Kajian Teori FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI BERBASIS TEKNOLOGI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi kasus di Koperasi Pegawai “Swadharma” Surabaya).

19 Lanjutan Tabel 2.1 : No Nama Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian 9. Abdullah Arsyad Z, 2011 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi Akuntansi Berbasis Teknologi pada UKM Tingkat pendidikan pemilik, Tingkat pelatihan karyawan secara simultan, Tingkat pemahaman di bidang teknologi informasi, Ttingkat investasi

2.2. Kajian Teori

2.2.1. Sistem Informasi Akuntansi

Informasi akuntansi merupakan bagian yang terpenting dari seluruh informasi yang diperlukan oleh manajemen, informasi akuntansi terutama berhubungan dengan data keuangan dari suatu perusahaan. Sistem informasi tidak hanya sebagai pengumpul data, pengolahnya menjadi informasi berupa laporan keuangan saja, tetapi mempunyai peranan yang lebih penting di dalam menyediakan informasi bagi manajemen untuk fungsi-fungsi perencanaan, alokasi-alokasi sumber daya dan pengukuran atau pengendalian. Pihak luar perusahaan juga memerlukan informasi seperti pembeli, investor, kreditor, pemasok dan pesaing. Sistem informasi akuntansi merupakan sumber utama tetapi bukan satu-satunya sumber informasi bagi manajemen. Sebagai fungsi-fungsi bisnis lainnya, akuntansi membutuhkan disiplin ataupun kontrol dan memanfaatkannya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Laporan-laporan dari sistem informasi-informasi akan memberikan kepada manajemen mengenai permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam organisasi untuk menjadi suatu bukti yang berguna di dalam menentukan tindakan 20 yang diambil. Informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi akan digunakan dalam semua tingkatan manajemen, mulai dari pimpinan untuk pengambilan keputusan sampai pada manajer perusahaan yang menggunakan informasi untuk menyusun perencanaan, mengawasi jalannya perusahaan dan mengevaluasi prestasi para karyawannya. Menurut Tata Sutabri, 2004:1-2 agar data keuangan yang ada dapat dimanfaatkan oleh pihak manajemen maupun pihak luar perusahaan, maka data tersebut perlu disusun dalam bentuk-bentuk yang sesuai, diperlukan suatu sistem yang mengatur arus dan pengolahan data akuntansi dalam perusahaan untuk dapat menghasilkan informasi yang sesuai juga. Informasi yang dihasilkan dibedakan dua macam: 1. Informasi akuntansi keuangan Akuntansi keuangan disusun untuk menghasilkan informasi yang biasanya dalam bentuk laporan keuangan yang ditujukan pada pihak-pihak di luar perusahaan. Umumnya berisi neraca, rugi laba, laporan perubahan modal dan laporan perubahan posisi keuangan, oleh karena itu laporan ini ditujukan kepada pihak diluar perusahaan maka cara penyajiannya dan isinya diatur oleh prinsip akuntansi yang lazim. 2. Informasi akuntansi manajemen Dalam kaitannya dengan hal ini akuntansi manajemen biasanya mempunyai tiga fungsi utama yaitu 1.Memilih data dan membuat catatan 2.Menganalisis data 3.Membuat laporan. Akuntansi manajemen disusun 21 terutama untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan oleh manajemen. Menurut H. Simanora 2000:176, sistem informasi akuntansi bertanggung jawab atas 1 pengidentifikasian sumber-sumber daya ke dalam barang-barang yang dijual oleh pelanggan, 3 penentuan biaya sumber daya yang di konsumsi oleh organisasi dan 4 pelaporan informasi ikhwal aktifitas-aktifitas tersebut kepada pemakai internal dan eksternal dan sistem informasi akuntansi bisa bersifat manual maupun elektronik.

2.2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sistem Informasi Akuntansi

Terdapat berbagai faktor yang perlu diperhitungkan dalam menyusun sistem informasi akuntansi, faktor-faktor ini merupakan hal diluar sistem akuntansi tetapi menentukan keberhasilan dari suatu sistem. Faktor-faktor ini antara lain adalah perilaku manusia dalam organisasi, penggunaan metode kuantitatif dan penggunaan komputer sebagai alat bantu. Perilaku manusia sangat dipertimbangkan karena dengan faktor psikologisnya, apabila terjadi ketidakpuasan maka akan menghambat sistem tersebut, metode kuantitatif seperti regresi, PERT dan metode statistik lainnya merupakan alat bantu bagi manajemen untuk mengambil keputusan dan akan lebih nampak hasil semuanya itu bila proses data dengan menggunakan komputer Tata Sutabri, 2004:12. 1. Perilaku manusia dalam organisasi Perilaku manusia dalam organisasi perlu dipertimbangkan dalam menyusun sistem informasi akuntansi, karena sistem informasi itu tidak mungkin berjalan 22 tanpa manusia. Faktor psikologis, baik yang melaksanakan proses data dalam akuntansi maupun pihak-pihak yang menerima keluaran dari proses itu perlu dipertimbangkan. Faktor psikologis ini menjadi penting karena bila terjadi ketidakpuasan tersebut akan mencurahkan dalam bentuk menghambat berjalannya sistem informasi itu. 2. Penggunaan metode kuantitatif Metode kuantitatif akan lebih mampu manfaatnya bila proses data menggunakan komputer, karena kemampuan komputer dalam mengolah data, sehingga informasi yang dihasilkan menjadi dasar bagi manajemen dalam mengambil keputusan yang lebih efektif dan terarah. 3. Penggunaan komputer sebagai alat bantu Proses pengolahan data akuntansi dapat dilakukan lebih cepat dengan menggunakan komputer untuk mengolah data yang jauh melebihi kecepatan manusia. Komputer sebagai alat bantu yang bermanfaat bagi sistem informasi akuntansi dan juga diperlukan teknik-teknik pengawasan yang berbeda dengan pemrosesan data secara manual untuk menjamin ketelitian dan keamanan dalam proses data dan menjaga harta milik perusahaan.

2.2.3. Sistem informasi Berbasis Komputer

Tugas pengolahan data perusahaan dilaksanakan oleh sistem informasi akuntansi yang mengumpulkan data kegiatan perusahaan lalu memprosesnya menjadi informasi yang berguna bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. 23 Dengan jenis kegiatan demikian dapat diketahui beberapa karakteristik sistem informasi akuntansi yaitu melaksanakan tugas yang diperlukan, berpegang pada prosedur standar menangani data yang rinci, berfokus pada data lampu dan menyediakan informasi pemecahan masalah yang minimal Tata S, 2003:3.

2.2.4. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam arti kata yang sangat umum, bukan hanya menyangkut latar belakang pendidikan formal melainkan juga pendidikan non formal. Menurut Wasty Soemanto 1992:21, pendidikan adalah proses pengalaman pribadi, baik lahiriyah maupun batiniah. Keberhasilan seorang manajer tergantung pada pendidikan dan kemampuan belajarnya dalam lingkungan dunia usaha, seorang manajer dituntut untuk menguasai aneka ketrampilan teknis dan kemampuan yang tinggi untuk belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya. Meskipun pada khalayak umum banyak berpendapat tidak semuanya manajer harus melalui tingkat pendidikan yang memadai, hal itu dikarenakan dunia usaha yang dijalankannya lebih bersifat kecil yaitu usaha sektor kecil dimana tuntutan harus berpendidikan tidak diutamakan mereka mempunyai keyakinan bahwa usaha yang dijalankan harus tetap berproduksi dan laku di pasaran, namun tidak demikian dengan penelitian ini, seiring dengan kemajuan jaman dan adanya alih teknologi begitu juga persaingan yang demikian keras mau tidak mau para pengusaha kecil diharapkan dapat mengatasinya. 24 Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan pengertian yang mencakup: pengembangan mental, ketrampilan seseorang untuk pemecahan masalah yang dihadapi secara efektif, pendidikan selalu berhubungan erat dengan belajar, apabila seseorang mau belajar maka akan bertambah pengetahuannya. Dalam hal ini pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang ditempuh oleh seorang manajer, meskipun pada dasarnya pendidikan tidak hanya dapat diperoleh melalui bangku pendidikan formal saja, akan tetapi dapat pula diperoleh melalui tempat kerja. Dengan pendidikan dan pengetahuan yang tinggi akan meningkatkan pemahaman kinerja perusahaan. Hasil pendidikan yang dijalankan ini pula informasi yang diperoleh seorang manajer mempunyai arti dan makna dalam proses pemilihan tindakan yang tepat bagi perusahaannya baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam memecahkan permasalahannya di perusahaannya sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Menurut Henry Simamora 1997:259, dalam proses pelamaran pekerjaan latar belakang pendidikan pelamar sangat diperhatikan dan merupakan syarat tertentu yang harus dipenuhi karena diperlukan adanya kesesuaian dengan ilmu yang tidak dipelajari oleh pelamar. Menurut S. Notoatmodjo 2003:27 yang dimaksud dengan pendidikan dan pelatihan adalah merupakan upaya untuk pengembangan sumber daya manusia, terutama untuk pengembangan aspek intelektual dan kepribadian manusia. 25 Pengertian tersebut diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa latar belakang pendidikan merupakan cara belajar yang bukan hanya menyangkut proses belajar non formal dengan diberikan di luar pendidikan formal yaitu segala bentuk pengalaman dan ketrampilan yang merupakan hasil kontak antara manusia dan lingkungannya agar nantinya dapat menguasai bidang-bidang yang lebih maju dan modern berkaitan dengan informasi teknologi.

2.2.4.1. Macam Pendidikan

Menurut Sastrohadiwiryo 2003:200 menyatakan bahwa menurut sifatnya pendidikan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Pendidikan Umum Yaitu pendidikan yang dilaksanakan di dalam dan luar sekolah, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, dengan tujuan mempersiapkan dan mengusahakan para peserta pendidikan memperoleh pengetahuan umum 2. Pendidikan Kejuruan Yaitu pendidikan umum yang direncanakan untuk mempersiapkan para peserta pendidikan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan bidang kejuruannya

2.2.4.2. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan yaitu mewujudkan pribadi-pribadi yang mampu menolong diri sendiri maupun orang lain, sehingga dengan demikian akan terwujud suatu kehidupan manusia yang sejahtera. Soemanto, 1992:28. 26

2.2.5. Pelatihan Yang Diikuti

Setiap koperasi yang menginginkan agar dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien maka tidak boleh mengabaikan masalah pelatihan. Bagi beberapa pemilik ada yang mampu memotivasi diri sendiri untuk meningkatkan kemampuan dirinya tanpa campur tangan dari pihak lain, tetapi dalam kenyataannya sedikit saja yang mampu memotivasi diri sendiri disamping itu kemungkinan keahlian yang dimiliki individu-individu tersebut tidak sesuai dengan keinginan atau kondisi perusahaan. Menurut Amstrong 1994:15, bahwa latihan adalah untuk mengisi kesenjangan antara apa yang dapat dikerjakan seseorang dan siapa yang seharusnya mampu mengerjakannya. Latihan akan membentuk dasar dengan menambah ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memperbaiki prestasi dalam jabatan yang sekarang atau mengembangkan potensinya untuk masa yang akan datang. Menurut Handoko 1987:243, latihan dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan ketrampilan-ketrampilan dan teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan tertentu, terperinci dan rutin. Perusahaan harus dapat memahami semua aspek yang ada dalam perusahaan salah satunya adalah pelaporan akuntansi, kita ketahui pendidikan akuntansi atau pembukuan telah kita kenal dalam pendidikan menengah atas tetapi yang kita kenal hanya sebagian kecil dari akuntansi itu sendiri, lain apabila kita belajar dalam perguruan tinggi kita dapat mengenal lebih dalam mengenai akuntansi dan pengetahuan tentang teknologi informasi yang sangat kurang, tetapi di dalam penelitian ini peneliti membahas tentang sektor usaha kecil dan menengah UKM 27 yang dimana pegawai perusahaan sebagian besar hanya berpendidikan sekolah menengah atas SMA dan sebagian lainnya hanya lulusan sekolah dasar SD, karena mereka para pemilikmanajer perusahaan kecil memperoleh usaha mereka secara turun temurun dan mereka menganggap sudah seperti “biasanya’ usaha mereka yang diwariskan padanya. Seperti “biasanya” yang dimaksud oleh peneliti yaitu dimana mereka mengabaikan perubahan-perubahan yang terjadi seiring perubahan zaman dan mereka tidak memperdulikan para pesaing yang sedemikian maju baik dalam pengelolaan maupun dalam kegiatan akuntansi mereka. Pelatihan yang diikuti oleh perusahaan kecil dan menengah dapat memberikan arahan bagi kegiatan perusahaan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran. Menurut Murniati 2002:151, menyatakan bahwa pelatihan akan menghasilkan peningkatan-peningkatan profesionalisme dan eksploitasi yang lebih jauh dalam manajemen dan akan menunjukkan hubungan positif terhadap sejauhmana penyediaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan dalam perusahaan kecil. Manajemen yang dipakai dalam kursus pelatihan cenderung menghasilkan lebih banyak informasi statutory, anggaran dan tambahan dibandingkan dengan mereka yang kurang pelatihan. Menurut S. Notoatmodjo 2003:28, pelatihan adalah merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan atau ketrampilan khusus seseorang atau sekelompok orang. Dalam suatu pelatihan orientasi atau penekanannya pada tugas yang harus dilaksanakan job orientation, dan lebih ditekankan kepada kemampuan psikomotor, meskipun didasari pengetahuan dan sikap. 28 Pelatihan yang pernah diikuti oleh perusahaan kecil dan menengah maka kelangsungan kegiatan perusahaan akan lebih terencana dan lebih profesional dalam menghadapi tantangan global yaitu era persaingan bebas dalam satu kawasan.

2.2.5.1. Tujuan dan Manfaat Pelatihan

1. Tujuan Pelatihan Tujuan-tujuan pelatihan yang dicapai oleh perusahaan yang melaksanakan program pelatihan antara lain Nitisemito, 1983:87 a. Pekerjaan diharapkan lebih cepat dan lebih naik b. Pemakaian bahan diharapkan lebih hemat c. Peralatan dan mesin diharapkan akan lebih tahan lama d. Kemungkinan kecelakaan lebih kecil e. Tanggungjawab diharapkan lebih besar f. Biaya produksi diharapkan lebih kecil g. Kelangsungan perusahaan lebih terjamin 2. Manfaat Pelatihan Ada banyak manfaat yang dapat dihasilkan dari kegiatan pelatihan bagi organisasi, terutama dalam kaitannya dengan proses penciptaan nilai tambah dan peningkatan produktivitas kerja. Mulyono, 1993:90, adapun manfaat pelatihan antara lain: 29 1. Peningkatan produktivitas Peningkatan prestasi kerja dan produktivitas yang disebabkan oleh adanya program pelatihan paling terbukti pada para pekerja yang sama sekali belum pernah mengikuti adanya program pelatihan dan yang belum sepenuhnya menyadari akan cara-cara paling efisien dan efektif dari pelaksanaannya kerjanya. 2. Peningkatan kualitas Program pelatihan dirancang dan dilaksanakan dengan baik akan membantu pegawai untuk memperbaiki hasil lebih tinggi kualitasnya 3. Mempermudah perencanaan sumber daya manusia Program latihan yang baik dapat membantu organisasi perusahaan dalam hal pelaksanaan program latihan yang baik, tidak akan mengalami perubahan yang drastis bila menghadapi penggantian karyawan secara mendadak 4. Memperbaiki etika kerja Reaksi-reaksi yang positif akan tumbuh dari program pelatihan dan akan membentuk sikap dan etika kerja yang lebih baik dan pada gilirannya akan membentuk sikap dan etika kerja yang lebih baik 5. Mencegah keausan Program pelatihan akan semakin mendorong lebih berinisiatif dan kreatif, sehingga dapat mencegah keausan pengetahuan dan ketrampilan 6. Pengembangan pribadi Kegiatan latihan bagi pemilik sebenarnya tidak saja meningkatkan proses nilai tambah dan memberi keuntungan bagi perusahaan melainkan juga 30 kepada pegawai merupakan pengembangan nilai tambah pribadi secara individu dan sekaligus sebagai pengembangan pribadi karena berbagai pengalaman yang diperoleh selama mengikuti pelatihan

2.2.5.2. Faktor-Faktor Penyebab Perlunya Pelatihan

Seringkali terjadi di perusahaan bahwa pemilik meskipun mempunyai latar belakang pendidikan formal yang cukup tinggi, namun ternyata belum dapat menyesuaikan diri dengan beban tugas yang harus dikerjakan. Pelatihan itu sangat diperlukan agar perusahaan dapat tetap survive dalam pasar modern ini dimana persaingan antar perusahaan sangat ketat. Menurut Tjiptono dan Diana 1994:213 ada lima faktor diperlukan pelatihan yaitu: 1. Kualitas angkatan kerja yang ada Angkatan kerja yang berkualitas tinggi adalah angkatan kerja yang mengenyam pendidikan dengan baik dan memiliki ketrampilan intelektual dasar seperti membaca, menulis, mendengarkan, berbicara dan memecahkan masalah. Orang-orang seperti itu potensial untuk belajar dan beradaptasi dengan cepat terhadap pekerjaannya. 2. Persaingan global Perusahaan harus menyadari bahwa mereka menghadapi persaingan dalam pasar global yang ketat. Agar dapat memenangkan persaingan perusahaan harus mampu menghasilkan produk yang lebih baik dan lebih mudah daripada pesaingnya. Untuk itu diperlukan pelatihan agar tetap survive dan memiliki dominasi pasar. 31 3. Masalah alih teknologi Alih teknologi adalah perpindahan atau transfer teknologi dari satu obyek ke obyek yang lain. Ada dua tahap dalam proses alih teknologi, tahap pertama yaitu komersialisasi teknologi baru yang dikembangkan di laboratorium riset oleh penemu, tahap ini tidak memerlukan pelatihan, tahap kedua adalah difusi teknologi yaitu proses pemindahan teknologi yang baru di komersilkan ke dunia kerja untuk meningkatkan produktivitas daya saing dan kualitas ini memerlukan pelatihan. 4. Perubahan cepat dan terus menerus Di dunia ini tidak ada satu hal yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan terjadi dengan cepat dan berlangsung terus menerus, pengetahuan hari ini mungkin akan tidak berguna pada hari esok dan menjadi usang. Dalam lingkungan kerja seperti ini sangat penting memperbaharui kemampuan pemilik perusahaan secara konsisten. 5. Perubahan keadaan demografi Perubahan keadaan demografi menyebabkan pelatihan menjadi semakin penting dewasa ini. Oleh karena itu kerjasama tim merupakan unsur pokok maka pelatihan dibutuhkan untuk melatih pemilik dan pekerjanya yang berbeda latar belakang agar dapat bekerjasama secara harmonis.

2.3. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Sistem Informasi Akuntansi

Dokumen yang terkait

Studi Bentuk Pengolahan Dan Distribusi Hasil Kerajinan Rotan Pada Industri Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Kota Medan (Studi Kasus UD. Gundaling Medan Sumatera Utara)

6 81 72

ANALISIS FAKTOR–FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH

0 39 18

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA MENENGAH KABUPATEN JEMBER

2 34 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA MENENGAH KABUPATEN JEMBER

0 8 17

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi Kasus Pada Pengusaha Toko Penjualan Perlengkapan Olahraga Di Kabupaten Gresik ).

4 52 102

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI BERBASIS TEKNOLOGI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM).

0 1 86

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN WONOSOBO.

0 2 2

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI BERBASIS TEKNOLOGI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)

0 2 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI BERBASIS TEKNOLOGI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi kasus di Koperasi Pegawai “Swadharma” Surabaya)

0 0 18

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (Studi Kasus Pada Pengusaha Toko Penjualan Perlengkapan Olahraga Di Kabupaten Gresik ) SKRIPSI

0 0 20