b. Perbedaan tingkat partisipasi antara motif intrinsik dengan motif intrinsik-
ekstrinsik memiliki nilai p = 0,314 p 0,05. Hal ini berarti bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat partisipasi antara motif intrinsik dengan motif
intrinsik-ekstrinsik. c.
Perbedaan tingkat partisipasi antara motif ekstrinsik dengan motif intrinsik- ekstrinsik memiliki nilai p = 0,269 p 0,05. Hal ini berarti bahwa tidak
terdapat perbedaan tingkat partisipasi antara motif ekstrinsik dengan motif intrinsik-ekstrinsik.
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan partisipasi mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta ditinjau dari motif intrinsik,
ekstrinsik, dan intrinsik-ekstrinsik dalam mengikuti kegiatan kemahasiswaan. Secara keseluruhan terdapat perbedaan tingkat partisipasi mahasiswa berdasarkan
variasi motifnya. Hal ini terlihat pada nilai signifikansi yang menunjukkan adanya perbedaan partisipasi secara signifikan diantara ketiga variasi motif tersebut hasil
output nilai F terlampir. Melihat data secara lebih lanjut, tampak ada perbedaan signifikan pada
tingkat partisipasi antara kelompok motif intrinsik dengan motif ekstrinsik. Selain itu, motif intrinsik memiliki tingkat partisipasi terendah berdasarkan
mean empiris-
nya jika dibandingkan dengan dua motif lainnya yang tidak sesuai dengan teori mengenai moti intrinsik dan ekstrinsik.
Motif intrinsik merupakan motif mahasiswa dalam mengikuti kegiatan organisasi atau kepanitiaan dengan alasan diluar keinginannya untuk mendapatkan
poin. Keinginan tersebut bisa berupa ketertarikan pribadi atau keinginan mahasiswa karena memang senang berorganisasi dan ingin mengembangkan
dirinya dalam hal
softskills
Mei 2012. Mahasiswa dengan motif intrinsik berarti memiliki daya dorong untuk ikut
organisasi berdasarkan sebab yang berasal dari dalam dirinya Handoko, 1992. Mahasiswa berpartisipasi dalam organisasi atau kepanitiaan karena keinginannya
pribadi atau menyukainya. Kondisi organisasi dapat mempengaruhi tingkat partisipasi mahasiswa. Dengan kata lain, kondisi organisasi yang diikuti
mahasiswa kurang memenuhi kebutuhan mereka untuk bisa bertahan dalam organisasi tersebut. Mahasiswa memiliki harapan yang tinggi terhadap kegiatan
kemahasiswaan tersebut, namun kurang dipenuhi dalam organisasi. Schein 1991 menyatakan bahwa selalu terdapat harapan-harapan tidak tertulis dalam setiap
anggota organisasi yang disebut dengan kontrak psikologis. Organisasi harus memberikan perhatian dan kemungkinan bagi individu untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya yang paling penting melalui keanggotaan serta pekerjaannya dalam organisasi Schein, 1991. Dengan demikian, ketika kontrak
psikologis tersebut dilanggar, maka akan terjadi keresahan hingga pemogokan anggota organisasi.
Dengan demikian, mahasiswa dengan motif intrinsik memiliki keinginan atau tujuan untuk dicapai yang terkait dengan organisasi. Ketika organisasi sudah
tidak mampu memberikan atau menyesuaikan keinginannya, kemungkinan yang