menyokong dari seseorang yang berhubungan dengan pekerjaannya dan dengan kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan
melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang diterima, kesempatan mengembangkan karier, hubungan dengan pegawai lainnya, penempatan
kerja jenis pekerjaan, struktur organisasi perusahaan, dan mutu pengawasan. Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan pekerja itu
sendiri antara lain umur, kondisi kesehatan, kemampuan, dan pendidikan. Seseorang akan merasa puas dengan pekerjaannya apabila aspek-aspek
tersebut menyokong, dan sebaliknya apabila aspek-aspek tersebut tidak menyokong maka dia tidak akan merasa puas.
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu perasaan seseorang baik positif maupun
negatif yang berhubungan dengan pekerjaannya. Kepuasan kerja setiap individu berbeda-beda sesuai dengan persepsi individu tersebut terhadap
pekerjaannya. Persepsi individu terhadap pekerjaan dan hasilnya maupun faktor-faktor yang terkait dengan pekerjaannya mempengaruhi perasaan
atau sikap individu tersebut terhadap pekerjaannya.
2. Teori Kepuasan Kerja
Menurut Wexley dan Yukl 1988: 130-138, terdapat tiga teori kepuasan kerja, yaitu:
a. Teori Ketidaksesuaian discrepancy theory
Menurut Locke, kepuasan atau ketidakpuasan terhadap sejumlah aspek pekerjaan tergantung pada selisih antara apa yang telah
didapatkan dengan apa yang diinginkan. Seseorang akan terpuaskan apabila tidak ada selisih antara kondisi-kondisi yang diinginkan
dengan kondisi-kondisi aktual. Semakin besar kekurangan dan semakin banyak hal-hal penting yang diinginkan, maka semakin besar
ketidakpuasan seseorang dalam bekerja. Variasi model lain juga dikemukakan oleh Porter, yang menyatakan bahwa kepuasan sebagai
selisih dari banyaknya sesuatu yang seharusnya ada dengan banyaknya apa yang ada.
Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa teori ketidaksesuaian menekankan pada selisih antara kondisi yang
diinginkan dengan kondisi aktual kenyataan. Apabila terdapat selisih jauh antara keinginan dengan kenyataan maka seseorang menjadi tidak
puas, dan sebaliknya apabila kondisi yang diinginkan sesuai dengan kenyataan yang didapat maka seseorang akan merasa puas.
b. Teori Keadilan equity theory
Teori keadilan dikembangkan oleh Adam. Komponen utama dari teori ini adalah input, hasil, orang bandingan, serta keadilan dan
ketidakadilan. Input adalah sesuatu yang bernilai bagi seseorang yang dianggap mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan, pengalaman,
kecakapan, banyaknya usaha yang dicurahkan, jumlah jam kerja, dan
peralatan atau perlengkapan pribadi yang digunakan untuk bekerja. Hasil adalah sesuatu yang dianggap bernilai yang diperoleh seseorang
dalam bekerja, seperti upah atau gaji, keuntungan sampingan, simbol status, penghargaan, serta kesempatan untuk berhasil atau ekspresi diri.
Menurut teori ini, seseorang menilai keadilan dengan membandingkan antara hasil dan input dirinya sendiri dengan hasil dan
input dari seseorang atau sejumlah orang bandingan. Orang bandingan dapat berasal dari orang-orang dalam organisasi ataupun dari
organisasi lain. Apabila hasil dan input seorang pekerja adalah sama atau sebanding dengan orang bandingannya maka suatu keadaan adil
dianggap ada oleh pekerja tersebut, dan apabila seorang pekerja menganggap perbandingan tersebut tidak adil maka keadaan
ketidakadilan dianggap ada. c.
Teori Dua Faktor two factor theory Teori dua faktor adalah teori yang dikemukakan oleh Herzberg.
Menurut teori ini, karakteristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu dissatisfiers atau hygiene factors dan
satisfiers atau motivators. Hygiene factors meliputi gaji atau upah, pengawasan, hubungan
antar pribadi, kondisi kerja, dan status. Jumlah tertentu dari hygiene factors diperlukan untuk memenuhi dorongan biologis serta kebutuhan
dasar seseorang seperti kebutuhan keamanan dan berkelompok. Apabila kebutuhan-kebutuhan ini tidak terpenuhi maka seseorang akan
merasa tidak puas, namun apabila besarnya hygiene factors memadai untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka seseorang tidak merasa
kecewa lagi tetapi belum terpuaskan. Seseorang akan terpuaskan apabila terdapat jumlah yang
memadai untuk faktor-faktor pekerjaan yang dinamakan satisfiers. Satisfiers mencakup pekerjaan yang menarik, penuh tantangan,
kesempatan untuk berprestasi, penghargaan, dan promosi. Jumlah satisfiers yang tidak mencukupi akan merintangi para pekerja dalam
mendapatkan kepuasan positif
yang menyertai pertumbuhan
psikologisnya.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja