalimantan dan Grote Oost
Indonesia Timur terdapat organisasi Gewestelijke Inspectie vd Waterstaat dikepalai oleh seorang Inspektur.Diwilayah Residentie terdapat Residentie
Water Staatsdienst yang dahulu dikenal dengan nama Dienst der B.O.W. dan kepala dinas ini biasa disebut E.A.Q Eerst Aanwzend
Waterstaatsambtenar. Ketentuan yang dikeluarkan pada zaman Hindia Belanda untuk pedoman dalam pelaksanaan tugas dalam lingkungan Pekerjaan
Umum dapat dibaca dalam A.W.R. 1936 B.W.R 1934 dan W.V.OW.V.V..
d. Setelah Belanda menyerahkan dalam perang pasifik pada tahun 1924 kepada
Jepang, maka daerah Indonesia ini dibagi oleh Jepang dalam 3 wilayah pemerintahan, yaitu JawaMadura, Sumatera dan Indonesia Timur dan tidak
ada Pusat Pemerintahan tertinggi di Indonesia yang menguasai ke 3 wilayah pemerintahan tersebut.
e. Dibidang Pekerjaan Umum pada tiap-tiap wilayah organisasi Pemerintahan
Militer Jepang tersebut diatas, diperlukan organisasi zaman Hindia Belanda
dan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dari pihak jepang, kantor pusat V W di Bandung dinamakan Kotubu Bunsitsu. Sejak saat itu istilah
Pekerjaan Oemoem P.O, Oeroesan Pekerdjaan Oemoem O.P.O, Pekerjaan Umum PU, disamping Doboku lazim dipergunakan.
f. Kotubu Bonsitsu di Bandung hanya mempunyai hubungan dengan wilayah
Pemerintahan di JawaMadura, hubungan dengan luar Jawa tidak ada. Organisasi Pekerjaan Umum di daerah-daerah, di Karesidenan-Karesidenan
pada umumnya berdiri sendiri-sendiri. g.
Sistem pelaksanaan pekerjaan ada yang mempergunakan sistem dan nama zaman Ned. Indie, disamping menurut sistem Jepang.
III.2. Zaman Indonesia Merdeka
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17- agustus-1945, maka semenjak itu pemuda-pemuda Indonesia mulai berangsur-
angsur merebut kekuasaan pemerintahan dari tangan Jepang baik di pusat pemerintahan JakartaBandung maupun pemerintahan daerah-daerah.
Sesudah Pemerintahan Indonesia membentuk kabinet yang pertama, maka para Menteri mulai menyusun organisasi serta sifatnya. Pekerjaan Umum pada
waktu itu 1945 berpusat di Bandung, dengan mengambil tempat bekas gedung VW dikenal dengan nama Gedung Sate.
Ketika Belanda ingin mengembalikan kekuasaaan pemerintahan di Hindia Belanda sebelum perang, datang mengikuti tentara sekutu masuk ke
Indonesia.Akibat dari keinginan Pemerintahan Belanda ini, terjadilah
pertentangan fisik dengan pemuda Indonesia yang ingin mempertahankan tanah air berikut gedung-gedung yang telah didudukinya, antara lain Gedung Sate
yang telah menjadi Gedung Departemen Pekerjaan Umum pada waktu itu peristiwa bersejarah itu dikenal dengan peristiwa 3 Desember 1945.
Pada waktu revolusi fisik dari tahun 1945 sampai dengan 1949, Pemerintah Pusat Republik Indonesia di Jakarta terpaksa mengungsi ke Purworejo
untuk selanjutnya ke Yogyakarta, begitu juga kementerian PU. Sesudah Pemerintahan Belanda tahun 1949 mengakui kemerdekaan
Republik Indonesia maka pusat pemerintahan Republik Indonesia di Yogyakarta berpindah lagi ke Jakarta.
Sejak tahun 1945 itu, Pekerjaan Umum PU telah sering mengalami perubahan pimpinan dan organisasi, sesuai situasi politik pada waktu itu. Sebagai
gambaran garis besar organisasi PU diuraikan sebagai berikut: a.
Sebelum tentara Belanda masuk ke Yogyakarta susunan kemerdekaan PU perhubungan dapat dibagi menjadi 8 Jawatan dan 4 Balai.
b. Khusus pada masa Republik India Serikat Kementerian Perhubungan dan
PU.RIS dibagi dalam beberapa Departemen dan beberapa Jawatan dan beberapa instansi yang hubungan erat dengan tugas dari departemen PU. RIS
Kementerian Perhubungan PU.RIS tersebut terdiri atas penggabungan 3 Departemen prae federal yaitu :
a. Departemen Verkeer, Energie dan Mynbouw dulu kecuali Mynbouw yang
masuk dalam kementerian kemakmuran. b.
Departemen Van Waterstaat di Wederopbouw.
c. Departemen Van Scheepvaart.
Penggabungan dari 3 Departemen dari pemerintahan prae federal dalam satu kementerian yaitu kementerian Perhubungan Tenaga dan PU.RIS dianggap
perlu, supaya hubungan 3 Departemen tersebut satu dengan yang lain menjadi erat, terlebih-lebih jika diingat bahwa untuk pembangunan Negara akan diadakan
koordinasi dan rasionalisasi yang baik dan adanya tenaga ahli dan pula untuk melancarkan semua tugas yang dibebankan pada kementerian Perhubungan
Tenaga dan PU.RIS. Khusus pada permulaan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Inonesia,
maka susunan kementerian berbeda dalam masa proloog G 30 SPKI terjadilah dalam sejarah pemerintahan Republik Indonesia suatu kabinet yang besar disebut
dengan nama kabinet DwiKora atau kabinet 100 Menteri, dimana pada masa ini dibentuk koordinator kementerian. Tidak luput Departemen PUT.yang pada masa
itu ikut mengalami perubahan organisasi menjadi 5 Departemen dibawah kompartemen PUT Kabinet Dwikora, dipimpin Jenderal Suprajogi. Adapun
Kompartemen PUT ketika membawahi antara lain : a.
Departemen Listrik dan Ketenagaan b.
Departemen Bina Marga c.
Departemen Cipta Karya Konstruksi d.
Departemen Pengairan Dasar e.
Departemen Jalan Raya Sumatera Setelah peristiwa G30 S PKI pemerintah segera menyempurnakan kabinet
Dwikora dengan menunjuk Ir.Soetami, sebagai menteri PUT untuk memimpin
kompartemen PUT.Kabinet yang disempurnakan itu tidak dapat lama dipertahankan.
Kabinet Ampera, sebagai Kabinet pertama dalam masa Orde Baru kembali organisasi PUT dibentuk dengan Ir.Soetami, sebagai Menteri. Dengan Surat
Keputusan Menteri PUT tertanggal 17 Juni 1968 N0.3PRT1968 dan diubah dengan peraturan Menteri PUT tertanggal 1 Juni 1970 Nomor 4PRT1970.
Departemen PUT telah memiliki suatu susunan struktur Organisasi. Sebagai gambaran lebih jauh pembagian tugas-tugas dalam lingkungan
Dep. PUT, maka pada waktu itu azas tugas-tugas PU telah diserahkan pada kewenangan daerah itu sendiri.
III.3. Visi dan Misi Dinas Bina Marga Kota Medan
Adapun visi Dinas Binamarga kota Medan adalah sebagai berikut : “TERWUJUDNYA PRASARANA KOTA MEDAN METROPOLITAN
YANG NYAMAN” Adapun misi Dinas Binamarga kota Medan adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana jalan, jembatan, draiase dan
sumber daya air. b.
Meningkatkan profesionalisme sumber daya aparatur. c.
Meningkatkan keterpaduan dan kerjasama lintas wilayah dalam pengembangan prasarana jalan, jembatan, drainase dan sumber daya air.
d. Mendorong partisipasi masyarakat, pemerintah dan swasta dalam
pemeliharaan fungsi prasarana jalan, jembatan, drainase dan sumber daya air.
III.4. Lambang Perusahaan dan Struktur Organisasi III.4.1 Lambang Perusahaan
Gambar II.1 Lambang Dinas Binamarga Kota Medan Sumber : Arsip Pemerintah Kota Medan
Adapun maksud dari lambang diatas adalah sebagai berikut: a.
17 biji padi berarti tanggal 17 dari hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
b. 8 bunga kapas berati bulan 8 dari tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia. c.
4 tiang dan 5 bahagian dari perisai berarti tahun 45 dari Proklamasi Indonesia. d.
Satu bambu runcing yang terletak dibelakang perisai adalah lambang perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia, dan lima bahan-bahan pokok
yang terpenting dihadapan bambu runcing berarti Kemakmuran serta Keadilan Sosial yang merata ada dihadapan kita.
e. Bintang yang bersinar lima adalah Bintang Nasional yang berarti bahwa hidup
penduduk Kota Medan khususnya dan Indonesia umumnya akan bersinar- sinar bahagia dan lepas dari kemiskinan dan kemelaratan.
f. Lima sinar bintang berarti lima bahan pokok terpenting yang diekspor dari
Kota Medan dan lima bahagian perisasi berarti Pancasila yang menjadi Dasar Negara Republik Indonesia.
III.5. Gambaran Kota Medan III.5.1 Kota Medan secara Geografis
Secara umum ada 3 tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota, 1 faktor geografis, 2 faktor demografis dan 3 faktor
sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota
termasuk pilihan-pilihan disesuaikan dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan.
Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha,
meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor
66IIIPSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan
luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 1402271PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan
pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH
Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.222772.K1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefisitan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II
Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan
administrative ini, kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan secara sosial - ekonomis akibat penanaman modal investasi.
Secara administratif, wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan
dan Timur. Sepanjang wilayah Utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam SDA, Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya
secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara,
Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai
kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.
Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang pintu
masuk kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri ekspor- impor. Posisi geografis Kota Medan ini telah
mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.
III.5.2 Kota Medan secara Demografis
Penduduk Kota Medan memiliki ciri majemuk yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman plural adat istiadat. Hal ini
memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa
transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana
tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fikir
masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.
Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat
kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian
rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang
diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat
dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun
kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau
urbanisasi. Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai
dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural. Menurunnya tingkat kelahiran fertilitas dan tingkat kematian mortalitas,
meningkatnya arus perpindahan antar daerah migrasi dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik commuters, mempengaruhi kebijakan kependudukan
yang diterapkan. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga
cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.
III.5.3 Kota Medan secara Kultural
Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku etnis, dan agama. Oleh karenanya,
budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya
nilai- nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan modernisasi, dan
sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman
suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan
industri pariwisata di Kota Medan. Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu
primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan
dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.
III.5.4 Kota Medan secara Sosial
Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan
penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi
masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya .
Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan
multidimensional yang fenomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi,
gender dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan
perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat .
BAB IV PENYAJIAN DATA
Penulis akan menyajikan data Penulis akan menyajikan penelitian yang telah dilakukan selama penulisan skripsi ini dengan menyebarkan kuesioner.
Adapun kuesioner yang disebarkan terdiri atas 2 variabel, yaitu : a.
Variabel bebas Sistem Informasi Manajemen X terdiri atas 10 pertanyaan.
b. Variabel terikat Efektivitas Kerja Pegawai Y terdiri atas 10 pertanyaan.
Dalam bab ini digambarkan data-data yang diperoleh di lapangan. Penguraian berupa data-data karakteristik responden dan data variabel penelitian
yang menggunakan tabel tunggal. Data yang diperoleh tergolong dalam skala ordinal, populasi penelitian adalah sebanyak 15 orang.
A. Karakteristik Responden
Penyajian Penyajian karakteristik responden bertujuan untuk mengenal ciri – ciri khusus yang dimiliki responden sehingga memudahkan untuk mengadakan
analisis. Adapun karakteristik responden dapat dilihat pada tabel – tabel berikut ini :
Tabel V.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
No USIA RESPONDEN
JUMLAH PERSENTASE
1 25-35 Tahun
41 Orang 22,3
2 36-50 Tahun
94 Orang 51
3 51 Tahun ke atas
49 Orang 26,7
JUMLAH 184 Orang
100,00
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur diperoleh informasi bahwa mayoritas responden berusia 36 – 50 tahun yaitu
sebanyak 94 orang atau 51, lalu diikuti responden berusia 51 tahun ke atas atau 26,7, dan paling sedikit adalah yang berusia 25-35 tahun keatas sejumlah 41
orang orang atau 22.3.
Tabel V.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No RESPONDEN
JUMLAH PERSENTASE
1 Laki-laki
106 Orang 60
2 Perempuan
78 Orang 40
JUMLAH 184 Orang
100,00
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin diperoleh informasi bahwa mayoritas responden adalah laki – laki yaitu sebanyak
106 orang atau 60 dan 78 orang atau 40 adalah perempuan.
Tabel V.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No PENDIDIKAN
RESPONDEN JUMLAH
PERSENTASE
1 SD
- -
2 SLTP
9 Orang 6,7
3 SLTA
28 Orang 15.
4 D3
43 Orang 19,3
5 S1
94 Orang 51
6 S2
10 Orang 8
JUMLAH 184 Orang
100,00
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan diperoleh informasi bahwa mayoritas responden berpendidikan terakhir S1 yaitu
sejumlah 94 orang atau 51, 43 orang atau 19,3 berpendidikan terakhir D3, 9 atau 6,7 orang berpendidikan terakhir SLTP, dan 10 orang atau 8
berpendidikan terakhir SLTA.
Tabel V.4 Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja
No Masa KerjaTahun
JUMLAH PERSENTASE
1 5
17 Orang 11,3
2 5 – 10
106 Orang 56
3 10 – 15
45 Orang 22
4 15 – 20
16 Orang 10,7
JUMLAH 184 Orang
100,00
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja diperoleh informasi bahwa mayoritas responden adalah bekerja 5-10 tahun
sejumlah 106 orang atau 56, 10 – 15 tahun sejumlah 45 orang atau 22, 5 tahun sejumlah 17 orang atau 11,3 , 15 – 20 tahun sejumlah 16 orang atau 10,7
.
B. Distribusi Jawaban B.1 Distribusi Jawaban Variabel Sistem Informasi Manajemen X
Tabel V.5. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Pekerjaan Terbantu Dengan Adanya Sistem Informasi Manajemen
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab bahwa dengan adanya sistem informasi
manajemen membantu pelaksanaan pekerjaan sejumlah 8 orang atau 53,3 dan sebanyak 6 orang atau 40 menjawab sangat membantu sedangkat 1 orang
responden menjawab kurang membantu. Responden yang menjawab membantu dan sangat membantu berpendapat bahwa untuk menjalankan tugas pekerjaan agar
lebih mudah maka dibutuhkan system informasi manajemen. Berdasarkan dari
data diatas maka mayoritas responden berpendapat bahwa pegawai memerlukan
sistem informasi manajemen agar dapat mempermudah pekerjaan No
Jawaban Responden Jumlah
Persentase 1
Sangat Membantu 6
40.0 2
Membantu 8
53.3 3
Kurang Membantu 1
6.7 4
Tidak Membantu -
- 5
Sangat Tidak Membantu -
- Jumlah
15 100
Tabel V.6. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Sistem Informasi Manajemen Membantu Dalam Pengambilan Keputusan
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab bahwa dengan adanya sistem informasi
manajemen membantu dalam pengambilan keputusan sejumlah 7 orang atau 46,7 dan sebanyak 7 orang atau 46,7 menjawab sangat membantu sedangkan
1 orang responden menjawab kurang membantu. Responden yang menjawab membantu dan sangat membantu berpendapat bahwa dalam pengambilan
keputusan dibutuhkan sistem informasi manajemen. Berdasarkan dari data diatas
maka mayoritas responden berpendapat bahwa pegawai memerlukan sistem
informasi manajemen agar dapat membantu dalam pengambilan keputusan. No
Jawaban Responden Jumlah
Persentase 1
Sangat Membantu 7
46.7 2
Membantu 7
46.7 3
Kurang Membantu 1
6.7 4
Tidak Membantu -
- 5
Sangat Tidak Membantu -
- Jumlah
15 100
Tabel V.7. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Sistem Informasi Manajemen
Mendukung Kelancaran Pengambilan Keputusan
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab bahwa dengan adanya sistem informasi
manajemen dapat mendukung kelancaran dalam pengambilan keputusan sejumlah 5 orang atau 33,3 dan sebanyak 6 orang atau 40 menjawab sangat
mendukung, 2 orang menjawab kurang mendukung sedangkan 2 orang responden menjawab sangat tidak mendukung. Responden yang menjawab mendukung dan
sangat mendukung berpendapat bahwa dalam memperlancar pengambilan keputusan dibutuhkan sistem informasi manajemen. Berdasarkan dari data diatas
maka mayoritas responden berpendapat bahwa pegawai memerlukan sistem
informasi manajemen agar dapat memperlancar setiap pengambilan keputusan. No
Jawaban Responden Jumlah
Persentase 1
Sangat Mendukung 6
40.0 2
Mendukung 5
33.3 3
Kurang Mendukung 2
13.3 4
Tidak Mendukung -
- 5
Sangat Tidak Mendukung 2
13.3 Jumlah
15 100
Tabel V.8. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen Mendukung Fungsi Perencanaan
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab bahwa dengan adanya sistem informasi
manajemen mendukung fungsi perencanaan sejumlah 8 orang atau 53,3 dan sebanyak 7 orang atau 46,7 menjawab sangat mendukung. Responden yang
menjawab membantu dan sangat membantu berpendapat bahwa sistem informasi manajemen mendukung fungsi perencanaan. Berdasarkan dari data diatas maka
mayoritas responden berpendapat bahwa pegawai memerlukan sistem informasi
manajemen agar dapat mendukung fungsi perencanaan. No
Jawaban Responden Jumlah
Persentase 1
Sangat Mendukung 7
46.7 2
Mendukung 8
53.3 3
Kurang Mendukung -
- 4
Tidak Mendukung -
- 5
Sangat Tidak Mendukung -
- Jumlah
15 100
Tabel V.9. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Sistem Informasi Manajemen Membantu Pengendalian Kegiatan Kerja
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab bahwa dengan adanya sistem informasi
manajemen membantu dalam pengendalian kegiatan kerja sejumlah 7 orang atau 46,7 dan sebanyak 8 orang atau 53,3 menjawab sangat membantu. Responden
yang menjawab membantu dan sangat membantu berpendapat bahwa dalam pengendalian kegiatan kerja dibutuhkan sistem informasi manajemen.
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Sangat Membantu
8 53.3
2 Membantu
7 46.7
3 Kurang Membantu
- -
4 Tidak Membantu
- -
5 Sangat Tidak Membantu
- -
Jumlah 15
100
Tabel V.10. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Informasi Yang Tersedia
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab bahwa informasi yang tersedia lengkap
dan mendetail sejumlah 4 orang atau 26,6 dan sebanyak 9 orang atau 60 menjawab lengkap tapi kurang mendetail. Responden berpendapat bahwa
informasi yang tersedia cukup lengkap dan mendetail. No
Jawaban Responden Jumlah
Persentase 1
Lengkap dan Mendetail 4
26.6 2
Lengkap tapi kurang mendetail 9
60.0 3
Kurang Lengkap tapi Mendetail 1
6.7 4
Kurang lengkap dan kurang mendetail
1 6.7
5 tidak lengkap dan tidak mendetail
- -
Jumlah -
-
Tabel V.11. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Rencana Kegiatan
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab bahwa dengan rencana kegiatan yang
tersedia sangat baik sejumlah 7 orang atau 46,7 dan sebanyak 5 orang atau 33,3 menjawab baik. 2 orang menjawab kurang baik dan 1 orang menjawab
sangat tidak baik. Responden yang menjawab sangat baik dan baik berpendapat bahwa rencana kegiatan yang tersedia sudah cukup baik.
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Sangat Baik
7 46.7
2 Baik
5 33.3
3 Kurang Baik
2 13.3
4 Tidak Baik
- -
5 Sangat Tidak Baik
1 6.7
Jumlah 15
100
Tabel V.12. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pelaksanaan Tugas Berdasarkan Pada Informasi Yang Tersedia
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab iya terkait pelaksanaan tugas berdasarakan
pada informasi yang tersedia sejumlah 3 orang atau 20 dan sebanyak 9 orang atau 60 menjawab sering. 2 orang menjawab kadang kadang dan 1 orang
menjawab sangat tidak baik. Responden yang menjawab iya dan sering berpendapat bahwa pelaksanaan tugas sudah berdasarkan informasi yang tersedia.
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Iya
3 20.0
2 Sering
9 60.0
3 Kadang Kadang
2 13.3
4 Jarang
1 6.7
5 Tidak Pernah
- -
Jumlah 15
100
Tabel V.13. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penyediaan Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Cepat
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab sangat setuju terkait penyediaan informasi
untuk pengambilan keputusan secara cepat sejumlah 2 orang atau 13,3 dan sebanyak 10 orang atau 66,7 menjawab setuju. 2 orang menjawab kadang
kadang dan 1 orang menjawab sangat tidak baik. Berdasarkan jawaban diatas penyediaan informasi untuk pengambilan keputusan secara cepat sudah tersedia
dengan baik. No
Jawaban Responden Jumlah
Persentase 1
Sangat Setuju 2
13.3 2
Setuju 10
66.7 3
Kurang Setuju 2
13.3 4
Tidak Setuju -
- 5
Sangat Tidak Setuju 1
6.7 Jumlah
15 100
Tabel V.14. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Pembuatan Program Kegiatan Selalu Didasari Sistem Informasi Manajemen
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab iya terkait pembuatan program kegiatan
selalu didasari sistem informasi yang tersedia sejumlah 6 orang atau 40 dan sebanyak 10 orang atau 66,7 menjawab sering. 2 orang menjawab kadang
kadang dan 1 orang menjawab sangat tidak baik. Responden yang menjawab iya dan sering berpendapat bahwa pembuatan program kegiatan selalu didasari oleh
sistem informasi yang ada. No
Jawaban Responden Jumlah
Persentase 1
Iya 6
40.0 2
Sering 5
33.3 3
Kadang Kadang 2
13.3 4
Jarang -
- 5
Tidak Pernah 2
13.3 Jumlah
15 100
B.2 Distribusi Jawaban Variabel Efektivitas Kerja Y Tabel V.15. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pencapaian Hasil
Kerja Telah Sesuai Dengan Yang Direncanakan
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab sangat sesuai terkait pencapaian hasil kerja
apakah telah sesuai dengan yang direncanakan sejumlah 3 orang atau 20 dan sebanyak 10 orang atau 66,7 menjawab sesuai. 2 orang menjawab kurang
sesuai. Berdasarkan jawaban diatas dapat disimpulkan bahwa pencapaian hasil kerja sudah sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya.
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Sangat Sesuai
3 20.0
2 Sesuai
10 66.7
3 Kurang Sesuai
2 13.3
4 Tidak Sesuai
- -
5 Sangat Tidak Sesuai
- -
Jumlah 15
100
Tabel V.16. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Sistem Informasi Membatu Pencapaian Kerja
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab bahwa dengan adanya sistem informasi
manajemen sangat membantu meningkatkan pencapaian kerja sejumlah 3 orang atau 20 dan sebanyak 11 orang atau 73,3 menjawab membantu sedangkan 1
orang responden menjawab kurang membantu. Responden yang menjawab membantu dan sangat membantu berpendapat bahwa sistem informasi manajemen
membantu meningkatkan pencapaian kerja. Berdasarkan dari data diatas maka
mayoritas responden berpendapat bahwa pegawai memerlukan sistem informasi
manajemen agar dapat membantu dalam mencapai target kerja yang telah ditetapkan.
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Sangat Membantu
3 20.0
2 Membantu
11 73.3
3 Kurang Membantu
1 6.7
4 Tidak Membantu
- -
5 Sangat Tidak Membantu
- -
Jumlah 15
100
Tabel V.17. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Sistem Informasi Manajemen Membuat Pekerjaan Menjadi Lebih Mudah
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab sangat setuju dengan adanya sistem
informasi manajemen membuat pekerjaan menjadi lebih mudah sejumlah 6 orang atau 40 dan sebanyak 5 orang atau 33,3 menjawab setuju sedangkan 2 orang
responden menjawab kurang setuju. Responden yang menjawab setuju dan sangat setujuu berpendapat bahwa sistem informasi manajemen membuat pekerjaan
menjadi lebih mudah. Berdasarkan dari data diatas maka mayoritas responden berpendapat bahwa pegawai merasa dengan adanya sistem informasi manajemen
pekerjaan menjadi lebih mudah. No
Jawaban Responden Jumlah
Persentase 1
Sangat Setuju 6
40.0 2
Setuju 5
33.3 3
Kurang Setuju 2
13.3 4
Tidak Setuju -
- 5
Sangat Tidak Setuju 2
13.3 Jumlah
15 100
Tabel V.18. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Sistem Informasi Manajemen Dapat Memotivasi Pegawai
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab sangat setuju terkait apakah sistem
informasi manajemen dapat memotivasi pegawai dalam melaksanakan tugas sejumlah 4 orang atau 26,7 dan sebanyak 10 orang atau 66,7 menjawab
setuju. 1 orang menjawab kurang setujui. Berdasarkan jawaban diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi manajemen dapat memotivasi pegawai
dalam melaksanakan tugasnya. .
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju
4 26.7
2 Setuju
10 66.7
3 Kurang Setuju
1 6.7
4 Tidak Setuju
_ _
5 Sangat Tidak Setuju
_ _
Jumlah 15
100
Tabel V.19. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Sistem Informasi Manajemen Meningkatkan Kualitas Kerja
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab sangat setuju terkait apakah sistem
informasi manajemen dapat memotivasi pegawai dalam melaksanakan tugas sejumlah 4 orang atau 26,7 dan sebanyak 11 orang atau 73,3 menjawab
setuju. Berdasarkan jawaban diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi manajemen dapat meningkatkan kuaitas kerja para pegawai.
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju
4 26.7
2 Setuju
11 73,3
3 Kurang Setuju
_ _
4 Tidak Setuju
_ _
5 Sangat Tidak Setuju
_ _
Jumlah 15
100
Tabel V.20. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Sistem Informasi Manajemen Membantu Mengurangi Kesalahan
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab sangat setuju dengan adanya sistem
informasi manajemen dapat mengurangi kesalahan yang dibuat pegawai berjumlah 4 orang atau 26,7 dan sebanyak 8 orang atau 53,3 menjawab setuju
sedangkan 2 orang responden menjawab kurang setuju. Responden yang menjawab setuju dan sangat setuju berpendapat bahwa sistem informasi
manajemen dapat mengurangi kesalahan yang dilakukan oleh pegawai. Berdasarkan dari data diatas maka mayoritas responden berpendapat bahwa
pegawai merasa dengan adanya sistem informasi manajemen membuat para pegawai dapat meminimalisir kesalahan.
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Sangat Setuju
4 26.7
2 Setuju
8 53.3
3 Kurang Setuju
2 13.3
4 Tidak Setuju
1 6.7
5 Sangat Tidak Setuju
- -
Jumlah 15
100
Tabel V.21. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pembuatan Laporan Menjadi Lebih Baik
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab sangat terbantu dengan adanya sistem
informasi manajemen dapat membantu pembuatan laporan menjadi lebih baik berjumlah 7 orang atau 46,7 dan sebanyak 5 orang atau 33,3 menjawab
terbantu. sedangkan 2 orang responden menjawab kurang terbantu. Berdasarkan dari data diatas maka mayoritas responden berpendapat bahwa pegawai merasa
terbantu dengan adanya sistem informasi manajemen. No
Jawaban Responden Jumlah
Persentase 1
Sangat Terbantu 7
46.7 2
Terbantu 5
33.3 3
Kurang Terbantu 2
13.3 4
Tidak Terbantu -
- 5
Sangat Tidak Terbantu 1
6.7 Jumlah
15 100
Tabel V.22. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Adanya Sistem Informasi Manajemen Membantu Dalam Kordinasi Tentang Pekerjaan
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab sangat membantu terkait sistem informasi
manajemen membantu pegawai dalam melakukan kordinasi tentang pekerjaan berjumlah 3 orang atau 20 dan sebanyak 10 orang atau 66,7 menjawab
membantu. 2 orang menjawab kurang membantu. Berdasarkan jawaban diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi manajemen dapat membantu para
pegawai dalam mengkomunikasikan pekerjaan kepada pegawai lain. No
Jawaban Responden Jumlah
Persentase 1
Sangat Membantu 3
20.0 2
Membantu 10
66.7 3
Kurang Membantu 2
13.3 4
Tidak Membantu -
- 5
Sangat Tidak Membantu -
- Jumlah
15 100
Tabel V.23. Distribusi Jawaban Responden Mengenai Apakah Sistem Informasi Manajemen Mempermudah Pelaksanaan Pekerjaan
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab sangat mudah terkait sistem informasi
manajemen mempermudah pelaksanaan pekerjaan berjumlah 3 orang atau 20 dan sebanyak 11 orang atau 73,3 menjawab mudah. 1 orang menjawab kurang
mudah. Berdasarkan jawaban diatas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi manajemen dapat mempermudah pelaksanaan pekerjaan.
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Sangat Mudah
3 20.0
2 Mudah
11 73.3
3 Kurang Mudah
1 6.7
4 Sulit
- -
5 Sangat Sulit
- -
Jumlah 15
15
Tabel V.24. Distribusi Jawaban Responden Ketepatan Waktu
Sumber : Kuesioner 2014
Berdasarkan tabel distribusi jawaban responden diatas, diperoleh informasi bahwa mayoritas responden menjawab bahwa para pegawai selalu tepat waktu
dalam melaksanakan pekerjaan berjumlah 7 orang atau 46,7 dan sebanyak 7 orang atau 46,7 menjawab sering sedangkan 1 orang responden menjawab
kadang. Responden yang menjawab selalu dan sering berpendapat bahwa dalam pelaksanaan tugas para pegawai dapat dikatakan tepat waktu. Berdasarkan dari
data diatas maka mayoritas responden berpendapat bahwa pegawai melaksanakan
tugasnya tepat waktu.
C. Pengukuran Skor
Agar data – data yang diperoleh dapat di analisa secara kualitatif maka setiap pertayaan dari kuesioner diberikan kategori jawaban seperti ini :
No Jawaban Responden
Jumlah Persentase
1 Selalu
7 46.7
2 Sering
7 46.7
3 Kadang
1 6.7
4 Jarang
- -
5 Tidak Pernah
- -
Jumlah 15
100
Skor untuk kategori sangat tinggi =
4.21 – 5.00 Skor untuk kategori tinggi
= 3.41 – 4.20
Skor untuk kategori sedang =
2.61 – 3.40 Skor untuk kategori rendah
= 1.81 – 2.60
Skor untuk kategori sangat rendah =
1.00 – 1.80 Sedangkan untuk menetapkan jawaban responden apakah tergolong sangat
rendah, rendah, cukup, tinggi, sangat tinggi maka ditentukan intervalnya sebagai berikut :
ilangan BanyaknyaB
ah SkorTerend
ggi SkorTertin
−
Maka diperoleh n =
80 ,
5 1
5 =
−
Dengan demikian diketahui skor dari setiap pertanyaan yang di berikan : -
Alternatif jawaban a, diberi skor 5 -
Alternatif jawaban b, diberi skor 4 -
Alternatif jawaban c, diberi skor 3 -
Alternatif jawaban d, diberi skor 2 -
Alternatif jawaban e, diberi skor 1
a Pengaruh Sistem Informasi Manajemen
No Pertanyaan
Rata-Rata Kriteria
1 Pekerjaan Terbantu Dengan Adanya
Sistem Informasi Manajemen 4,3
Sangat Tinggi
2 Sistem Informasi Manajemen
Membantu Dalam Pengambilan Keputusan
4,4 Sangat
Tinggi
3 Sistem Informasi Manajemen
Mendukung Kelancaran Pengambilan Keputusan
3,8 Tinggi
4 Pemanfaatan Sistem Informasi
Manajemen Mendukung Fungsi Perencanaan
4,5 Sangat
Tinggi
5 Sistem Informasi Manajemen
Membantu Pengendalian Kegiatan Kerja
4,5 Sangat
Tinggi
6 Informasi Yang Tersedia
4,1 Tinggi
7 Rencana Kegiatan
4,1 Tinggi
8 Pelaksanaan Tugas Berdasarkan
Pada Informasi Yang Tersedia 3,9
Tinggi 9
Penyediaan Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Cepat
3,8 Tinggi
10
Pembuatan Program Kegiatan Selalu Didasari Sistem Informasi
Manajemen 3,8
Tinggi
b Efektivitas Kerja Pegawai
No Pertanyaan
Rata-Rata Kriteria
1 Pencapaian Hasil Kerja Telah Sesuai
Dengan Yang Direncanakan 4,1
Tinggi 2
Sistem Informasi Membatu Pencapaian Kerja
4,1 Tinggi
3 Sistem Informasi Manajemen
Membuat Pekerjaan Menjadi Lebih Mudah
3,8 Tinggi
4
Sistem Informasi Manajemen Dapat Memotivasi Pegawai
4,2 Tinggi
5 Sistem Informasi Manajemen
Meningkatkan Kualitas Kerja 4,2
Tinggi 6
Sistem Informasi Manajemen Membantu Mengurangi Kesalahan
3,9 Tinggi
7 Pembuatan Laporan Menjadi Lebih
Baik 4,1
Tinggi 8
Sistem Informasi Manajemen Membantu Dalam Kordinasi Tentang
Pekerjaan 4,1
Tinggi
9 Sistem Informasi Manajemen
Mempermudah Pelaksanaan Pekerjaan
4,1 Tinggi
10 Ketepatan Waktu
4,4 Sangat
Tinggi
BAB V ANALISA DATA
Tujuan dari penelitian ini telah diperlihatkan pada BAB I, dan untuk lebih mengetahui apakah tujuan dari penelitian tersebut tercapai atau tidak, maka perlu
dilakukan beberapa langkah. Untuk mengetahui bagaimanakah Pengaruh Sistem Informasi Manajemen Terhadap Efektivitas Kerja pada Kantor Dinas Bina Marga
Kota Medan, terlebih dahulu apakah ada pengaruh antara variabel X Sistem Informasi Manajemen terhadap variabel Y Efektivitas Kerja.
Pengaruh antara variabel X dan variabel Y dapat diketahui dengan menggunakan rumus korelasi product moment, selanjutnya untuk mengetahui
besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y digunakan perhitungan korelasi determinasi. Beberapa rumus tersebut telah dipaparkan pada BAB II.
V.1. Koefisien Korelasi Product Moment