DSDV Destination Sequenced Distance Vector

pesan RERR kepada node S agar digantikan jalur baru melalui node lain, maka node source akan mengupdate route terbaru dan meremove cache pada jalur S-B-F-D.

2.4 DSDV Destination Sequenced Distance Vector

DSDV merupakan salah satu protokol routing proaktif, yang membutuhkan tiap node untuk mengirimkan paket routing update secara periodik ke node tetangganya. Setiap node menyimpan tabel routing yang mengandung informasi yang dibutuhkan untuk sampai ke node destination. Setiap informasi di tabel routing akan diberi sequence number untuk menghindari terjadinya looping. Data informasi pada tabel routing yang dimiliki setiap node mengandung alamat node tujuan, jumlah hop yang dibutuhkan untuk sampai ke node tujuan, dan berisi sequence number. Tabel – tabel ini di-update secara berkala untuk menjaga kekonsistenan dan ketepatan informasi keadaan jaringan. DSDV menggunakan algoritma Bellman-Ford, dimana setiap node mencari jalur terpendek dan menghindari looping. Langkah-langkah algoritma Bellman-Ford yang digunakan dalam sebuah routing jaringan seperti dibawah ini: 1. Setiap node menghitung jarak antara dirinya dan semua node lain dalam jaringan dan menyimpan informasi ini sebagai sebuah tabel 2. Setiap node mengirimkan tabel routingnya ke semua node tetangga. 3. Ketika sebuah node menerima jarak dari tetangganya, ia menghitung rute terpendek ke semua node lainnya dan mengupdate tabel sendiri untuk menggambarkan perubahan yang terjadi. Keuntungan routing protokol DSDV  Merupakan protokol yan efisien untuk pencarian rute karena ketika rute ke sebuah tujuan diperlukan, rute tersebut sudah ada pada node source.  Menjamin jalur bebas loop Kerugian routing protokol DSDV  DSDV perlu mengirimkan banyak control message karena setiap node selalu membroadcast pesan untuk saling bertukar tabel routing ke node tetangganya.  Jaringan yang padat karena memiliki control message yang tinggi. Gambar 2.4.1 Gambar tabel routing setiap node Gambar diatas merupakan gambar dari setiap tabel routing yang dimiliki masing-masing node sebelum melakukan upate tabel routing. A B=1 C=X D=X E=1 F=X G=X H=X B A=1 C=X D=X E=X F=1 G=1 H=X F A=X B=1 C=X D=X E=X G=1 H=X A B F C G E H D C A=X B=X D=X E=1 F=X G=1 H=X E A=1 B=X C=1 D=X F=X G=X H=1 H A=X B=X C=X D=X E=1 F=X G=X G A=X B=1 C=1 D=1 E=X F=1 H=X D A=X B=X C=X E=X F=X G=1 H=X Gambar 2.4.2 Gambar pertukaran tabel routing di node A dengan node tetangganya Gambar diatas terjadi pertukaran tabel routing dengan node tetangga dimisalkan menggunakan node A, tetangga dari node A adalah node B, C, dan E, maka node A akan memiliki tabel routing dari node B,C, dan E. A B=1 C=X D=X E=1 F=X G=X H=X B A=1 C=X D=X E=X F=1 G=1 H=X C A=X B=X D=X E=1 F=X G=1 H=X E A=1 B=X C=1 D=X F=X G=X H=1 G A=X B=1 C=1 D=1 E=X F=1 H=X A B F C G E H D Begitu juga dengan node lainnya akan bertukar tabel routing dengan tetangganya. Dimisalkan node A ingin mengirim paket ke node D, maka harus melewati B-G-D. Dapat kita lihat pada gambar diatas node A juga memiliki tabel routing dari G, hal ini disebabkan karena sebelumnya juga telah terjadi pertukaran tabel routing antara G dan B sehingga A juga memiliki tabel routing G. A Dest NextHop Metric Sequence Number Instal Time A A S052_A T001_A B B 1 S154_B T001_B C E 2 S224_C T002_C D B 3 S452_D T002_D E E 1 S320_E T001_E F B 2 S256_F T001_F G B 2 S278_G T002_E H E 2 S224_H T002_H Gambar 2.4.3 Isi Tabel routing A Dimisalkan A ingin mengirim paket ke node D, maka node A akan memeriksa isi table routingnya ke destination D. Setelah mengetahui ada tujuan ke node D, maka node A akan mengecek next hop agar paket sampai ke node D. Akhirnya diketahui agar paket bisa sampai ke node D maka harus melewati node B. B Dest NextHop Metric Sequence Number Instal Time A A 1 S0540_A T001_A B B S162_B T001_B C G 2 S256_C T002_C D G 2 S478_D T002_D E A 1 S366_E T001_E F F 1 S288_F T001_F G G 1 S328_G T002_E H A 3 S444_H T002_H Gambar 2.4.4 Isi Tabel routing B Setelah node A mengecek table routingnya, maka nexthop dari node A yaitu node B, maka node B juga mengecek table routing agar paket bisa sampai ke node D. Setelah dicek, maka diketahui untuk menuju node D harus melewati node G terlebih dahulu, maka node G akan mencek table routingnya lagi agar paket sampai ke node D. Skema ini akan terjadi terus sampai paket berhasil terkirim ke node tujuan. Gambar 2.4.5 Terjadi pergerakan node D dan perubahan table routing G G Dest NextHop Metric Sequence Number Instal Time A A S054_A T001_A B B 1 S156_B T001_B C E 2 S226_C T002_C D F 2 S468_D T708_D E E 1 S324_E T001_E F B 2 S270_F T001_F G B 2 S290_G T002_E H E 2 S210_H T002_H A B F C G E H D D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Dalam proses informasi update tabel routing tabel atau sequence number digunakan untuk membedakan antara update informasi yang lama atau yang baru. Sequence number yang lebih besar menunjukan informasi yang lebih baru, dimana setiap sequence number ini angkanya unik[6]. Selain itu apabila ada pergerakan node, maka sequence number pun akan di update dan besar dari sequence number akan lebih besar dari sequence number sebelumnya sebelum node bergerak. Hal ini bermaksud agar menghindari looping dan agar node bisa mengetahui informasi terbaru yang berasal dari update sequence number. Install time bisa diartikan sebagai lama waktu agar paket bisa diterima penuh oleh node, maka semakin besar waktu install time maka semakin besar juga peluang node itu akan terputus. Gambar 2.4.6 Pengiriman paket dari node A ke node D A B F C G E H D D PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Maka untuk kasus pengiriman paket dari node A ke node D melewati node B-F. Hal ini dikarenakan terjadi pergerakan node yang secara otomatis akan merubah table routing.

2.5 Delay