Hasil dan Pembahasan Uji aktivitas antiinflamasi infusa herba baru Cina (Artemisia vulgaris L.) terhadap mencit betina galur swiss terinduksi karagenin menggunakan Plethysmometer.

6 2.3.7.Perlakuan hewan uji Mencit dikelompokkan dalam lima kelompok perlakuan dengan setiap kelompok berjumlah lima mencit. Sebelum perlakuan, masing-masing mencit diukur tebal kaki kirinya menggunakan plethysmometer. Kelompok I : kontrol negatif aquadest volume 0,5 ml, setelah 15 menit kaki kiri mencit diinjeksi karagenin 3; Kelompok II : kontrol positif kalium diklofenak dosis 9,1 mgkgBB, setelah setelah 15 menit kaki kiri mencit diinjeksi karagenin 3; Kelompok III : infusa baru cina dosis I secara peroral, setelah 15 menit kaki kiri mencit diinjeksi karagenin 3; Kelompok IV : infusa baru cina dosis II secara peroral, setelah 15 menit kaki kiri mencit diinjeksi karagenin 3; Kelompok V : infusa baru cina dosis III secara peroral, setelah 15 menit kaki kiri mencit diinjeksi karagenin 3. 2.3.8. Penentuan penghambatan inflamasi Persen inhibisi radang dihitung berdasarkan Su, Li, dan Zhu 2011 sebagai berikut: inhibisi 1 1 − �� �� Vt = volume udema kaki mencitkelompokperlakuan Vo = volume udema kaki mencitkelompokkontrolnegatif Data aktivitas antiinflamasi diuji dengan Sphiro-Wilk untuk mengetahui distribusi data dan analisis varian untuk melihat homogenitas varian antar kelompoknya sebagai syarat analisis parametrik. Kemudian dilanjutkan dengan analisis pola searah ANOVA dengan taraf kepercayaan 95 untuk mengetahui perbedaan masing-masing kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk melihat perbedaan masing-masing antarkelompok bermakna p0,05 atau tidak bermakna p0,05.

3. Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah infusa herba baru cina Artemisia vulgaris L. memiliki efek antiinflamasi pada udema telapak kaki mencit betina terinduksi karagenin. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 Gambar 1. Grafik rata- rata volume udem uji daya antiinflamasi infusa herba baru cina. Tabel 1. Data transformasi AUC kurva rata-rata volume udem terhadap waktu dan inhibisi udem infusa herba baru cina. Kelompok Perlakuan Harga trans AUC ml.jam ±SE Inhibisi Inflamasi ±SE Konrol negatif akuades 0,0169 ± 0,00678 - Kalium diklofenak 9,1mgkgBB 0,0645 ± 0,00314 16,052 Infusa herba baru cina 1,12gkgBB 0,0354 ± 0,00433 8,918 Infusa herba baru cina 1,68gkgBB 0,0484 ± 0,00343 12,533 Infusa herba baru cina 2,24gkgBB 0,0737 ± 0,00998 17,455 Data rerata AUC yang didapat pada penelitian memilikki distribusi yang tidak normal sehingga perlu ditransformasikan dalam bentuk kuadrat untuk menormalkannya Dahlan, 2008.Berdasakan pada grafik volume udemagambar 0,060 0,065 0,070 0,075 0,080 0,085 0,090 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 M EA N VO LU M E Dosis infusa herba baru cina 1,12gkgBB Dosis infusa herba baru cina 1,68gkgBB Dosis infusa herba baru cina 2,24gkgBB kontrol negatif akuades kontrol positif kalium diklofenak dosis 9,1mgkgBB 8 1., terlihat bahwa kelompok kontrol negatif yang hanya diberi akuades kemudian disuntik dengan karagenin 3 tidak menurunkan volume udema secara signifikan apabila dibandingkan dengan kelompokkontrol positif maupun perlakuan infusa herba baru cina Artemisia vulgaris L.. Karagenin menginduksi udema dalam dua fase biphasic. Fase awal ditandai dengan pelepasan histamin dan serotonin yang berakhir pada jam pertama setelah injeksi dan fase kedua yang berhubungan dengan pelepasan prostaglandin yang mengakibatkan terjadinya peningkatan COX. Fase kedua ini berlangsung antara jam pertama setelah injeksi dan berakhir setelah jam ke-3. Setelah pelepasan mediator inflamasi maka udema akan bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur berkurang dalam waktu 24 jam Suleyman, Demircan, Karagoz, dan Ozta, 2004. Hasil uji efek antiinflamasi dapat dilihat pada tabel 1, dari hasil ini diketahui bahwa infusa herba baru cina dosis 2,24gkgBB memberikan efek antiinflamasi yang lebih baik bila dibandingkan dengan infusa herba baru cina dosis 1,12gkgBB dan 1,68gkgBB dilihat dari inhibisi inflamasinya. Begitu pula dengan nilai transformasi AUC-nya pada data infusa herba baru cina dosis 2,24gkgBB memilikki nilai yang lebih besar dibanding dosis 1,12gkgBB dan 1,68gkgBB. Transformasi data dilakukan karena pada uji homogenitas Levene diketahui data tidak terdistribusi dengan normal karena nilai p0,05. Untuk menghomogenkan data dilakukan transformasi dengan menggunakan kuadrat sehingga didapatkan data yang homogen dengan p0,05. Uji statistik dilanjutkan dengan one-way ANOVA. Tabel 2. Data hasil uji statistik LSD transformasi AUC kontrol negatif akuades, kontrol positif kalium diklofenak 9,1mgkgBB, Infusa herba baru cina dosis 1,12gkgBB, 1,68gkgBB, dan 2,24gkgBB 15 menit sebelum diinduksi karagenin 3 Kelompok Perlakuan Signifikansi Kebermaknaan Kontrol negatif terhadap kontrol positif 0,000 BB PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 Tabel II. Lanjutan Kontrol negatif terhadap infusa dosis 1,12gkgBB 0,044 BB Kontrol negatif terhadap infusa dosis 1,68mgkgBB 0,002 BB Kontrol negatif terhadap infusa dosis 2,24gkgBB 0,000 BB Kontrol positif terhadap infusa dosis 1,12gkgBB 0,003 BB Kontrol positif terhadap infusa dosis 1,68gkgBB 0,076 TB Kontrol positif terhadap infusa dosis 2,24gkgBB 0,302 TB Infusa dosis 1,12gkgBB terhadap infusa dosis 1,68gkgBB 0,150 TB Infusa dosis 1,12gkgBB terhadap infusa dosis 2,24gkgBB 0,000 BB Infusa dosis 1,68gkgBB terhadap infusa dosis 2,24gkgBB 0,008 BB Keterangan: P0,05 = berbeda signifikan P0,05 = berbeda tidak signifikan BB = berbeda bermakna TB = berbeda tidak bermakna Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa kontrol negatif akuades berbeda secara signifikan apabila dibandingkan dengan kontrol positif kalium diklofenak 9,1 mgkgBB, infusa herba baru cina dosis 1,12gkgBB, 1,68gkgBB, dan 2,24 gkgBB. Kontrol positif kalium diklofenak dosis 9,1mgkgBB berbeda bermakna terhadap infusa dosis 1,12gkgBB sedangkan berbeda tidak bermakna terhadap infusa herba baru cina dosis 1,68gkgBB dan 2,24gkgBB. Infusa herba baru yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 diuji terbukti memiliki efek antiinflamasi pada mencit betina galur Swiss pada dosis 1,12gkgBB, 1,68gkgBB, dan 2,24gkgBB. Perbedaan dosis infusa herba baru cina juga berpengaruh terhadap inhibisi inflamasi bila dilihat dari nilai signifikansinya dimana terlihat dosis 1,68gkgBB dan 2,24gkgBB berbeda signifikan dengan dosis 1,12gkgBB dan dosis 1,68gkgBB juga berbeda signifikan terhadap dosis 2,24gkgBB. Hasil tersebut didukung juga oleh data pada tabel 1 yang menyatakan bahwa inhibisi inflamasi infusa herba baru cina dosis 2,24gkgBB sebesar 17,455 lebih besar dari kalium diklofenak yang sebesar 16,052, namun tidak berbeda secara bermakna jika dilihat dari uji statistiknya. Efek antiinflamasi yang yang terdapat pada herba baru cina diduga utamanya berasal dari kandungan flavonoid yang terdapat didalamnya. Kandungan flavonoid utama dari tanaman Artemisia vulgaris L. adalah quercetin 3,7,3’-trimethyl ether yang merupakan sebuah turunan darikuersetinNikolova and Velickovic, 2007.Flavonoid sendiri bermanfaat sebagai inhibitor lipooksigenase yang merupakan langkah pertama pada jalur yang menuju hormon eikosanoid seperti prostaglandin dan tromboksan.Tidak hanya jalur lipooksigenase yang dapat dihambat oleh senyawa flavonoid, melainkan jalur siklooksigenase juga dapat dihambat aktivitas enzimnya oleh flavonoid. Penghambatan jalur lipooksigenase dan jalur siklooksigenase dapat dilakukan dengan cara menghambat pelepasan asam arakidonat yang merupakan komponen kemotaktik Winarsi, 2007.Kuersetin juga dapat digunakan sebagai antiinflamasi dan anti alergi sehingga dapat menaikkan imunitas. Kuersetin lebih selektif menghambat COX siklooksigenase dari pada lipooksigenase, sehingga dapat dikembangkan sebagai agen inhibitor COX yang merupakan agen kemoterapetik yang berpotensi terutama pada kanker kolon Taketo, 1998.Tanaman baru cina memilikki mekanisme kerja yang sama dengan obat antiinflamasi non-steroidaOAINS yang mana mekanisme reaksinya adalah dengan mereduksi sintesis prostaglandin dengan menghambat enzim siklooksigenase melalui antagonism dengan asam arakidonat untuk berikatan dengan enzin siklooksigenase COX Mehanna, 2003. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11

4. Kesimpulan dan Saran