Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Citra Perusahaan Di Kalangan Peserta Kegiatan

(1)

Oleh : Rahmat Gojali NIM 41806078

Skripsi ini dibawah bimbingan: Desayu Eka Surya, S.Sos., M.Si

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas Pt. Kereta Api (Persero) Terhadap Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Kegiatan. Sehingga untuk menjawab penelitian diatas maka peneliti mengangkat indikator Daya Tarik Rasional, Daya Tarik Emosional, dan Daya Tarik Moral untuk mengukur variabel Daya Tarik dan Kognisi, Persepsi, Motivasi Dan Sikap untuk mengukur variabel Citra.

Pendekatan penelitian adalah kuantitatif, sedangkan metode penelitian adalah survei dengan teknik analisis korerasional. Sebagian besar data dikumpulkan melalui angket dan wawancara serta didukung oleh studi pustaka dan internet searching. Populasi (N) dalam Penelitian ini adalah Peserta kegiatan program pengenalan kereta api, dengan jumlah 914 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah Stratified Random Sampling. Sehingga sampel (n) penelitian berjumlah 90 orang. Teknik analisa data yang digunakan adalah penyeleksian data, uji validitas dan reriabilitas data, klasifikasi data, dan coding sheet, mentabulasikan data, analisa data dengan skala likert dan mengolah data menggunakan program SPSS 13.0

Hasil penelitian tentang hubungan antara Daya Tarik Rasional dengan Citra adalah sebesar 0.599 yang artinya korelasi antara daya tarik rasional dengan citra perusahaan memiliki hubungan yang cukup berarti. Hubungan antara Daya Tarik Emosional dengan Citra adalah sebesar 0.436 yang artinya korelasi antara daya tarik emosional dengan citra perusahaan memiliki hubungan yang cukup berarti. Daya Tarik Moral dengan Citra adalah sebesar 0.416 yang artinya korelasi antara daya tarik moral dengan citra perusahaan memiliki hubungan yang cukup berarti. Daya Tarik dengan kognisi adalah sebesar 0.588 yang artinya korelasi antara daya tarik dengan kognisi memiliki hubungan yang cukup berarti. Daya Tarik dengan Persepsi adalah sebesar 0.582 yang artinya korelasi antara daya tarik dengan Persepsi memiliki hubungan yang cukup berarti. Daya Tarik dengan Motivasi adalah sebesar 0.626 yang artinya korelasi antara daya tarik dengan Motivasi memiliki hubungan yang cukup berarti. Daya Tarik dengan Sikap adalah sebesar 0.626 yang artinya korelasi antara daya tarik dengan Sikap memiliki hubungan yang cukup berarti.

Kesimpulan penelitian adalah adanya hubungan antara daya tarik program pengenalan kereta api terhadap citra perusahaan dikalangan peserta kegiatan sebesar 0.672 yang artinya memiliki hubungan yang cukup berarti, signifikan, dan searah sehingga H1 diterima dan H0 ditolak.

Saran penelitian adalah sebaiknya Humas PT. Kereta Api (Persero) Daop 2 Bandung memperlihatkan dokumentasi tentang perkeretaapian kepada peserta kegiatan berupa film berdurasi pendek untuk lebih meningkatkan pengetahuan peserta kegiatan.


(2)

BY Rahmat Gojali NIM 41806078 Research under supervise of: Desayu Eka Surya., S.Sos., M.Si

The aim of this research is to know Appeal of Introductory Train

program toward company image on the participant. To answer that problem, researcher use indicator of rational appeal, emotional appeal and moral appeal to measure of appeal variable. While to measure the image variable using indicators cognition, perception, motivation, and attitude.

Research type is quantitative . Method used on this research is survey method with the analyze correlation technique. The data collecting are interview, spreading questioner, book study and internet searching. Population (N) of this research are participant of INTRODUCTORY TRAIN PROGRAM total population 914 participants. The sampling technique is Stratified Random Sampling with total sample (n) are 90 people. The data analyze using data selection, validity test, data reliable, data classification, coding sheet, data tabulation, data analyze with SPPS 13.0 method and processed by using likert scale.

Result of research shown that connection between rational appeal and company image is equal to 0,599 meaningful. Emotional appeal and Image is equal to 0.436 meaningful. Moral and Image is equal to 0.416 meaningful. Appeal and cognition is equal to 0.588 meaningful. Appeal and perception is equal to 0.582 meaningful. Appeal and motivation is equal 0.626 meaningful. Appeal and attitude is equal to 0.626 meaningful.

Conclusion of this research shown connection between Appeal of

Introductory Train program toward company image on the participants is equal to 0.672. H1 accepted and HO refused.

Researched suggested that Public Relations of PT. Kereta Api (Persero) Daop 2 Bandung shows the documentation of the railways to participants of the activities of short duration film to further enhance knowledge of participants.


(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan yang bergerak dibidang apapun pasti memerlukan citra positif dimata konsumennya. Hal itu perlu dilakukan untuk mempertahankan keyakinan konsumen supaya tetap menggunakan produk/jasa yang ditawarkan. Citra positif harus dibentuk terus menerus, supaya pandangan konsumen menjadi lebih baik dan konsumen akan menjadi loyal. Jika citra perusahaan baik, maka respon yang diberikan oleh konsumen juga baik, begitupun sebaliknya jika citra perusahaan buruk dan dalam waktu dekat tidak ada perbaikan maka kepercayaan konsumen akan hilang dan secara otomatis konsumen akan mencari pelayanan lain yang bisa memenuhi kebutuhannya.

Persaingan di industri jasa transportasi semakin ketat dengan banyak perusahaan yang bergerak pada bidang tersebut. Masyarakat cenderung menggunakan transportasi yang cepat, aman dan mudah dijangkau. Bukan hal mudah menjalankan sebuah usaha dibidang jasa transportasi karena mengandung banyak resiko, karena berhubungan dengan kenyamanan, keamanan, keselamatan, keselamatan dan nyawa seseorang. Seperti kecelakaan, kerusakan mesin, atau dari sisi pengemudi. Hal tersebut dapat berdampak buruk bagi perusahaan karena


(4)

berpengaruh terhadap citra perusahaan dimata konsumenya. Untuk mencegah terbentuknya citra negatif dimata konsumen, maka pihak perusahan harus melakukan tindakan yang berguna untuk mengatasi krisis kepercayaan ketika citra di mata konsumen menjadi negatif.

Begitupun dengan PT. Kereta Api, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa transportasi ini terus mempertahankan citra di mata konsumennya. Ketika Citra Perusahaan mulai goyang dengan adanya pemberitaan-pemberitaan yang selalu menyudutkan PT. Kereta Api sebagai penyebab utama dalam setiap kecelakaan yang terjadi, membuat konsumen menjadi riskan untuk menggunakan jasa transportasi tersebut. Oleh karena itu, PT. Kereta Api selalu membuat program-program baru yang berguna untuk merangkul konsumennya agar kembali menggunakan jasa yang ditawarkan.

PT. Kereta Api (Persero) adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa transportasi. Kehadiran Kereta Api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa Kemijen Jum’at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J. Baron Sloet van den beele. Pembangunan diprakarsai oleh “Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij” (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867. Dengan adanya Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun


(5)

1998, pemerintah menetapkan pengalihan bentuk Perusahaan Umum (PERUM) Kereta Api menjadi Perseroan (Persero). Prosesi perubahan status perusahaan dari perum menjadi persero secara “de-facto” dilakukan tanggal 1 Juni 1999, saat Menhub Giri S Hadiharjono mengukuhkan susunan direksi PT Kereta Api (Persero) di Bandung. (company profile, 2009)

Pentingnya pembentukan citra dalam sebuah perusahaan didasari pada kemampuan (tingkat dasar dan lanjut) dalam menghadapi sebuah krisis yang muncul akibat adanya respon negatif, baik secara individual maupun tim yang dipengaruhi oleh praktek berorganisasi (job design, reward sistem, komunikasi dan pengambilan keputusan) dan manajemen waktu/perubahan dalam mengelola sumberdaya (materi, modal dan SDM) untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif, yaitu mencakup penyampaian perintah, informasi, berita dan laporan, serta menjalin hubungan dengan orang. Hal ini tentunya erat dengan penguasaan identitas diri yang mencakup aspek fisik, personil, kultur, hubungan organisasi dengan pihak pengguna, respons dan mentalitas pengguna. Oleh karena itu dibutuhkan seorang praktisi guna mengatasi masalah-masalah yang muncul supaya dapat ditindaklanjuti secara tepat dan cepat agar citra perusahaan tetap baik di mata publik.

Keberadaan Public Relations (PR) sebagai salah satu fungsi manajemen yang penting diperhitungkan mempunyai kredibilitas yang tinggi dalam mengatasi persaingan dan permasalahan-permasalahan


(6)

yang ada dalam perusahahaan atau sebuah organisasi menjadi lebih piawai. Keberadaan PR dalam sebuah perusahaan/organisasi diharapkan dapat menjadi tonggak utama berdiri dan bertahannya suatu perusahaan. Menurut Jefkins “Public Relations senantiasa berkenaaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan dan melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan muncul suatu dampak yakni berupa perubahan yang positif” (Yadin dan Munandar, 2003 : 2)

Seidel dalam Soemirat & Ardianto berpendapat bahwa Public Relations adalah proses yang kontinyu dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh goodwill (kemauan baik) dan pengertian dari pelanggan, pegawai, dan publik yang lebih luas dalam mengadakan analisis dan perhatian diri sendiri, sedangkan keluar memberikan pernyataan-pernyataan (Seidel dalam Soemirat & Ardianto, 2004 :12)

Dalam penjabaran definisi diatas, maka dapat diketahui bahwa

Public Relations memiliki peran penting dalam sebuah

organisasi/perusahaan. Public Relations merupakan ujung tombak dari sebuah perusahaan. Public Relations adalah mediator sebuah perusahaan dengan publiknya. Hakikat Public Relations sebagai penciptaan umpan balik yang berakhir pada sebuah opini publik dan citra positif sebuah perusahaan.

Fungsi humas pada dasarnya menghubungkan publik-publik yang berkepentingan dalam perusahaan serta menciptakan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan publiknya baik publik internal


(7)

maupun publik eksternal melalui suatu proses timbal balik. Seorang humas harus mampu menjalin hubungan baik dengan publik internal maupun eksternal. Maka dari itu, kegiatan humas meliputi kegiatan internal (Internal Public Relations) dan Eksternal (Eksternal Public Relations).

Public Relations atau yang lebih kita kenal dengan istilah humas harus bisa mempertahankan citra perusahaan dimata konsumennya. Begitupun dengan Humas PT. Kereta Api DAOP 2 Bandung yang terus meningkatkan citra perusahaan dengan berbagai program yang dikeluarkan untuk menarik minat konsumen dan menjadikannya sebagai sebuah nilai jual yang memiliki daya tarik sehingga konsumen tetap menggunakan jasa transportasi kereta api.

Humas harus bisa meyakinkan Konsumen dan memberikan penjelasan tentang cara kerja kereta api, yang secara tidak langsung bisa memberikan pengetahuan baru kepada konsumen bahwa kereta api itu adalah kendaraan yang tidak bisa berhenti kapan dan dimana saja, kereta api memiliki jalannya sendiri, dan kendaraan lain wajib mendahulukan kereta api, oleh karena itu kecelakaan yang terjadi bukan karena kesalahan kereta api. Tetapi menjadi perhatian untuk semua pihak agar lebih berhati-hati. Seperti ketika pintu penghalang diturunkan, kendaraan tidak boleh menerobos. Ataupun ketika memasuki jalan kereta api lebih baik melihat ke kanan dan kiri terlebih dahulu.


(8)

Salah satu program yang memiliki daya tarik adalah pengenalan kereta api untuk Sekolah Dasar dan Taman Kanak-Kanak. Program tersebut ditujukan sebagai sosialisasi dan edukasi tentang perkeretaapian supaya peserta kegiatan yang mengikutinya dapat mengerti serta memahami dunia perkeretaapian.

Pengertian daya tarik menurut Onong Uchjana Effendy adalah “kekuatan atau penampilan komunikator yang dapat memikat perhatian sehingga mampu untuk mengungkapkan kembali pesan yang ia peroleh” (Effendy, 1989:18). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa daya tarik adalah proses awal terhadap kesan dari suatu bentuk komunikasi dan sangat berperan dalam bentuk kesan dari komunikan. Berdasarkan pengertiannya daya tarik merupakan kekuatan yang dapat memikat perhatian, sehingga seseorang mampu mengungkapkan kembali stimuli (rangsangan) yang ia peroleh dari apa yang ia lihat.

Program pengenalan Kereta Api sudah dirintis sejak tahun 2000 oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) Daop 2 Bandung, Humas mensosialisakian dan memberikan penjelasan serta pengarahan kepada peserta kegiatan yaitu anak-anak dari sekolah dasar dan taman kanak-kanak yang mengikutinya. Mereka diberikan penjelasan mengenai dunia perkeretaapian, mereka juga mendapatkan pemahaman cara kerja kereta api serta mengikuti tour kereta api.

Pada mulanya program ini masih sepi peminatnya, akan tetapi sejak tahun 2006 Program pengenalan kereta api sebagai sosialisasi dan


(9)

edukasi tentang dunia perkeretaapian menjadi daya tarik tersendiri bagi peserta yang mengikutinya. Dan sampai sekarang program tersebut menjadi sangat diminati.

Dengan adanya program tersebut diharapkan pengetahuan, pemahaman, dan penjelasan yang diberikan oleh humas bisa menjadi daya tarik yang kuat dikalangan peserta kegiatan untuk membentuk sebuah citra positif.

Dari latar belakang di atas maka dapat dibuat sebuah rumusan masalah sebagai berikut Sejauhmana Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Kegiatan?

1.2. Identifikasi Masalah

Dari Rumusan Masalah yang masih luas, supaya penelitian lebih spesifikasi dan terarah maka dibuat indikator masalah sebagai berikut :

1. Sejauhmana Daya Tarik Rasional program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Kegiatan?

2. Sejauhmana Daya Tarik Emosional program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Kegiatan?


(10)

3. Sejauhmana Daya Tarik Moral program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Kegiatan?

4. Sejauhmana Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Persepsi Dikalangan Peserta Kegiatan?

5. Sejauhmana Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Kognisi Dikalangan Peserta Kegiatan?

6. Sejauhmana Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Motivasi Dikalangan Peserta Kegiatan?

7. Sejauhmana Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Sikap Dikalangan Peserta Kegiatan?

8. Sejauhmana Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Kegiatan?


(11)

1.3. Maksud dan Tujuan 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud penelitian adalah untuk mendeskripsikan, menjelaskan Fenomena yang terjadi dengan menggunakan metode dan teknik yang tepat tentang Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Kegiatan.

1.3.2. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Daya Tarik Rasional Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Kegiatan.

2. Untuk mengetahui Daya Tarik Emosional Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Kegiatan.

3. Untuk mengetahui Daya Tarik Moral melalui Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Kegiatan.

4. Untuk mengetahui Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Kognisi Dikalangan Peserta Kegiatan.


(12)

5. Untuk mengetahui Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Persepsi Dikalangan Peserta Kegiatan. 6. Untuk mengetahui Daya Tarik Program Pengenalan Kereta

Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Motivasi Dikalangan Peserta.

7. Untuk mengetahui Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Sikap Dikalangan Peserta Kegiatan. 8. Untuk mengetahui Daya Tarik Program Pengenalan Kereta

Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Kegiatan.


(13)

1.4.Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis

Kegunaan Penelitian yang dilakukan adalah sebagai pengembangan ilmu komunikasi secara umum, Ilmu Humas (Hubungan Masyarakat) secara khusus dan juga membuka wawasan dan pengetahuan baru bagi penulis mengenai Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Yang Dilakukan Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Kegiatan.

1.4.2. Kegunaan Praktis a. Peneliti

Penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu yang selama ini diterima secara teori, khususnya tentang Daya Tarik program pengenalan kereta api oleh humas PT. Kereta Api Daerah Operasi 2 Bandung dikaitkan dengan citra perusahaannya. b. Program Studi

Penelitian ini berguna bagi mahasiswa UNIKOM secara umum, ilmu komunikasi konsentrasi Humas secara khusus mengenai tinjauan daya tarik terhadap citra perusahaan sebagai litelatur bagi peneliti selanjutnya terutama yang melakukan penelitian dengan kajian yang sama.


(14)

c. PT. Kereta Api (Persero)

Penelitian yang dilakukan berguna bagi perusahaan sebagai evaluasi tentang Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Kegiatan. Diharapkan PT. Kereta Api untuk dapat meningkatkan citra positif di mata konsumennya.

1.5. Kerangka Pemikiran 1.5.1. Kerangka Teoritis

Pengertian daya tarik menurut Onong Uchjana Effendy adalah “kekuatan atau penampilan komunikator yang dapat memikat perhatian sehingga mampu untuk mengungkapkan kembali pesan yang ia peroleh” (Effendy, 1989:18).

Menurut Kotler dalam Sindoro, daya tarik isi pesan meliputi :

1. Daya tarik Rasional

Daya tarik ini berfungsi untuk membangkitkan kepentingan diri tiap individu. Daya tarik ini menunjukan manfaat atau kegunaan.

2. Daya tarik Emosional

Daya tarik ini berusaha untuk membangkitkan emosional negatif atau positif yang dapat memotivasi pelanggan


(15)

tergerak untuk mendapatkan fasilitas yang disediakan oleh humas.

3. Daya tarik Moral

Daya tarik moral diarahkan pada perasaan tiap individu tentang apa yang benar dan tepat, sehingga sering digunakan untuk mendorong seseorang mendukung masalah-masalah sosial. (Sindoro, 1996:81)

Selanjutnya peneliti menelaah mengenai variabel Y dengan model pembentukan Citra Jhon S Nimpoeno. Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu objek dapat diketahui dari sikapnya terhadap objek tersebut. Solomon, dalam Rakhmat menyatakan semua sikap bersumber pada organisasi kognitif-pada informasi dan pengetahuan yang kita miliki. Tidak akan ada teori tentang sikap atau aksi social yang tidak didasarkan pada penyelidikan tentang dasar-dasar kognitif. Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan. (Danasaputra, 1995 :34-35)


(16)

Proses pembentukan Citra dalam stuktur kognitif yang sesuai dengan pengertian system komunikasi dijelaskan oleh John S. Nimpoeno, seperti yang dikutip Danasaputra sebagai berikut :

Gambar 1.1

Model Pembentukan Citra Pengalaman mengenai stimulus

Stimulus-Humas

Sumber : (Nimponeo, dalam Danasaputra, 1995 : 36)

Model pembentukkan citra pada gambar 1.1 yang memperlihatkan bahwa Humas digambarkan sebagai input-output. Proses interen dalam model ini adalah pembentukkan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap.

Jika stimulus mendapat perhatian, individu akan berusaha untuk mengerti tentang rangsangan tersebut. Persepsi diartikan

Respon Perilaku Kognisi

Persepsi Sikap


(17)

sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain individu akan memberikan makna terhadap rangsangan berdasarkan pengalamannya mengenai rangsangan.

Kemampuan mempersepsi itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukkan citra. Persepsi atau pendangan individu akan positif apabila informasi yang diberikan oleh rangsangan dapat memenuhi kognisi inividu.

Kognisi yaitu suatu keyakinan diri individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan timbul apabila individu telah mengerti rangsangan tersebut, sehingga individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya.

Motivasi dan sikap akan menggerakan respons seperti yang diinginkan oleh pemberi rangsangan. Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecendrungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu.


(18)

Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan. Sikap mengandung aspek evalutif, artinya mengandung nilai menyenangkan. Sikap ini juga dapat diperteguh atau diubah.

1.5.2. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat Sejauhmana Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Kegiatan Hal ini dapat dilihat sebagai berikut :

1. Daya tarik Rasional

Daya tarik ini berfungsi untuk membangkitkan kepentingan diri dari peserta kegiatan. Daya tarik ini menunjukan manfaat atau kegunaan dari program pengenalan kereta api yang dilakukan oleh Humas PT. Kereta Api.

2. Daya Tarik Emosional

Daya tarik ini berusaha untuk membangkitkan emosional negatif atau positif yang dapat memotivasi peserta kegiatan yang tergerak untuk mendapatkan fasilitas yang disediakan oleh humas PT. Kereta Api.

3. Daya Tarik Moral

Daya tarik moral diarahkan pada perasaan peserta kegiatan tentang apa yang benar dan tepat, sehingga sering digunakan untuk mendorong seseorang mendukung masalah-masalah sosial.

Dalam pengertian diatas terjadi pembentukan isi pesan yang disampaikan oleh Humas terhadap Peserta kegiatan. Selanjutnya


(19)

peneliti mengaplikasikan Teori pembentukan citra oleh Nimponeno, dalam Danasaputra sebagai berikut :

Gambar 1.2

Aplikasi Teori Pembentukkan Citra Pada PT. Kereta Api (Persero)

Sumber: Analisa Peneliti, 2010

Pada model pembentukan citra dapat terlihat suatu gambaran proses terbentuknya citra yang diawali oleh stimulus, terjadilah proses pembentukan citra dimana persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap dapat melahirkan respon. Dari model pembentukan citra tersebut jika diaplikasikan dalam masalah penelitian maka dapat dilihat bagaimana stimulus yang berasal dari Humas PT. Kereta Api diorganisasikan dan mempengaruhi respon pelanggan. Proses pembentukan citra tersebut diawali dengan stimulus (rangsangan) yang diberikan oleh Humas PT. Kereta Api kepada peserta kegiatan. Lalu dari stimulus tersebut terjadilah

Stimulus Respon

Membentuk Citra Perusahaan PT. Kereta Api (Persero) Humas PT. Kereta

Api (Persero)

Citra PT. Kereta Api (Persero) Kognisi

Persepsi Peserta Sikap

Kegiatan


(20)

pengolahan informasi oleh peserta kegiatan, dan didalam tahap inilah terjadi proses pembentuakan citra dimana persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap dari peserta kegiatan diolah. Dan dari proses tersebut maka terbentuklah citra.

Jika stimulus mendapat perhatian, peserta kegiatan akan berusaha untuk mengerti tentang rangsangan tersebut. Ketika Humas PT. Kereta Api memberikan Stimulus kepada Peserta Kegiatan, dan Stimulus tersebut mendapatkan persepsi yang baik dari peserta kegiatan maka hal tersebut akan membentuk citra positif kepada PT.Kereta Api. Dengan kata lain peserta kegiatan akan memberikan makna terhadap informasi yang ia dapatkan berdasarkan pengalamannya mengenai informasi mengenai perkeretaapian.

Keyakinan akan timbul apabila peserta kegiatan telah mengerti stimulus yang diberikan oleh Humas, sehingga peserta kegiatan memberikan informasi-informasi yang cukup dan dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya


(21)

Motivasi dan sikap akan menggerakan respons seperti yang diinginkan oleh Humas PT. Kereta Api (Persero). Sikap menentukan apakah Peserta Kegiatan harus pro atau kontra terhadap Stimulus yang diberikan oleh humas PT.Kereta Api, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan. Dan dari perubahan Sikap inilah bisa menimbulkan hal yang menyenangkan sehingga citra perusahaan dapat dibentuk.


(22)

1.6.Operasional variabel Variabel X : Daya Tarik

Daya Tarik adalah kekuatan atau penampilan humas PT. Kereta Api melalui program pengenalan kereta api yang dapat memikat perhatian peserta kegiatan sehingga mampu untuk mengungkapkan kembali pesan yang ia peroleh.

Dengan Indikator sebagai berikut :

a. Daya Tarik Rasional b. Daya Tarik Emosional c. Daya Tarik Moral

Variabel Y : Citra

Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang (peserta) berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Atau sikap orang tersebut terhadap objek (program yang diikuti)

Dengan Indikator sebagai berikut : a. Persepsi

b. Kognisi c. Motivasi d. Sikap


(23)

Tabel 1.1

Operasionalisasi Variabel

No Variabel Indikator Alat Ukur Daftar

Pertanyaan

1 Daya Tarik Daya Tarik Rasional • Kepentingan

• Manfaat

• Segunaan

1-3

Daya Tarik Emosional • Senang

• Puas

• Fasilitas

4-6

Daya Tarik Moral • Mendukung

• Dorongan

7-8

2 Citra Kognisi • Pengetahuan

• Pengertian • Analisa

9-11

Persepsi • Melihat

• Mendengar

• Pengalaman

12 -14

Motivasi • Keinginan

• Kebutuhan

• Harapan

• Tujuan

15-18

Sikap • Tindakan

• Perasaan

• Harapan

19-21


(24)

1.7.Hipotesis

H1 : Ada hubungan antara Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Kegiatan Yang Mengikutinya.

H0 : Tidak ada hubungan antara Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung Terhadap Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Kegiatan Yang Mengikutinya.

1.8.Metode penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik analisis korerasional.

Penelitian kuantitatif merupakan sebuah penyelidikan tentang masalah sosial berdasarkan pada pengujian sebuah teori yang terdiri dari dua variael, di ukur dengan angka dan di analsis dengan prosedur statistik untuk menentukan apakah generalisasi prediktif teori tersebut benar. (Silalahi, 2006:69)

Metode survei adalah metode pengumpulan data primer dengan memperolehnya secara langsung dari sumber lapangan penelitian. (Ruslan, 2008:22)


(25)

Menurut Husein Umar, korerasional adalah teknik analisis data yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variable-variabel yang berbeda dalam suatu populasi, perbedaan utama dengan metode lain adalah usaha untuk menaksir hubungan bukan sekedar deskripsi (Umar, 2002 : 45)

Sedangkan menurut Ulber Silalahi, dalam bukunya Metode Penelitian Sosial mengemukakan bahwa :

Penelitian kolerasional adalah penelitian yang mempelajari apakah perubahan nilai dalam suatu variabel ada hubungannya dengan perubahan nilai variabel lain. Ada tidaknya hubungan tersebut dihitung berdasarkan koefisien korelasi. Jadi penelitian korelasi bukan menjelaskan sebab akibat. Atrtinya meskipun dua atau lebih variabel menunjukan asosiasi (perubahan dalam satu variabel berhubungan dengan perubahan variabel lain) tidak dengan sendirinya bahwa antara dua variabel tersebut menunjukan adanya hubungan sebab akibat karena perubahan nilai dalam satu variabel tidak menyebabkan perubahaan nilai dalam variable (Silalahi, 2006 : 30)

1.9. Teknik pengumpulan data 1.9.1. Wawancara

Wawancara merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan lisan dari seseorang yang duisebut responden, melalui percakapan yang sistematis dan terorganisir (Silalahi, 2006:287)

Sedangkan menurut Ruslan “Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data dalam metode survei melalui daftar pertanyaan yang diajukan secara lisan terhadap responden (subjek)” (Ruslan, 2008:23)


(26)

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan kepada Kepala Humas PT. Kereta Api Daop 2 Bandung. Hasil wawancara ini dijadikan sumber informasi mengenai masalah yang diteliti dengan tujuan untuk memperoleh dan mengumpulkan data atau informasi tentang Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api Oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) Terhadap Citra Perusahaan Dikalangan Peserta Kegiatan.

1.9.2. Angket

Angket adalah teknik pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang di isi oleh para responden sendiri (Manasse Malo, 2003:12). Dalam teknik ini responden memeliki peranan yang sangat penting dalam memperoleh data yang dibutuhkan.

Dalam penelitian ini angket disebar kepada peserta kegiatan program pengenalan Kereta Api oleh Humas PT. Kereta Api (Persero) Daop 2 Bandung. Teknis dalam penyebaran angket ini dilakukan dengan cara responden yang peneliti temui diberikan angket untuk diisi.

1.9.3. Studi Pustaka

Menurut J. Supranto seperti yang dikutip Ruslan dalam bukunya metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi, bahwa studi kepustakaan adalah dilakukan mencari data atau informasi riset melalui membaca jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-baham publikasi yang tersedia di perpustakaan (Ruslan, 2008:31).


(27)

Studi kepustakaan digunakan untuk mempelajari sumber bacaan yang dapat memberikan informasi yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang diteliti.

1.9.4. Internet Searching

Internet Searching adalah pencarian data melalui website guna melengkapi data penelitian.

1.10. Teknik Analisa data

Setelah memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka selanjutnya akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Penyeleksian data, pemeriksaan kelengkapan dan kesempurnaan data serta kejelasan data

2. Klasifikasi data, yaitu mengelompokan data dan dipilah-pilih sesuai dengan jenisnya

3. Selanjutnya dilakukan uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

4. Data dimasukan kedalam cooding book (buku koding) dan coodingsheet (lembaran koding)

5. Mentabulasikan data yaitu menyajikan data dalam sebuah tabel (tabel induk kemudian kedalam tabel tunggal) sesuai tujuan analsisis data

6. Data yang ditabulasi, dianalisis dengan koefisien korelasi Rank Spearman. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan cara


(28)

memindahkan data kuantitatif, dengan cara pemberian skors atas pilihan yang diberikan oleh setiap responden. Pemberian skors tersebut dimaksudkan untuk memindahkan data kuantitatif yang berupa jawaban responden atas pertanyaan-pertanyaan dalam angket ke dalam nilai-nilai kuantitatif.

Untuk mengolah data peneliti menggunakan program SPSS (stastitical Product and Service Solution) yang merupakan program komputer. untuk menganalisa hubungan variabel X dan Variabel Y digunakan Teknik analisa Korelasi Rank Sperman dalam Sarwono sebagai berikut :

Rumus :

(Sarwono, 2004: 25) Dimana :

di2

-

[p(x2)-(y1)]2 Keterangan : rs: korelasi Rank pearman

di : Selisih antara dua ranking n : Jumlah sampel

( )

1

6

1

2

2

=

n

n

di

rs


(29)

Untuk menganalisa adanya pengaruh atau hubungan menggunakan koefisien determinasi (KD) antara variabel X dan Variabel Y dengan rumus:

(Sarwono, 2004: 25) Keterangan :

KD : koefisien determinasi rs : hasil korelasi rank spearmant 1.11. Populasi dan sampel

1.11.1.Populasi

Menurut Sugiyono dalam bukunya Statistika untuk penelitian mengemukakan bahwa "Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri dari; objek, atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulannya." (Sugiyono, 2002:55)

Sedangkan menurut Riduwan dalam bukunya Dasar-Dasar Statistika mengatakan bahwa “Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.” (Riduwan, 2006:8)


(30)

Tabel 1.2 Populasi Penelitian

N = 914

Sumber : (Arsip Humas PT. Kereta Api DAOP 2 Bandung, 2010) No. Nama Sekolah Alamat Populasi/N

(Jumlah peserta) 1 KB/TK Happy Holly

Kids

Jl. Garuda (Nurtaino) No. 48 Bandung . Tel. (022) 6017149

70 Peserta

2 TK Al Istiqomah I

Jl. Terusan Kopo Bllk.523 Bojongbuah Katapang Bandung.

Tel. (022) 5891987

126 Peserta

3 TK-CBE Hosana

Jl. Kopo Kompleks Taman Kopo Indah Blok

A-62 Bandung 54 Peserta

4

Yayasan Logos Little Children

Class

Taman Kholis Indah E1, No. 08 Bandung Tel. (022) 6001007

210 Peserta

5 PAUD/TK Al

Mas’udiyah

Jl. Kebon Kopi No. 51

Tel. 022-6025180 63 Peserta

6 TK Plus Bina Esa

Jl. Cihanjuang Km. 24.5 Cimahi Bandung Tel. (022) 66558745

19 Peserta

7 KB-RA Pusdai

Jl. Diponogoro No. 63 Bandung

Tel (022)-7217531

60 Peserta

8 Play School

Binekas

Jl. Terusan Buah Batu Kompleks Buah BAtu Regensi Kav. G7 No. 6,7 Bandung.

40 Peserta

9 TK Sandhy Putra

Jl. BKR No. 11 Bandung

Tel. (022) 7301740 57 peserta

10 RA An-Nisa

Jl. KH. Wahud Hasyim kopo Gg Parasdi Dlm No. 07 Bandung

215 Peserta


(31)

1.11.2.Sampel

Suharsini Arikunto mengatakan bahwa “Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.” (Arikunto, 1998:117)

Sedangkan menurut Riduwan dalam bukunya Dasar-Dasar Statistika mengatakan bahwa “Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai cirri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data dan informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel yang mewakilinya .” (Riduwan, 2006:10)

Dalam mengambil sampel peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel secara Stratified Random Sampling. Teknik ini digunakan apabila populasi dianggap heterogen menurut suatu karakteristik tertentu dan terlebih dahulu dikelompokan dalam beberapa subpopulasi, sehingga tiap subpopulasi yang memiliki anggota sampel yang relatif homogen. (Sugiyono, 2000:56-57)


(32)

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus dari Yamane sebagai berikut :

N n =

N . (d) 2

n =

914. (10/100) + 1

Keterangan :

n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi

d = Nilai presisi atau tingkat kesalahan yang ditetapkan sebesar 10%

Kemudian dari rumus tersebut akan didapatkan jumlah sampel dari populasi yang jumlahnya 914 Peserta sebagai berikut :

914

2

n = 914 914.0.01+1

914

+ 1

n= 10.14


(33)

Selanjutnya dalam menentukan sampel untuk masing-masing bidang digunakan rumus yang dikemukakan oleh Masri Singarimbun (1995:89) sebagai berikut :

N

k

=

. n

Ket :

n = Jumlah seluruh anggota sampel

Pk = Jumlah anggota populasi yang terdapat P = Jumlah populasi seluruhnya


(34)

Tabel 1.3 Sampel Penelitian

n = 90 No. Nama Sekolah Populasi/N

(Jumlah peserta) Sampel

1 KB/TK Happy

Holly Kids 70 Peserta

70 x 90 = 7 Peserta 914

2 TK Al Istiqomah I 126 Peserta

126 x 90 = 12 Peserta 914

3 TK-CBE Hosana 54 Peserta

54 x 90 = 5 Peserta 914 4 Yayasan Logos Little Children Class 210 Peserta

210 x 90 = 21 Peserta 914

5 PAUD/TK Al

Mas’udiyah 63 Peserta

63 x 90 = 6 Peserta 914

6 TK Plus Bina Esa 19 Peserta

19 x 90 = 2 Peserta 914

7 KB-RA Pusdai 60 Peserta

60 x 90 = 6 Peserta 914

8 Play School

Binekas 40 Peserta

40 x 90 = 4 Peserta 914

9 TK Sandhy Putra 57 peserta

57 x 90 = 6 Peserta 914

10 RA An-Nisa 215 Peserta

215 x 90 = 21 Peserta 914


(35)

1.12. Model penelitian

Dalam penelitian ini model penelitiannya adalah sebagai berikut Gambar 1.3

Model penelitian

Sumber : (Analisa dan Pemikiran Peneliti, 2010) Variabel X

Daya Tarik Program Pengenalan Kereta Api

Oleh Humas

Indikator

1. Daya Tarik Rasional 2. Daya Tarik Emosional 3. Daya Tarik Moral

Variabel Y Citra Perusahaan Dikalangan Peserta

Kegiatan

Indikator 1. Persepsi 2. Kognisi 3. Motivasi 4. Sikap


(36)

1.13. Lokasi dan waktu penelitian

1.13.1.Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Taman Kanak-Kanak terpilih yang berada di wilayah Bandung. PT. Kereta Api (Persero) Daop 2 Bandung, Jl.Stasiun Timur No.14 Bandung.

1.13.2.Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama enam bulan yaitu dari bulan Februari sampai Juli 2010.


(37)

Tabel 1.4 Jadwal Penelitian

No Uraian

Februari 2010 Maret 2010 April 2010 Mei 2010 Juni 2010 Juli 2010

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1

Persiapan Penelitian Studi Pendahuluan

ulang # # # # # # # pengajuan judul # # # #

acc judul #

Persetujuan

Pembimbing #

2

Pelaksanaan Penelitian Penyusunan Bab I +

Bimbingan # # # # # #

ACC Bab I #

Seminar UP #

Penyusunan Bab II +

Bimbingan # # # # #

Penyusunan Bab III

+Bimbingan # # # # #

3 Pelaksanaan Penelitian Wawancara, dokumentasi Pencarian data # # # # # # # # # #

penyebaran kuesioner # #

4

Pengolahan Data Penyusunan Bab IV +

Bimbingan # # # #

Penyusunan Bab V +

Bimbingan # #

Penyusunan

Keseluruhan # #

5

Pendaftaran Sidang dan Pelaksanaan Sidang


(38)

1.14. Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan, Kegunaan Penelitian (kegunaan Praktis dan Kegunaan Teorotis), kerangka pemikiran (kerangka teoritis dan kerangka konseptual), operasional variable, hipotesis, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, populasi dan sampel, model penelitian, lokasi dan waktu penelitian, sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mencakup tentang tinjauan mengenai komunikasi (meliputi: definisi komunikasi, unsur-unsur komunikasi, proses komunikasi), tinjauan mengenai Public Relations, Tinjauan mengenai Daya Tarik, tinjauan mengenai citra (meliputi: definisi citra, Faktor pembentuk citra, jenis-jenis citra),

BAB III OBJEK PENELITIAN

Meliputi gambaran umum tentang PT.Kereta Api (Persero) yang terdiri dari sejarah perusahaan, visi, misi dan tujuan, arah pengembangan perusahaan, budaya perusahaan, motto perusahaan, logo dan arti lambing perusahaan, struktur oragnisasi PT.Kereta Api (Persero),struktur organisasi PT.Kereta Api P) Daop 2 Bandung, Job Description Humasda PT


(39)

Kereta Api (Persero) Daop 2 Bandung, Sarana dan Prasarana PT Kereta Api (Persero) Daop 2 Bandung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uraian dari hasil penelitian berdasarkan data lapangan yang terkumpul, mencakup tentang analisis korerasional, hasil penelitian (meliputi: tabel distribusi frekuensi), pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Mencakup tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang ada pada identifikasi masalah, saran untuk instansi tempat dilakukannya penelitian.


(40)

(41)

38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1. Definisi Ilmu Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah satu makna. Jadi, jika dua orang terlibat dalam komunikasi maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, yakni baik si penerima maupun si pengirim sepaham dari suatu pesan tertentu (Effendy, 2005:42).

Berbicara tentang definisi komunikasi, tidak ada definisi yang benar atau yang salah. Seperti juga model atau teori, definisi harus dilihat dari kemamfaatan untuk menjelaskan fenomena yang didefinisikan dan mengevaluasinya. Beberapa definisi mungkin terlalu sempit, misalnya “Komunikasi adalah penyampaian pesan melalui media elektronik”, atau terlalu luas, misalnya “Komunikasi adalah interaksi antara dua pihak atau lebih sehingga peserta komunikasi memahami pesan yang disampaikannya.


(42)

39

Banyak definisi komunikasi diungkapkan oleh para ahli dan pakar komunikasi seperti yang di ungkapkan oleh Carl. I. Hovland yang dikutip oleh Effendy dalam buku “Ilmu Komunikasi Teori dan Peraktek” ilmu komunikasi adalah: Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampain informasi serta pembentukan pendapat dan sikap.(Effendy, 2001:10)

Hovland juga menungkapkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan hanya penyampain informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Tetapi dalam pengertian khusus komunikasi, Hovland mengatakan Komunikasi adalah proses mengubah prilaku orang lain (communication is the process to modify the behafavior of other individuals). Jadi dalam berkomunikasi bukan sekedar memberitahu, tetapi juga berupaya mempengaruhi agar seseorang atau sejumlah orang melakukan kegiatan atau tindakan yang diinginkan oleh komunikator, akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau perilaku orang lain, hal itu bisaterjadi apabila komunikasi yang disampaikanya bersifat komunikatif yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan harus benar-benar di mengerti dan dipahami oleh komunikan untuk mencapai tujuan komunikasi yang komunikatif.


(43)

40

Menurut Wilbur Schramm, seorang ahli komunikasi kenamaan, dalam karyanya “Communication Research In The United States”. Menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikastor cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni panduan pengalaman dan pengertian (collection of expreiences and meanings) yang pernah di peroleh komunikan.

2.1.2. Unsur-unsur Komunikasi

a. Komunikator (pengirim pesan)

Pengirim pesan yang dimaksud disini adalah manusia yang mengambil inisiatif dalam berkomunikasi. Pesan disampaikan komunikator untuk mewujukan motif komunikasi.

b. Komunikan

Komunikan disebut juga penerima. Dalam konteks komunikasi massa, komunikan disebut khalayak, tujuan, pemirsa, pendengar, pembaca, target sasaran.

c. Pesan

Pesan pada dasarnya bersipat abstrak. Untuk membuatnya kongkret agar dapat dikirim dan diterima oleh komunikan, manusia dengan akal budinya menciptakan sejumlah lambing


(44)

41

komunikasi berupa suara, mimic, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa tulisan.

d. Saluran komunikasi dan media komunikasi

Saluran komunikasi adalah jalan yang dilalui pesan komunikator untuk sampai kepada komunikannya, yaitu tanpa media (nonmediated communication yang berlangsung face-to-face, tatap muka) atau dengan media. Media yang dimaksud disini adalah media komunikasi. Media komunikasi dilihat dari jumlah target komunikannya dapat dibedakan atas media massa dan media nonmedia massa.

e. Efek komunikasi

Efek komunikasi dapat diartikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam diri komunikan, yaitu :

a. Kognitif seseorang menjadi tahu tentang sesuatu

b. Afektif sikap seseorang terbentuk, misalnya setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu

c. Konatif tingkah laku, yang membuat seseorang bertindak melakukan sesuatu.

f. Umpan balik

Umpan balik dapat diartikan sebagai jawaban komunikan atas pesan komunikatoryang disampaikan kepadanya. Dalam komunikasi yang dinamis, komunikator dan komunikan


(45)

terus-42

menerus saling bertukar peran. Karenanya, umpan balik pada dasarnya pesan juga, yakni ketika komunikan berperan sebagai komunikator.

2.1.3. Fungsi Komunikasi

a. Fungsi Informasi (information function)

Komunikasi memungkinkan penyampaian informasi, petunjuk, dan pedoman yang disampaikan seseorang dalam suatu organisasi untuk menjalankan pekerjaannya.

b. Fungsi perintah dan intruksi (Comand and instructive function)

Fungsi ini merupakan fungsi komunikasi antara atasan dan bawahan

c. Fungsi pengaruh dan persuasi atau motivasi (influence and persuasion function)

Komunikasi dapat menumbuhkan motivasi karyawan dan dapat mempengaruhi perilaku karyawan.

d. Fungsi integrasi (Integrative function)

Komunikasi memungkinkan terciptanya kerjasama yang harmonis antara atasan-bawahan dan antara rekan kerja


(46)

43

e. Fungsi pengungkapan emosi (Emotional exspresion)

Komunikasi yang mengungkapkan perasaan seseorang, misalnya sedih, senang, riang, marah, dan lain sebaginya.

f. Fungsi Evaluative (Evaluation function)

Adalah komunikasi yang berfungsi untuk memberikan laporan, dari bawahan kepada atasan

2.1.4. Proses komunikasi

Sebuah komunikasi tidak terlepas dari sebuah proses. Oleh karena itu menurut Onong Uchjana, proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada oranglain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap yakni secara primer dan sekunder:

1. Proses komunikasi secara primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada oranglain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses


(47)

44

komunikasi adalah bahasa, ikal, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Pikiran dan atau perasaan seseorang baru akan diketahui oleh dan aka nada dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan dengan menggunkan media primer tersebut, yakni lambang-lambang.

Media primer atau lambang yang paling banyak dalam komunikasi adalah bahasa, jelas karena hanya bahasalah yang mampu atau menerjemahkan pikiran seseorang kepada orang lain.

2. Proses komunikasi secara sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada oranglain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi adalah surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi. Pentingnya peranana media yakni media sekunder dalam proses komunikasi, disebabkan oleh efisiennya dalam mencapai komunikan. (Effendy, 2003:11-17)


(48)

45

2.2. Tinjauan Tentang Public Relations

Public Relations (PR) pada hakekatnya adalah kegiatan komunikasi, kendati agak lain dengan kegiatan komunikasi lainnya, karena ciri hakiki dari PR adalah two way communications (komunikasi dua arah/timbal balik). (Rachmadi,1994 : 7)

Rachmadi menyebutkan PR adalah salah satu bidang ilmu komunikasi praktis, yaitu penerapan ilmu komunikasi pada suatu organisasi/perusahaan dalam melaksanakan fungsi manajemen.

Public Relations (PR) menurut Jefkins (2003) adalah suatu bentuk komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. PR menggunakan metode manajemen berdasarkan tujuan (management by objectives). Dalam mengejar suatu tujuan, semua hasil atau tingkat kemajuan yang telah dicapai harus bisa diukur secara jelas, mengingat PR merupakan kegiatan yang nyata. Kenyataan ini dengan jelas menyangkal anggapan keliru yang mengatakan bahwa PR merupakan kegiatan yang astrak. Sedangkan British Institite Public Relations mendefinisikan PR adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good-will) dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.

Pertemuan asosiasi-asosiasi PR seluruh dunia di Mexico City pada bulan agustus 1978, menghasilkan pernyataan mengenai PR sebagai berikut:


(49)

46

“Praktik PR adalah sebuah seni sekaligus ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan, memperkirakan setiap kemungkinan konsekuensinya, memberi masukan dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, serta menerapkan program-program tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan kepentingan khalayaknya. Definisi tersebut mencakup aspek-aspek PR dengan aspek-aspek ilmu sosial dari suatu organisasi, yakni tanggungjawab organisasi atas kepentingan publik atau kepentingan masyarakat luas. Setiap organisasi dinilai berdasarkan sepak terjangnya. Jelas bahwa PR berkaitan dengan niat baik (goodwill) dan nama baik atau reputasi (Jefkins, 2003).

Soemirat dan Ardianto (2004) mengklasifikasikan publik dalam PR menjadi beberapa kategori yaitu:

1. Publik internal dan publik eksternal: Internal publik yaitu publik yang berada di dalam organisasi/ perusahaan seperti supervisor, karyawan pelaksana, manajer, pemegang saham dan direksi perusahaan. Eksternal publik secara organik tidak berkaitan langsung dengan perusahaan seperti pers, pemerintah, pendidik/dosen, pelanggan, komunitas dan pemasok.

2. Publik primer, sekunder, dan marginal. Publik primer bisa sangat membantu atau merintangi upaya suatu perusahaan. Publik sekunder adalah publik yang kurang begitu penting dan publik marginal adalah publik yang tidak begitu penting. Contoh, anggota Federal Reserve Board of Governor (dewan gubernur cadangan federal) yang ikut


(50)

47

mengatur masalah perbankan, menjadi publik primer untuk sebuah bank yang menunggu rotasi secara teratur, di mana anggita legislatif dan masyarakat menjadi publik sekundernya.

3. Publik tradisional dan publik masa depan. Karyawan dan pelanggan adalah publik tradisional, mahasiswa/pelajar, peneliti, konsumen potensial, dosen, dan pejabat pemerintah (madya) adalah publik masa depan.

4. Proponent, opponent, dan uncommitted. Di antara publik terdapat kelompok yang menentang perusahaan (opponents), yang memihak (proponents) dan ada yang tidak peduli (uncommitted). Perusahaan perlu mengenal publik yang berbeda-beda ini agar dapat dengan jernih melihat permasalahan. (Seitel, 1994:13-14)

5. Silent majority dan vocal minority: Dilihat dari aktivitas publik dalam mengajukan complaint (keluhan) atau mendukung perusahaan, dapat dibedakan antara yang vokal (aktif) dan yang silent (pasif). Publik penulis di surat kabar umumnya adalah the vocal minority, yaitu aktif menyuarakan pendapatnya, namun jumlahnya tak banyak. Sedangkan mayoritas pembaca adalah pasif sehingga tidak kelihatan suara atau pendapatnya. (Kasali, 1994:11)

Greener (2002) mengemukakan bahwa PR tidak satu arah arus informasi, ia memiliki dua fungsi peran juga. Dapat, sebagai contoh, membantu membentuk organisasi anda dengan informasi manajemen yang diharapkan, pendapat-pendapat dan hal-hal yang berkaitan dengan


(51)

48

masyarakat ini, dan menerangkan serta memberi nasehat tentang suatu tindakan yang konsekuen. Dalam perannya ini, PR benar-benar merupakan fungsi manajemen, bertugas dengan tanggungjawab menjaga reputasi suatu organisasi ––membentuk, melindungi dan memperkenalkannya.

Berkaitan dengan fungsi manajemen, Hutapea (2000) menjelaskan bahwa PR adalah fungsi manajemen untuk membantu menegakkan dan memelihara aturan bersama dalam komunikasi, demi terciptanya saling pengertian dan kerjasama antara lembaga/ perusahaan dengan publiknya, membantu manajemen dan menanggapi pendapat publiknya, mengatur dan menekankan tanggungjawab manajemen dalam melayani kepentingan masyarakat, membantu manajemen dalam mengikuti, memonitor, bertindak sebagai suatu sistem tanda bahaya untuk membantu manajemen berjaga-jaga dalam menghadapi berbagai kemungkinan buruk, serta menggunakan penelitian dan teknik-teknik komunikasi yang efektif dan persuasif untuk mencapai semua itu.

Untuk implementasi PR secara konkrit di organisasi di masa mendatang, menurut Hubeis (2001) perlu diikuti dengan kegiatan seperti personal development, dan leadership building (konsep pengembangan diri, teknik presentasi yang menarik dan efektif, meningkatkan percaya diri, dan mentalitas sukses); pendirian maupun pemberdayaan pusat data dan informasi untuk mendukung pengembangan program unggulan, yang dimulai dari tahapan mengumpulkan, menyaring, mengolah dan menyebarluaskan informasi; temu aksi (demo, diskusi dan gelar produksi),


(52)

49

dalam rangka mengembangkan tingkat komunikasi yang sesuai (intraindividual, interpersonal, intraorganizational dan extraorganizational); pengenalan sikap mitra kerja (teliti, konservatif, berkepala dingin, sensitif, keras dan berpandangan sempit); dan permasalahan yang sedang berkembang di masyarakat, dengan memperhatikan jangkauan media massa yang semakin luas, semakin tinggi tingkat kesadaran pengguna akan haknya terhadap barang atau jasa yang ditawarkan, tingginya mobilitas masyarakat desa ke kota, perubahan iklim politik yang sulit diduga, semakin kritis LSM dalam menyampaikan keluhan konsumen dan adanya produsen pesaing.

Dalam lingkungan bisnis yang berubah, PR ditempatkan pada platform yang lebih tinggi. Kebutuhan perusahaan yang berkembang tidak hanya mengembangkan produk atau jasa, tetapi harus berbuat lebih yakni membina hubungan positif dan konsisten dengan pihak-pihak yang terlibat dengan organisasi. Oleh karena itu, agar berkembang dan berfungsi optimal. PR harus didukung oleh berbagai pihak (Octavia, 2003).

2.3. Tinjauan Tentang Daya Tarik

Menurut Onong Uchjana Effendi yang ditulis dalam kamus komunikasi dijelaskan, ”Daya tarik adalah kekuatan atau penampilan komunikator dalam memikat perhatian, sehingga seseorang mampu untuk mengungkapkan kembali pesan yang ia peroleh dari media komunikasi”. (Effendy, 1989: 18)


(53)

50

Sedangkan Menurut Drs. Moh. As’ad, S.U.,Psi. dalam bukunya “Psikologi Industri”, mengemukakan bahwa, ”Daya tarik adalah sikap yang membuat orang senang akan objek situasi atau ide – ide tertentu. Hal ini diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari objek yang disenanginya itu”. (As’ad, 1992: 89)

Dengan demikian program Pengenalan Kereta Api merupakan stimulus yang harus menampilkan daya tarik tertentu yaitu baik dari kekuatan, penampilan komunikator, pesan, maupun medianya sehingga dapat mempengaruhi citra PT. Kereta Api Persero dikalangan peserta kegiatan.

2.4. Tinjuan Tentang Citra

2.4.1. Definisi Tentang Citra

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian citra adalah: (1) kata benda: gambar, rupa, gambaran; (2) gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk; (3) kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi; (4) data atau informasi dari potret udara untuk bahan evaluasi.

Katz dalam Soemirat dan Ardianto (2004) mengatakan bahwa citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah


(54)

51

perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Setiap perusahaan mempunyai citra sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, bankir, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan gerakan pelanggan di sektor perdagangan yang mempunyai pandangan terhadap perusahaan.

2.4.2. Jenis-jenis Citra

Jefkins (2003) menyebutkan beberapa jenis citra (image). Berikut ini lima jenis citra yang dikemukakan, yakni:

a. Citra bayangan (mirror image). Citra ini melekat pada orang

dalam atau anggota-anggota organisasi––biasanya adalah pemimpinnya––mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya.

b. Citra yang berlaku (current image). Adalah suatu citra atau

pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi.

c. Citra yang diharapkan (wish image). Adalah suatu citra yang


(55)

52

d. Citra perusahaan (corporate image). Adalah citra dari suatu

organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya.

e. Citra majemuk (multiple image). Banyaknya jumlah pegawai

(individu), cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhannya.

2.4.3. Proses Pembentuk Citra

Soemirat dan Ardianto (2004) menjelaskan efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses pembentukan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan dan informasi-informasi yang diterima seseorang. Komunikasi tidak secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita tentang lingkungan. Public Relations digambarkan sebagai input-output, proses intern dalam model ini adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu.

Efektivitas PR di dalam pembentukan citra (nyata, cermin dan aneka ragam) organisasi, erat kaitannya dengan kemampuan (tingkat dasar dan lanjut) pemimpin dalam menyelesaikan tugas


(56)

53

organisasinya, baik secara individual maupun tim yang dipengaruhi oleh praktek berorganisasi (job design, reward system, komunikasi dan pengambilan keputusan) dan manajemen waktu/ perubahan dalam mengelola sumberdaya (materi, modal dan SDM) untuk mencapai tujuan yang efisien dan efektif, yaitu mencakup penyampaian perintah, informasi, berita dan laporan, serta menjalin hubungan dengan orang. Hal ini tentunya erat dengan penguasaan identitas diri yang mencakup aspek fisik, personil, kultur, hubungan organisasi dengan pihak pengguna, respons dan mentalitas pengguna (Hubeis, 2001).

Praktisi humas senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus menangani berbagai macam fakta yang sebenarnya, terlepas dari apakah fakta itu hitam, putih, atau abu-abu. Perkembangan komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi suatu organisasi untuk menutup-nutupi suatu fakta. Citra humas yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. Itu berarti citra tidak seharusnya “dipoles agar lebih indah dari warna aslinya”, karena hal itu justru dapat mengacaukannya (Anggoro, 2002).


(57)

BAB III

OBYEK PENELITIAN

3.1 Sejarah PT Kereta Api (Persero)

Kehadiran Kereta Api di Indonesia ditandai dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan KA di desa Kemijen Jum’at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J. Baron Sloet van den beele. Pembangunan diprakarsai oleh “Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij” (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa tanggung (26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Ruas jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.

Keberhasilan swasta, NV. NISM membangun jalan kereta api antara Kemijen – Tanggung, yang kemudian pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang – Surakarta (110 Km), akhirnya mendorong minat investor untuk membangun jalan kereta api di daerah lainnya. Tidak mengherankan, kalu pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 – 1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 Km, tahun 1870 menjadi 110 Km, tahun 1880 mencapai 405 Km, tahun 1890 menjadi 1.427 Km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 Km.


(58)

mencapai 6.811 km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang lebih 901 km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan kereta api di sana.

Jenis jalan rel kereta api di Indonesia dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang di bongkar semasa pendudukan Jepang (1942 – 1943) sepanjang 473 km, sedangkan jalan rel kereta api yang dibangun semasa pendudukan Jepang , adalah 83 km antara Bayah – Cikara dan 220 km antara Muaro – Pekanbaru. Ironnisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro – Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang mempekerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro – Pekanbaru.

Meskipun DKARI telah terbentuk, namun tidak semua perusahaan kereta api telah menyatu. Sedikitnya, ada 11 perusahaan kereta api swasta di Jawa dan 1 swasta (Deli Spoorweg Maatschapij) di Sumatera Utara yang masih terpisah dengan DKARI. Lima tahun kemudian, berdasarkan Pengumuman Menteri Perhubungan, Tenaga dan Pekerjaan Umum No.2 tanggal 6 Januari 1950, ditetapkan bahwa mulai 1 Januari 1950 DKARI dan


(59)

menjadi satu perusahaan kereta api bernama “Djawatan Kereta Api” (DKA). Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.57 Tahun 1990, pada tanggal 2 Januari 1991, PJKA mengalami perubahan menjadi Perusahaan Umum Kereta Api disingkat Perumka. Sejalan dengan perubahan status ini, kinerja perkeretaapian di indonesia kian membaik. Kalau pada tahun 1990 PJKA rugi Rp 32,716 Milyar, pada tahun pertama Perumka kerugian dapat ditahan menjadi Rp 13,09 Milyar. Tahun kedua turun lagi menjadi Rp 2,536 Milyar, tahun ketiga Rp 1,098 Milyar dan untuk pertama kalinya dalam sejarah perkeretaapian Indonesia meraih laba sebesar Rp 13 Juta pada tahun 1993.

Berikutnya, dalam rangka “Loan Agreement” No. 4106-IND tanggal 15 Januari 1997 berupa bantuan proyek dari Bank Dunia, yang kemudian lebih dikenal dengan proyek efisiensi Perkeretaapian atau “Railway Efficiency Project” (REP), dirumuskan langkah-langkah pengembangan diarahkan pada peningkatan efisisiensi dan kualitas pelayanan, yang ditempuh melalui 8 kebijakan yaitu :

1. memperjelas peranan antara pemilik (owner), pengatur (regulator) dan pengelola (operator);

2. melakukan restrukturisasi Perumka, termasuk merubah status Perusahaan Umum menjadi Perseroan Terbatas;


(60)

kepada Perumka atas penyediaan KA non komersial, yang tarifnya ditetapkan oleh pemerintah;

4. Rencana jangka panjang dituangkan dalam Perencanaan Perusahaan (Corpoorate Planning), yang dijabarkan ke dalam rencana kerja anggaran perusahaan secara tahunan;

5. Penggunaan peraturan dan prosedur dalam setiap kegiatan; 6. Peningkatan peran serta sektor swasta;

7. Peningkatan sumber daya manusia;

8. Pembangunan yang berwawasan lingkungan dan keselamatan masyarakat.

Sejalan dengan maksud REP tersebut, dengan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1998, pemerintah menetapkan pengalihan bentuk Perusahaan Umum (PERUM) Kereta Api menjadi Perseroan (Persero). Prosesi perubahan status perusahaan dari perum menjadi persero secara “de-facto” dilakukan tanggal 1 Juni 1999, saat Menhub Giri S Hadiharjono mengukuhkan susunan direksi PT Kereta Api (Persero) di Bandung.


(61)

Kronologis Bentuk Perusahaan

PERIODE STATUS DASAR HUKUM

1864

Pembangunan jalan KA sepanjang 26 km antara Kemijen-Tanggung oleh Hindia Belanda.

1864-1945

Staat Spoorweggen (SS) Verenigde

Spoorwegenbedrifj (VS) Deli Spoorweg Mastchapij (DSM)

IBW

1945-1950

Djawatan Kereta Api (DKA)

IBW

1950-1963

Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI)

IBW

1963-1971

Perusahaan Negara Kereta (PNKA)


(62)

PERIODE STATUS DASAR HUKUM

1971-1991

Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA)

PP. No. 61 Th. 1971

1991-1998

Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka)

PP. No. 57 Th. 1990

1998-Sekarang

PT Kereta Api (Persero) • PP 19 tahun 1998

• Kepres No. 39 Th. 1999

Akte Notaris Imas Fatimah.

Sumber : Company Profile PT Kereta Api (Persero) daop 2 Bandung, 2009

3.1.1 Sejarah PT. Kereta Api (Persero) DAOP 2 Bandung

Bagian atau divisi humas PT Kereta Api (Persero) Daop 2 Bandung berdiri pada tanggal 1 April 1997. Bagian Hubungan Masyarakat Daerah/Humasda dipimpin oleh seorang Kepala Humas (Kahumasda) yang dalam pelaksanaannya bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala Daerah Operasi (Kadaop) sebagai pimpinan tertinggi Daop 2. Pengertian


(63)

berada di bawah daerah operasi 2 Bandung dan mempunyai tugas pokok yakni melaksanakan hubungan masyarakat, penyuluhan di lingkungan perusahaan (internal) dan dengan media massa di luar perusahaan (eksternal).

Jumlah pegawai yang terdapat di Humasda PT Kereta Api (Persero) Daop 2 Bandung terdiri dari 4 orang, satu orang sebagai kepala Humasda (Kahumasda), satu orang sebagai Sekretaris Humasda dan dua orang sebagai staf yang membantu Kahumasda.

3.1.2 Visi, Misi dan Tujuan (PT Kereta Api Persero) a. Visi

Terwujudnya Kereta Api Sebagai Pilihan Utama Jasa Transportasi yang mengutamakan Keselamatan, dan Pelayanan.

b. Misi

Mewijudkan jasa pelayanan transportasi missal dengan menghasilkan jasa sesuai kebutuhan pelanggan dan stakeholders, meningkatkan keselamatan dan pelayanan serta penyelenggaraan yang semakin efisien. c. Tujuan

Tujuan perusahaan adalah untuk turut serta melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan Program Pemerintahan di bidang ekonomidan pembangunan nasional khususnya di bidang transportasi, dengan menyediakan barang dan jasa bermutu tinggi dan berdaya saing kuat di pasar dalam negeri ataupun internasional di bidang perkeretaapian yang


(64)

kegiatan perawatan prasarana perkeretaapian, pengusahaan prasarana perkeretaapian, pengusahaan usaha penunjang prasarana dan sarana Kereta Api dan kemanfaatan umum dengan menetapkan prinsip-prinsip perseroan terbatas.

3.1.3 Budaya PT Kereta Api (Persero)

Budaya perusahaan merupakan pola sikap, keyakinan, asumsi dan harapan yang dimiliki bersama dan dipegang secara mendalam untuk membentuk cara bagaimana karyawan/karyawati bertindak dan berinteraksi agar sasaran perusahaan tercapai, budaya perusahaan yaitu RELA.

RELA berarti ikhlas bekerja, ikhlas berjuang, ikhlas berkorban dan ikhlas belajar untuk kemajuan perusahaan.

RELA juga merupakan penjabaran dari :

• R = Ramah;

Senantiasa memelihara suasana/menunjukkan sikap ramah tamah dalam melayani semua pelanggan dan dalam bekerja sama dengan mitra-kerja ekstern maupun intern.

• E = Efisien & Efektif;

Senantiasa mengupayakan dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja/usaha serta kemampuan mendayagunakan biaya, waktu dan


(65)

menjamin mutu hasil kerja yang lebih baik.

• L = Lancar;

Senantiasa berupaya memelihara/menjamin kelancaran pelayanan bagi semua pelanggan, ekstern maupun intern, berikut pelaksanaan pekerjaan pendukungnya, untuk dapat memberikan pelayanan yang tepat waktu.

• A = Aman;

Senantiasa memelihara dan berupaya meningkatkan jaminan keamanan/keselamatan pengguna jasa dan barang bawaan ataupun kirimannya serta awak/pekerja berikut asset yang di operasikan dan juga lingkungan sekitarnya.

Budaya perusahaan juga dipandang sebagai komponen kunci keberhasilan dari pencapaian misi, arah usaha, strategi, serta efektivitas perusahaan.

3.1.4 Moto PT Kereta Api (Persero)

PT Kereta Api (Persero) mempunyai moto, “Untuk Keselamatan dan Pelayanan”. Selain itu, perusahaan juga mempunyai semboyan menjadi PT Kereta Api (Persero) mempunyai pedoman untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat, yaitu TOP 21.


(66)

sedangkan 21 mengandung arti abad ke-21. TOP 21 dijabarkan sebagai berikut

• Teknologi

Kemajuan teknologi di manfaatkan untuk peningkatan pelayanan, kapasitas angkut, keandalan operasi dan nilai lebih bagi pegawai.

• Operasi

Keselamatan, ketepatan dan kenyamanan yang tinggi dari operasi kereta api menjadikan kereta api terpercaya sebagai sarana transportasi masyarakat.

• Pelayanan

Perbaikan terus-menerus atas pelayanan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan pada setiap lini produksi yang menjangkau setiap lapisan masyarakat.

21 (Dua Satu)selain mengandung arti abad ke-21 juga berarti : 2 (Dua) :

• Kereta Api merupakan alat utama dalam Sistranas untuk mendukung pembangunan nasional.

• Keunggulan yang sehat menjamin pertumbuhan yang tinggi dan meningkatkan kemampuan seluruh sumber daya perusahaan.


(67)

Penyediaan jasa Kereta Api yang andal merupakan bukti nyata kemampuan perusahaan.

Selain gagasan TOP 21, untuk mengkondisikan pelayanan yang memenuhi kebutuhan masyarakat, juga dicanangkan RAPI, singkatan dari Ramah, Asri, Peduli dan Informatif.

3.1.5 Logo dan Arti Lambang PT Kereta Api (Persero)

Gambar 3.1 Logo Perusahaan

Sumber : Intranet PT Kereta Api (Persero)

1. Makna Karakter Logo/Lambang PT Kereta Api (Persero)

Gambar logo menyiratkan sifat : tegas, pasti, tajam, gerak horizontal, juga bolak-balik. Dua garis lurus dengan ujung lengkung meruncing, dengan


(68)

Kereta Api, juga melambangkan interaksi pelayanan (member dan menerima).

2. Gaya Gambar

Lugas, langsung, tajam, teknis, selaras dengan staff teknis Kereta Api. Ujung garis tajam tapi melengkung untuk menyiratkan arah/kecepatan (aerodinamis), tetapi cenderung tumpul, agak melengkung, tidak terlalu tajam, agar member kesan aman (sesuatu bentuk yang terlalu runcing lebih member i kesanancaman, rasa sakit dan agresivitas, asosiasif kepada senjata tajam, duru dan semacamnya).

3. Sifat Gambar

Sifat gambar lebih lugas, obyektif, rasional, karena bentuk geometrisnya yang dominan yang lebih bersifat maskulin kesan sangat modern, teknis, jelas terlihat.

3.2 Struktur Organisasi PT Kereta Api (Persero)

PT. Kereta Api (Persero) mempunyai struktur perusahaan yang terdiri dari beberapa divisi yang secara khusus tersusun dari berbagi bagian dan daerah pengoperasiannya. Perusahaan sehari-hari dipegang oleh suatu mamajemen organisasi pemberi wewenang dan bertanggung jawab bergerak


(69)

utam langsung berada dibawahseorang pemimpin melalui jenjang hirarki yang ada.

Struktur oraganisasi perusahaan memiliki peran yang penting untuk menjelaskan fungsi, tugas, tanggungjawab, dan wewenang perusahaan untuk mencapai mekanisme yang efektif dan efisien. Adapun struktur dari PT. Kereta Api (Persero) dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut ini :


(70)

STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN PT KERETA API (PERSERO)

ANAK PERUSAHAAN

PT. RESKA

DIVISI REGIONAL SUMATERA UTARA I BARAT II SELATAN III

BALAI YASA GUDANG PERSEDIAAN

DEWAN KOMISARIS

DIREKTUR UTAMA SEKRETARIS PERUSAHAAN PUSRENBANG SATUAN PENGAWAS INTERN DIVISI SARANA DIVISI PELATIHAN DIVISI PROPERTI DIREKTORAT KEUANGAN DIREKTORAT TEKNIK DIREKTORAT OPERASI DIREKTORAT SUMBER DAYA MANUSIA DIREKTORAT PENGEMBANGAN USAHA

DAERAH OPERASI JAWA

1 J A K 2 B D G 3 C N 4 S M 5 P W T 6 Y K 7 M N 8 S B 9 J R ANAK PERUSAHAAN PUSAKA ANAK PERUSAHAAN PT. RAILINK ANAK PERUSAHAAN PT. KA JABODETABEK


(71)

1. JAK : JAKARTA 6. YK : YOGYAKARTA

2. BDG : BANDUNG 7. MN : MADIUN

3. CN : CIREBON 8. SB : SURABAYA

4. SM : SEMARANG 9. JR : JEMBER

5. PWT : PURWOKERTO

Sumber : Company Profile PT. Kereta Api (Persero) Daop 2 Bandung

Berdasarkan gambar 1.3 di atas, dapat diketahui bahwa struktur organasasi PT. Kereta Api (Persero) dibagi menjadi tiga bagian, yakni :

a. Tingkat Pusat

1. PT. Kereta Api (Persero) dipimpin oleh seorang Direktur Utama (Dirut) yang dibawahi langsung oleh Dewan Komisaris. Dalam melaksanakan tugasnya, Dirut bantu oleh lima anggota direksi, yaitu Direktur Keuangan, Direktur Teknik, Direktur Operasi, Direktur Sumber Daya Manusia, dan Direktur Pengembangan Usaha.

2. Sekertaris Perusahaan.

3. Pusat Perencanaan dan Pengembangan (Pusrenbang). 4. Satuan Pengawasan Intern (SPI)


(72)

c. Divisi Pelatihan

b. Tingkat Daerah Operasi

Tingkat operasi di Jawa ini dipimpin oleh Kepala Daerah Operasi (Kadaop) yang terdiri dari :

1. Daop (Regional Office) 1 Jakarta 2. Daop (Regional Office) 2 Bandung 3. Daop (Regional Office)3 Cirebon 4. Daop (Regional Office) 4 Semarang 5. Daop (Regional Office) 5 Purwokerto 6. Daop (Regional Office) 6 Yogyakarta 7. Daop (Regional Office) 7 Madiun 8. Daop (Regional Office) 8 Surabaya 9. Daop (Regional Office) 9 Jember 10. Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek c. Tingkat Divisi Regional di Sumatera

1. Divisi Regional I Sumatera Utara 2. Divisi Regional II Sumatera Barat 3. Divisi Regional III Sumatera Selatan


(73)

1. Balai Yasa Sarana/Lok Yogyakarta 2. Balai Yasa Sarana Manggarai

3. Balai Yasa Sarana Surabaya – Gubeng 4. Balai Yasa Sarana Tegal

5. Balai Yasa Sarana Divre III Sumatera Selatan 6. Balai Yasa Sarana Jembatan Kiaracondong


(74)

STRUKTUR ORGANISASI PT KERETA API (PERSERO) DAERAH OPERASI 2 BANDUNG

Sumber : Job descriptions PT Kereta Api (Persero) Daop 2 Bandung.

Junior Manager HUMASDA DEPUTYVP Junior Manager HUKUM Manager SDM dan UMUM Ass. Manager SDM Junior Manager Penagihan Ass. Manager Keuangan Ass. Manager akuntans Manager Keuangan Ass. Manager Anggara Ass. Manager Perawatan bangunan Dinas Ass. Manager Dokumen & Kerumahtangga Ass. Manager AHiperkes & Lingkungan

VP DAOP 2 BD

Manager Pelanggan Sekretari Manager Sarana Ass. Manager Program anggaran Perawatan Sarana Ass. Manager Perawatan Lokomotif & KRD Ass. Manager Perawatan Kereta & gerbong Manager Jalan & Jembatan Anggota Junior Mgr Inspector UPT Ass. Manager Perawatan Telekomunikasi & Listrik Ass. Manager Fasilitas Sarana Pemeliharaan Jl & Evaluasi Ass. Manager Konstruksi Jalan rel & Jembatan Ass. Manager

Program anggaran Perawatan Jalan Rel & Jembatan

Junior Mgr Inspector UPT Manager Sintelis Ass. Manager Perawatan Sinyal Ass. Manager Program Anggaran Perawatan Sintelis Junior Mgr Inspector UPT Manager Sintelis Junior Manager Pusdalopka Senior Supervisor Renc. Eva. &

TU Ass. Manager Operasi Sarana Ass. Manager Kamtib Ass. Manager Pelayanan Ass. Manager Perka Senior Supervisor Dal. Opka Senior Supervisor Dal. Sarana Senior Supervisor Operator Radio Ass. Manager Customer Care Ass. Manager Pengusahaan Aset Ass. Manager Pemasaran Angkutan Barang Ass. Manager Pemasaran Angkutan Penumpang Manager Komersial Ass. Manager system Junior Mgr Inspector UPT CTC UPT


(75)

Kereta Api (Persero) dibagi menjadi beberapa bagian, yakni : a. VP Daop 2 Bandung &Deputy VP

b. Junior Manager Humasda c. Junior Manager Hukum d. Manager SDM & Umum

1. Ass. Manager SDM

2. Ass. Manager Hiperkes & Lingkungan 3. Ass. Manager Perawatan Bangunan Dinas e. Manager Keuangan

1. Ass. Manager Anggaran 2. Ass. Manager Akuntansi 3. Ass. Manager Keuangan 4. Junior Manager Penagihan f. Manager Pelelangan

1. Sekretaris 2. Anggota g. Manager Sarana

1. Ass. Manager Program Anggaran Perawatan Sarana 2. Ass. Manager Perawatan Lokomotif & KRD

3. Ass. Manager Perawatan Kereta & Gerbong 4. Junior Manager Inspector


(76)

h. Manager Jalan & Jembatan

1. Ass. Manager Program Anggaran Perawatan Jalan Rel & Jembatan

2. Ass. Manager Konstruksi Jalan Rel & Jembatan

3. Ass. Manager Fasilitas Sarana Pemaliharaan Jalan & Evaluasi

4. Junior Manager Inspector 5. UPT

i. Manager Sintelis

1. Ass. Manager Program Anggaran Perawatan Sintelis 2. Ass. Manager Perawatan Sinyal

3. Ass Manager Perawatan Telekomunikasi & Listrik 4. Jinior Manager Inspector

5. UPT j. Manager Operasi

1. Ass. Manager Perka 2. Ass. Manager Pelayanan 3. Ass. Manager kantmib 4. Ass. Manager Operasi Sarana 5. Junior Manager Pusdalopka


(1)

xxi

Tabel 4.38 Setelah mengikuti kegiatan pengenalan kereta api responden berpikir untuk menggunakan kereta api sebagai kendaraan

favorit... 149

Tabel 4.39 Korelasi anatar daya tarik dengan sikap ... 150

Tabel 4.40 tingkat hubungan ... 150

Tabel 4.41 Korelasi antara Daya Tarik dengan Citra Perusahaan ... 153

Tabel 4.42 Tingkat Hubungan ... 153

Tabel L.1 reliability variable x ... 204

Tabel L.2 Validitas variabel x ... 204

Tabel L.3 reliability variable y ... 205

Tabel L.4 reliability variable y ... 205

Tabel L.6 codingsheet ... 207

Tabel L.9 non parametric correlations ... 210


(2)

xxii

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.1 Proses Pembentukan Citra ... 14

Gambar 1.2 Aplikasi Proses Pembentukan Citra ... 17

Gambar 1.3 Model Penelitian ... 33

Gambar 3.1 Logo Perusahaan ... 64

Gambar 4.1 kurva Uji t Daya Tarik Rasional terhadap Citra Perusahaan ... 115

Gambar 4.2 kurva Uji t Daya Tarik Emosional terhadap Citra Perusahaan ... 121

Gambar 4.2 kurva Uji t Daya Tarik Moral terhadap Citra Perusahaan ... 126

Gambar 4.2 kurva Uji t Daya Tarik terhadap Kognisi ... 132

Gambar 4.2 kurva Uji t Daya Tarik terhadap Persepsi ... 139

Gambar 4.2 kurva Uji t Daya Tarik terhadap Motivasi ... 146

Gambar 4.2 kurva Uji t Daya Tarik terhadap Sikap ... 150

Gambar 4.2 kurva Uji t Daya Tarik terhadap Citra Perusahaan ... 153

Gambar L.1 Pengarahan yang dilakukan oleh Humas PT. Kereta Api Kepada Peserta Kegiatan ... 218

Gambar L.2 Suasana Kegiatan Pengenalan Kereta Api ... 218

Gambar L.3 Anak-Anak TK Bina Esa ... 219

Gambar L.4 Anak-Anak TK Bina Esa ... 219

Gambar L.5 TK. L.C.C... 220


(3)

xxiii

Gambar L.7 TK. Happy Holy Kids ... 221

Gambar L.8 TK Hapy Holy Kids ... 221

Gambar L.9 RA Pusdai ... 222


(4)

xxiv

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Surat permohonan research ... 176

Lampiran 2. Surat persetujuan pembimbing ... 177

Lampiran 3. Surat Balasan dan Pernyataan dari Instansi ... 178

Lampiran 4 Lembar revisi seminar usulan penelitian ... 180

Lampiran 5. Berita Acara Bimbingan ... 181

Lampiran 6. Surat Keterangan Penyebaran Angket Dari Perusahaan ... 182

Lampiran 7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penyebaran Angket Dari TK PLUS BINA ESA ... 183

Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Melakukan Penyebaran Angket Dari TK HAPPY HOLY KIDS ... 184

Lampiran 9. Surat Keterangan Telah Melakukan Penyebaran Angket Dari TK AL ISTIQOMAH 1... 185

Lampiran 10. Surat Keterangan Telah Melakukan Penyebaran Angket Dari TK CBE HOSANA ... 186

Lampiran 11. Surat Keterangan Telah Melakukan Penyebaran Angket Dari BINEKAS PLAY SCHOOL ... 187

Lampiran 12. Surat Keterangan Telah Melakukan Penyebaran Angket Dari TK SHANDY PUTRA... 188


(5)

xxv

Lampiran 13. Surat Keterangan Telah Melakukan Penyebaran Angket

Dari PAUD AL MASUDIYAH ... 189

Lampiran 14. Surat Keterangan Telah Melakukan Penyebaran Angket Dari L.C.C ... 190

Lampiran 15. Surat Keterangan Telah Melakukan Penyebaran Angket Dari RA PUSDAI ... 191

Lampiran 16. Surat Keterangan Telah Melakukan Penyebaran Angket Dari RA AN-NISA ... 192

Lampiran 17. Pedoman Wawancara ... 193

Lampiran 18. Surat Pengantar Angket ... 194

Lampiran 19. Angket Penelitian ... 195

Lampiran 20. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 202

Lampiran 21. Output Validitas dan Reliabilitas ... 203

Lampiran 23. Coding Sheet ... 207

Lampiran 24. Output SPSS : Rank Spearman ... 210

Lampiran 25. Tabel Frekuensi Jawaban Responden ... 213


(6)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Ahli Madya, Sarjana, Master dan Doktor) baik di Universitas Komputer Indonesia maupun Perguruan Tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah dan dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dan jelas ditentukan sebagai acuan dalam naskah yang telah disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini serta lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Perguruan Tinggi ini.

Bandung, Juli 2010

Rahmat Gojali

NIM. 41806078