75
i. Melakukan pemeriksaan terhadap pelanggaran Perda yang
menyimpang dengan peraturan perundang-undangan KUHAP.
4.2.3.4. Penindakan Secara Tegas
Dalam pelaksanaan tugas Polisi Pamong Praja dapat melakukan tindakan tegas apabila :
a. Setelah upaya persuasif tidak berhasil.
b. Untuk tujuan – tujuan perlindungan dan penegakkan HAM secara
proposional dengan tujuan yang sah. c.
Untuk memperkecil terjadinya kerusakan dan cidera, baik bagi petugas maupun bagi masyarakat.
d. Benar – benar diperlukan untuk penegakkan hukum.
e. Penindakan secara tegas harus sebanding dengan pelanggaran dan
tujuan yang hendak dicapai. f.
Untuk memperkecil kerusakan harta benda dan jumlah korban. g.
Ada yang menghalang halangi didalam pemberian bantuan medis dan penunjangnya kepada orang – orang yang terluka atau terkena dampak
dari peristiwa yang berlangsung.
4.3. Hasil Penelitian
Sesuai dengan fokus penelitian yang telah ditetapkan penulis berkaitan dengan implementasi kebijakan retribusi pengaturan tempat usaha
pedagang kaki lima di daerah sekitar monumen kota Sampang.
76
Melalui pengaturan tentang retribusi tempat dan usaha pedagang kaki lima pemerintah daerah ini berusaha untuk meningkatkan pendapatan
dan perkembangan usaha pedagang kaki lima dari penarikan retribusi tersebut dimanfaatkan juga untuk pembangunan wilayah sekitar monumen
tersebut. Dasar dari adanya retribusi pengaturan tempat dan usaha pedagang
kaki lima adalah banyaknya permasalahan lingkungan yang timbul akibat kegiatan perdagangan kaki lima antara lain masalah kebersihan, keindahan,
ketertiban, pencemaran, dan kemacetan lalu lintas. Keadaan ini pada satu sisi dianggap sebagai pedagang kaki lima memberikan kontribusi yang besar
dalam aktivitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat terutama golongan ciri ekonomi kerakyatan yang bersifat mandiri dan menyangkut hajat hidup
orang banyak.
4.3.1. Ketentuan retribusi yang diatur dalam Perda No.27 Tahun 2002 Kota
Sampang 4.3.1.1.Pengenaan retribusi setiap orang Ketentuan Retribusi Bagi Setiap
Orang yang menggunakan tempat
Pedagang Kaki Lima PKL selama ini diwajibkan membayar retribusi pemakaian kekayaan daerah sesuai dengan Perda No. 27 tahun
2002. Retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah pungutan daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran
atas jasa atau pelayanan yang khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadibadan. Retribusi dikenakan kepada wajib
77
retribusi yaitu pedagang kaki lima atas pengaturan tempat usaha yang telah disediakan oleh pemerintah daerah. Retribusi yang dikenakan merupakan
sumber pendapatan daerah yang digunakan untuk pembangunan fasilitas yang ada di daerah tersebut. Retribusi yang dikenakan merupakan
pungutan sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah untuk kepentingan umum, atau karena
jasa yang diberikan oleh daerah baik langsung maupun tidak langsung. Pengenaan retribusi setiap orang yang berjualan di daerah sekitar
monumen di Kecamatan Sampang menurut salah satu PKL yang berjualan berpendapat bahwa:
” Yah sebenarnya sangat memberatkan mbak, tapi mau gimana lagi, hal itu kan juga untuk kepentingan kita semua, daerah ini
nantinya semakin maju dan pedagang pun juga akan meraup banyak keuntungan” wawancara 28 Mei 2010.
Keterangan dari salah satu PKL tersebut berbeda dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Kepala Unit Pengelolaan PKL
UPPKL di kota Sampang, yang menyatakan bahwa : ” Kebijakan retribusi tersebut memang penting untuk kemajuan
sebuah daerah, dengan adanya penarikan retribusi oleh pemerintah daerah maka akan mensejahterahkan masyarakat
yang berada di daerah tersebut terkait adanya pendapatan daerah yang nantinya juga untuk memperbaiki fasilitas yang
ada” wawancara 28 Mei 2010.
Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kebijakan pengenaan retribusi pada para pedagang adalah bertujuan untuk
mensejahterakan masyarakat yang berada di daerah tersebut dengan cara
78
memperbaiki dan membangun fasilitas yang diperlukan, dan yang paling utama adalah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan dua orang informan tersebut bahwa kebijakan pengenaan retribusi yang dikenakan kepada para
pedagang kaki lima di daerah sekitar monumen Kecamatan Sampang sangat baik dan penting bagi peningkatan dan pembanguan wilayah daerah
tersebut terutama bagi pelayanan masyarakat, sehingga daerah tersebut mampu bersaing dengan daerah-daerah maju lainnya. Penarikan retribusi
yang dilakukan oleh pemerintah memang sangat penting dan dapat meningkatkan pendapatan dari daerah itu sendiri, disamping itu juga untuk
menjaga ketertiban, keteraturan, kelancaran dan sebagainya.
4.3.1.2.Azas Pembayaran Retribusi 1.
Besarnya Retribusi Sebesar Rp. 50,- lima puluh rupiahm perhari
Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun 2002 berisikan tentang retribusi pengaturan tempat usaha pedagang kaki lima PK 5 dalam kabupaten
Sampang. Dalam Perda No.27 Tahun 2002 mengatur tentang retribusi salah satunya adalah Pasal 1 ayat h. Sedangkan besarnya retribusi diatur
dalam Perda Kabupaten Sampang No.27 tahun 2002 Pasal 12 ayat 1 yang menyatakan : ”Setiap orang yang telah memperoleh izin
menggunakan tempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat 1, dikenakan retribusi sebesar Rp. 50,- lima puluh rupiah m per hari”.
2
79
Penarikan retribusi tersebut memang didasarkan atas keputusan pemerintah daerah dan penarikan tersebut juga sudah disetujui oleh pihak
kecamatan yang diwakili oleh bapak Drs. Suryanto, MM selaku camat pada Kecamatan Sampang diakuinya bahwa :
”Kebijakan retribusi tersebut memang untuk kemajuan sebuah daerah, dengan adanya penarikan retribusi oleh pemerintah
daerah maka akan mensejahterakan masyarakat yang berada di daerah tersebut terkait adanya pendapatan daerah yang
nantinya juga untuk memperbaiki fasilitas yang ada, apabila kecamatan Sampang ini diterapkan penarikan retribusi itu
sudah seizin saya, saya berharap pedagang kaki lima juga ikut membantu terlaksananya keputusan pemerintah daerah ini
untuk kemajuan tempat dagang mereka sendiri” wawancara 27 Mei 2010.
Keterangan dari Bapak Suryanto juga dibenarkan oleh pernyataan yang diberkan oleh bapak Agus Diyanto, SH selaku bagian Kasi
Pembinaan, Operasional dan Pengawasan Dinas Kota Sampang : ”Kebijakan retribusi tersebut memang penting untuk kemajuan
sebuah daerah, dengan adanya penarikan retribusi oleh pemerintah daerah maka akan mensejahterakan masyarakat
yang berada di daerah terebut terkait adanya pendapatan daeraha yang nantinya juga untuk memperbaiki fasilitas yang
ada hanya dengan Rp. 50,- lima puluh rupiahm perhari, tapi kalo dibayar dengan rutin maka akan cepat berguna untuk
kepentingan kesejahteraan masyarakat yang bertempat di sekitar monumen kota Sampang dan terutama untuk para
pedagang uang dari hasil penarikan retribusi tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki fasilitas yang berada di sekitar
monumen kota Sampang ataupu tempat dimana para pedagang tempati untuk berjualan” wawancara 27 Mei 2010.
2
Hal tersebut juga dibenarkan oleh Ketua paguyuban PKL Pujasera yang bernama Ach. Husin, A. MA. yang menyatakan bahwa :
”Keputusan tersebut sudah baik, tapi hal tersebut juga harus bisa meminta pendapat kepada para pedagang, supaya
80
pedagang dan pihak kecamatan selaku yang menarik retribusi tidak berselisih dan mungkin pedagangdan pihak kecamatan
juga akan mendapatkan hasil yang baik terhadap keputusan tersebut” wawancara 27 Mei 2010.
Hal tersebut dibenarkan dengan pernyataan dari bapak Agus selaku wakil Satpol PP kantor dinas Kota Sampang yang bertugas
mengadakan penagihan retribusi kepada para pedagang di daerah sekitar monumen kota Sampang dan pedagang kaki lima yang berdagang di
daerah sekitar monumen kota Sampang : ”Yah masalah retribusi itu kan sudah menjadi ketetapan
pemerintah untuk kepentingan bersama untuk daerah itu sendiri, jadi akan kita tinggal melaksanakan perintah tersebut
dan diharapkan para pedagang dapat menerima keputusan tersebut” wawancara 27 Mei 2010.
Hal ini dibenarkan oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Ketua paguyuban PKL Pujasera yang bernama Ach.Husin, A.MA.:
”Yah sebenarnya memberatkan bagi pedagang sebenarnya, tapi kan harus dilaksanakan, karena sudah menjadi keputusan dan
hal itu juga demi kepentingan kita semua dan kami percaya penarikan retribusi akan berdampak positf bagi para pedagang
dan warga sekitar nantinya” wawancara 28 Mei 2010.
Dengan melihat hasil wawancara diatas dapat diketauhi bahwa menurut pedagang dengan adanya retribusi tersebut sebenarnya sangat
memberatkan pedagang, karena memang belum tentu pedagang tersebut mendapatkan laba yang lebih banyak daripada retribusi tersebut, akan
tetapi pedagang akhirnya juga membayar retribusi tersebut ketika diberikan informasi bahwa penarikan retribusi tersebut juga bermanfaat
81
untuk kepentingan pedagang itu sendiri pada khususnya dan juga akan berdampak positif untuk warga sekitar pada umunya.
2. Tanda Bukti Pembayaran
Kebijakan sebagai suatu tindakan yang mengarah pada rujukan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam
lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau
mewujudkan sasaran yang diinginkan. Penarikan retribusi bertujuan untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang sudah diettapkan
oleh masing-masing daerah. Berdasarkan hasil wawancara kepada semua nara sumber
informan yang pertama yaitu bapak Agus Diyanto, SH selaku bagian Kasi Pembinaan, Operasional dan Pengawasan dinas Kota Sampang :
”Yang pertama kali dilakukan itu adalah pendataan kepemilikan usaha dagang, dari nama pemilik atau pemegang
hak atas tanah yang akan di kenakan retribusi, lalu dilanjutkan dengan sosialisasi mengenai kebijakan retribusi tersebut untuk
kepentingan umum” wawancara 27 Mei 2010.
Dari hasil wawancara dengan bapak Agus selaku wakil Satpol PP kantor dinas Kota Sampang yang bertugas mengadakan penagihan
retribusi kepada para pedagang di daerah sekitar monumen sekitar monumen kota Sampang :
”Kemudian yang dilakukan itu adalah melihat keadaan yang terjadi dilapangan, kemudian melakukan sedikit dialog
dengan pedagang yang ada, kemudian memberikan pengertian dan sosialisasi tentang tata cara pembayaran
retribusi dan pemberian tanda bukti pembayaran retribusi
82
sehingga sewaktu-waktu tidak terjadi kekeliruan apabila sewaktu ada penarikan lagi” wawancara 27 Mei 2010.
Pernyataan tersebut dibenarkan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh salah satu pedagang di PKL Pujasera:
”Pemberian tanda bukti pembayaran yang diberikan petugas kecamatan diperlukan oleh para pedagang karena tanda bukti
tersebut bisa dijadikan bukti kalau sudah membayar rertibusi dan apabila ada pihak yang tidak bertanggung jawab yang
melakukan penarikan retribusi untuk kepentingan sendiri sehari, sehingga para pedangang menemui hal tersebut para
pedagang bisa melakukan tindakan yaitu tidak membayar lagi kepada petugas yang melakukan penarikan retribusi di hari
yang sama” wawancara 28 Mei 2010.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut diatas dapat diketahui bahwa keputusan yang diambil mengenai tanda bukti pembayaran retribusi
yang berupa pemberian karcis merupakan keputusan yang sudah baik karena dengan pemberian tanda bukti pembayaran yang diperoleh para
pedagang dan tanda bukti tersebut dapat dijadikan bukti bahwa pedagang yang memperoleh tanda pembayaean tersebut adalah pedagang yang
termasuk dalam paguyuban pedagang yang berjualan di monumen kota Sampang dan tanda bukti pembayaran tersebut dapat digunakan untuk
mencegah apabila ada petugas nakal yang melakukan penarikan retribusi dua kali dalam sehari, sehingga apabila ada petugas yang melakukan
kcurangan dalam penarikan retribusi yaitu melakukan penarikan dua kali dalam sehari maka para pedagang wajib mempertanyakan penarikan
tersebut dan yang lebih penting lagi tanda bukti tersebut dapat digunakan untuk alat tanda bukti bahwa sebelumnya sudah membayar
retribusisehingga para pedagang tidak perlu membayar retribusi tersebut.
83
4.3.1.3.Bentuk, Ukuran Dan Warna Karcis Di Tetapkan Oleh Pemerintah Daerah Dengan Di Beri Tanda Perporasi Pengesahan
Peran sektor informal pedagang kaki lima dimaksud mendudukkan peran pra posisi konseptual yang mapan atau dengan kata
lain sebagai sebuah entitas akademik, di mana dalam dimensi dan waktu bekerja atasnya, sedangkan apa dan bagaimananya entitas tersebut
bergeser atau berubah merupakan kajian perubahan. Berkaitan dengan peran pedagang kaki lima diperkotaan yang keberadaannya seperti pasar
dengan pola tradisional, menurut Geertez dalam Mustafa 2008 : 53 untuk memahami pasar dalam arti luas harus dilihat dari tiga sudut pandang :
1. Sebagai arus pertukaran barang dan jasa menurut pola tertentu.
2. Sebagai rangkaian mekanisme ekonomi untuk memelihara dan
mengatur arus barang dan jasa tersebut. 3.
Sebagai system sosial lain dan kebudayaan. Mengenai bentuk, ukuran dan warna karcis di tetapkan oleh
Pemerintah Daerah kota Sampang telah di tetapkan seperti yang di nyatakan oleh petugas satpol PP yang tercermin pada kutipan di
bawah ini : ”Bentuknya kotak persegi panjang warnanya merah atau
kuning kemudian yang pertama adalah diberi tanda perporasi pengesahan” wawancara 31 mei 2010.
Pernyataan dari petugas satpol PP tersebut di dukung oleh pernyataan dari ketua paguyuban PKL yang berdagang di daerah
monumen kota Sampang yang menyatakan bahwa :
84
” Bentuknya kotak persegi panjang dan ada tanda perporasi pengesahan ” dan warnanya ” kalau tidak kuning ya merah...”
wawancara 31 mei 2010.
Pernyataan tersebut dibenarkan juga oleh pendapatan dari pihak PKL itu sendiri seperti yang di ungkapkan oleh salah atu pedagang di PKL
pujasera yang menyatakan : ” Bentuknya kertas kotak gitu warnanya apa ya..kalau tidak merah
ya kuning..ada stempel-stempelnya gitu..” wawancara 31 mei 2010.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan tersebut diatas dapat diketahui bahwa sebelum adanya kebijakan yang dikeluarkan
oleh pemerintah daerah dalam penarikan retribusi sudah sesuai dengan Perda yang ada, dimana dalam pelaksanaannya penarikan retribusi tersebut
diberikan tanda bukti pembayaran yaitu berupa karcis. Dalam hal ihi bentuk, ukuran dan warna karcis sudah di tetapkan oleh pemerintah daerah
dengan di beri tanda perporasi pengesahan denga begitu tanda bukti pembayaran tersebut tidak dapat dipalsukan oleh petugas yang menarik
retribusi sehingga para pedagang tidak dirugikan oleh hal tersebut.
4.3.2. Tata Cara Pembayaran Retribusi Diatur Dalam Perda 27 Tahun 2002
Kota Sampang 4.3.2.1.Kepala Daerah Menentukan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran Dan
Penyetoran Retribusi
Kebijakan biasanya diciptakan dalam situasi ketidakpastian dan diuji oleh lingkungan dimana ia diterapkan. Sebuah proses kebijakan yang
baik biasanya merumuskan asumsi-asumsinya secara jelas sehingga para
85
pelaksana kebijakan memahami teori dan model kebijakan yang mendukung keputusan-keputusan dan rekomendasi-rekomendasi di
dalamnya. Temuan-temuan di lapangan mengenai konsekuensi-konsekuensi
kebijakan perlu dicatat dan didokumentasikan secara baik dalam sebuah naskah kebijakan sehingga dapat dipelajari dan disebarluaskan. Hal ini
disampaikan oleh informan informan petugas sapol PP dengan tata cara pembayaran retribusi di Monumen kota Sampang :
”Untuk besarnya biaya dan ketentuan-ketentuan kan sudah saya jelaskan’ apabila tidak membayar tepat waktunya maka
diberikan tanggal jatuh tempo.” wawancara 1 juni 2010 .
Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Ketua paguyuban PKL monumen kota Sampang dimana beliau menyatakan bahwa :
” ya bagi pedagang yang berjualan apabila tidak membayar tepat pada waktunya akan diberikan tanggal jatuh tempo untuk
melunasi pembayaran retribusi dan 30 hari sebelumnya pedagang kaki lima diberi surat teguran.”
wawancara 1 juni 2010. Pernyataan tersebut juga di perkuat dengan pengakuan
pedagang kaki lima yang berjualan di are Monumen kota Sampang, Dimana pedagang tersebut menyatakan bahwa :
“ ya biasanya tanggal jatuh tempo 30 hari sebelumnya mbak..kalau belum di bayar juga biasanya dapat surat teguran
dan kena sanksi juga.”
wawancara 1 juni 2010. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa nara sumber di atas
dapat diketahui bahwa kebijakan yang diberikan oleh kepala daerah dalam
86
menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran retribusi, kepala daerah memberikan tenggat waktu kepada para pedagang
yaiu selama satu bulan mulai dari tanggal terutang untuk membayar apabila dalam waktu satu bulan tersebut belum bisa membayar retribusi
dan bagi petugas yang khusus menarik retribusi diberikan waktu satu bulan untuk menyerahkan hasil penarikan retribusi yang ditarik dari para
pedagang.
4.3.2.2.Sanksi Administrasi Berupa Bunga Sebesar 2 Dua Persen Setiap Bulan
Aktivitas kebijakan sangat cepat bergerak. Tujuan-tujuan kebijakan yang sudah ditetapkan biasanya sedikit melenceng dikarenakan adanya
akibat-akibat yang terjadi di luar perkiraan. Akibat sampingan ini hanya bisa diketahui setelah kebijakan diterapkan. Selain mempengaruhi
pencapaian tujuan kebijakan, akibat sampingan tentu saja ”mengganggu” hasil-hasil kebijakan yang telah ditetapkan dan bahkan tidak jarang
menciptakan masalah-masalah baru yang tidak kompleks. Agar kebijakan tetap berfokus pada tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan, pembuatan kebijakan harus dilandasi oleh lingkaran tahapan kebijakan yang meliputi perencanaan dan evaluasi.
Menurut informan pertama yakni bapak Agus Diyanto, SH selaku bagian Kasi Pembinaan, Operasional dan Pengawasan dinas Kota
Sampang terkait dengan masalah kebijakan retribusi yang diberikan dan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 dua persen setiap bulan:
87
”Tidak ada karena memang sebelum adanya kebijakan tersebut kami pihak Kepala Unit Pengelolaan PKL
UPPKL memberikan sosialisasi terkait dengan akan adanya kebijakan retribusi bagi pedagang yang ikut dalam
paguyuban dengan jumlah yang sudah disebutkan, untuk kemajuan daerahnya sendiri dan pemberian sanksi berupa
bunga sebesar 2 dua persen dalam setipa bulannya, sehingga para pedagang tertib dalam membayar retribusi
setiap harinya” wawancara 27 Mei 2010
Berdasarkan jawaban dari bapak Diyanto tersebut menunjukkan bahwa tidak ada penolakan yang dilakukan oleh pedagang, karena
memang informasi yang disampaikan sudah sangat jelas. Hal ini juga didukung pernyataan dari bapak Agus selaku wakil Satpol PP kantor dinas
Kota Sampang yang bertugas mengadakan penagihan retribusi kepada para pedagang di daerah sekitar monumen kota Sampang dan pedagang kaki
lima yang berdagang di daerah sekitar minuman kota Sampang: ”Sampai saat ini penarikan retribusi yang dilakukan Satpol
PP sudah sesuai dengan prosedur sehingga tidak sampai terjadi adanya konflik yang nantinya juga menyebabkan
kerugian kedua belah pihak” Wawancara 27 Mei 2010
Pernyataan dari bapak agus tersebut diperkuat pernyataan oleh ketua peguyuban PKL Pujasera yang bernama Ach. A. MA. yakni:
”Dalam hal ini para pedagang sudah mengerti dan paham tentang sosialisasi dan informasi yang diberikan tentang
retribusi dan sanksi yang diberikan atau diterima oleh para pedagang yaitu pemberian sanksi berupa bunga sebesar 2
dua persen dalam setipa bulannya, sehingga para pedagang tertib dalam membayar retribusi setiap harinya”
wawancara 31 Mei 2010
Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa sanksi yang dikenakan peada para pedagang yang melanggar ketentuan yang
sudah ditentukan yaitu apabila tidak membayar retribusi selam satu bulan
88
maka pedagang tersebut akan diberikan sanksi berupa bunga sebesar 2 dua persen dalam setipa bulannya. Sehingga dalam hal ini para pedagang
selalu membayar retribusi tepat waktu walaupun harus telat membayar pembayaran dilakukan tidak lebih dari satu minggu dari tanggal jatuh
tempo.
4.4. Pembahasan