Analisis Marketing Bill Komoditi Cabai Merah di Kota Medan

(1)

ANALISIS

MARKETING BILL

KOMODITI CABAI MERAH

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH :

ARINI PEBRISTYA DUHA

080304018

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS

MARKETING BILL

KOMODITI CABAI MERAH

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH :

ARINI PEBRISTYA DUHA

080304018

AGRIBISNIS

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

ARINI PEBRISTYA DUHA (080304018), 2013 dengan judul skripsi “Analisis

Marketing Bill Komoditi Cabai Merah Di Kota Medan”. Penelitian skripsi ini dibimbing oleh Bapak HM. Mozart B. Darus. Msc sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Luhut Sihombing. MP sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian ini dilakukan bulan Mei 2013 di Pusat Pasar Sentral Kota Medan yang dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan pusat penjualan dan pembelian segala jenis hortikultura di kota Medan.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui analisis marketing bill

komoditi cabai merah di kota Medan. Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk identifikasi masalah 1 dan masalah 2, dan metode analisis marketing margin serta metode price spread untuk identifikasi masalah 3, dan metode analisis share margin yaitu share cost dan share profit untuk identifikasi masalah 4.

Dari hasil penelitian disimpulkan :

1. Tingkat konsumsi cabai merah di daerah penelitian meningkat dimana pada tahun 2010 kebutuhan konsumsi cabai merah di Kota Medan adalah 1.757.398,40 kg/tahun dan pada tahun 2011 kebutuhan tersebut meningkat sebesar 8.267.583,77 kg/tahun.

2. Volume cabai merah yang masuk ke Kota Medan pada tahun 2011 sebesar 3.524 ton dengan harga rata-rata konsumen Cabai Merah sebesar Rp 22.459 sehingga diperoleh nilai transaksi pada tahun 2011 sebesar Rp 79.145.516. Sedangkan pada tahun 2012, volume cabai merah yang masuk ke Kota Medan sebesar 3.359 dan harga rata-rata konsumen cabai merah sebesa Rp 20.417 sehingga diperoleh jumlah transaksi pada tahun 2012 sebesar Rp 68.580.703. Pada Tahun 2013*) diperoleh data sementara sampai pada bulan Agustus, volume cabai merah yang masuk ke Kota Medan sebesar 2.944 ton dan harga rata-rata konsumen cabai merah sebesar Rp 31.920 sehingga diperoleh jumlah transaksi pada tahun 2013 sebesar Rp 93.972.480.

3. Jumlah marketing bill yang diperoleh dengan menggunakan analisis price

spread ialah Pada saluran tata niaga cabai merah di atas, nilai harga jual petani

adalah Rp.32.000/kg dengan share (%) sebesar 85,56 %. Total share seluruh pedagang adalah sebesar Rp.3.582,22 atau sebesar 9,58% dari harga konsumen akhir, dimana pedagang pengumpul memperoleh share yang lebih tinggi yaitu sebesar Rp2.105/kg atau (5,63%) sedangkan pedagang besar hanya memperoleh share sebesar Rp.505,31/kg (1,35%), dan pada pedagang pengecer memperoleh share sebesar Rp.971,91/kg (2,60%).

4. Share cost tertinggi yang dikeluarkan ialah terdapat pada pedagang Besar

sebesar 54,06% dan share profit tertinggi yang diperoleh paling banyak ialah pada pedagang pengumpul sebesar 84,2%.

Kata Kunci : Tingkat Konsumsi, Volume dan Nilai Transaksi,


(4)

RIWAYAT HIDUP

ARINI PEBRISTYA DUHA lahir pada tanggal 14 Februari 1991 di Medan, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, seorang putri dari pasangan Ayahanda Andri Duha dan Ibunda Miswati.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: 1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Mulia Medan dan tamat

pada tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SLTP Swasta Mulia Medan dan tamat pada tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Mulia Medan dan tamat pada tahun 2008.

4. Tahun 2008 diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Medan melalui jalur PMP.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis adalah sebagai berikut : 1. Anggota Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi

Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

2. Anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Bulan Juli 2012 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Desa Sukajadi Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan.

4. Bulan Mei 2013 melaksanakan penelitian di Pusat Pasar Sentral Kota Medan.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah ”Analisis Marketing Bill

Komoditi Cabai Merah di Kota Medan”. Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi sebagian dari syarat- syarat guna memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebanyak- banyaknya kepada :

1. Bapak Ir. M. Mozart B. Darus. MSc selaku ketua komisi pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Ir. Luhut Sihombing. MP selaku anggota program studi agribisnis sekaligus sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan serta saran dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Seluruh Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis serta kepada seluruh Staf Pengajar dan Pegawai yang ada di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, USU.


(6)

4. Ayahanda tercinta Andri Duha dan Ibunda tercinta Miswati serta kepada adik ku satu-satu nya Erri Julviyani Duha telah memberikan doa dan begitu banyak perhatian, cinta, kasih sayang serta dukungan baik moril maupun materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di waktu yang tepat.

5. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat kepada saya selama penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu petani cabai merah yang ada di Kabupaten Karo serta pedagang sampel yang berada di Medan yang telah bersedia meluangkan waktunya sehingga penulis dapat memperoleh data guna menyempurnakan proses pengerjaan skripsi ini.

7. Pegawai – pegawai yang bekerja di Dinas Pemerintahan baik Dinas Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan, Badan Ketahanan Pangan Kota Medan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, Dinas Perhubungan Sumatera Utara, yang telah banyak membantu penulis dalam mendapatkan data-data yang dibutuhkan

8. Khusus buat adik ku Tasnim Ahsanu Amala yang telah banyak membantu dari awal pengerjaaan skripsi ini sampai akhir penyelesaian skripsi ini, serta terima kasih banyak buat sahabat ku Saria Mahdi Ginting S.Kom dan Irham Fadilah Nasution ST , dan buat saudariku buat kakak- kakak ku tercinta Irma Yusnita Hasibuan SP, Lolisa Efa Matovani SP, Lailan Syafina SP, Sri Ardianti Pratiwi SP, Giska Rizky Aulia SP, Sri Noviyanti SP, Izzatul Dwina Mahsaiba SP, Rizky Utami SP, serta buat adikku Rafika Zahara SP. Serta teman- teman seperjuangan penulis di Departemen


(7)

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara angkatan 2008 khususnya buat Mawaddah Faliha Lubis SP, Puspita Ayu Rahmadianty SP, Theresia Damanik SP, dll yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas dukungan dan semangat yang telah kalian berikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini di kemudian hari. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2013


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka... 7

2.1.1 Tinjauan Agronomi Tanaman Cabai ... 7

2.1.2 Karakteristik Produk dan Produksi Cabai Merah ... 9

2.1.3 Karakteristik Petani Cabai Merah... 11

2.1.4 Konsumsi Cabai Merah di Kota Medan ... 13

2.1.5 Sumber Supply Cabai Merah ke Kota Medan ... 14

2.2 Landasan Teori... 16

2.3 Kerangka pemikiran ... 21

2.4 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian... 25

3.2 Metode Penentuan Sampel... 27

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 27

3.4 Metode Analisis Data ... 28

3.5 Definisi ... 30


(9)

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian ... 33

4.2 Kondisi Geografi Kota Medan ... 34

4.3 Kondisi Demografi Kota Medan ... 35

4.3.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk ... 35

4.3.2 Rasio Kepadatan Penduduk ... 36

4.3.3 Struktur Penduduk ... 37

4.4 Kota Medan Secara Ekonomi ... 38

4.5 Kota Medan Secara sosial ... 40

4.6 Karakterisitk Sampel Penelitian ... 42

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tingkat Konsumsi Cabai Merah... 44

5.2 Analisis Volume dan Nilai Transaksi Cabai Merah ... 46

5.3 Anlisis Marketing Bill Cabai Merah... 49

5.4 Share Cost dan Share Profit Cabai Merah ... 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 53

6.2 Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1 Luas Areal Pasar Tradisional di Kota Medan... 26

2 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Pendududk Kota Medan Tahun 2007-2011... 36

3 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2007-2011... 37

4 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan Tahun 2011... 37

5 Struktur Perekonomian Menurut Lapangan Usaha (ADHB) Kota Medan Tahun 2009-2011... 39

6 Statistik Pembangunan Kota Medan 2007-2011... 41

7 Karakteristik Petani Sampel Cabai Merah di Daerah Penelitian... 42

8 Karakteristik Pedagang Sampel di Daerah Penelitian... 42

9 Karakteristik Pedagang Pengecer di Daerah Penelitian... 43

10 Rata – rata Konsumsi Cabai Merah Kota Medan Per Kecamatan Tahun 2010-2011... 44

11 Rata – rata Volume Transaksi, Harga Konsumen dan Total Nilai Transaksi Cabai Merah Yang Masuk Ke Kota Medan Tahun 2011-2013... 46

12 Rata – rata Nilai Farm Value (harga yang diterima produsen), Consumer Expenditures (harga yang dibayarkan oleh konsumen), dan Marketing Bill (selisih antara harga produsen dan konsumen) Tahun 2011-2012 di Kota Medan... 47


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1 Marketing Bill... 20

2 Skema Kerangka Pemikiran... 23 3 Rata –rata Konsumsi Cabai Merah kg/thn di Kota Medan Per

Kecamatan Tahun 2010-2011...

45


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1 Karakteristik Petani Cabai Merah di Daerah Penelitian

2 Karaktersitik Pedagang Pengumpul Cabai Merah di Daerah Penelitian 3 Karakteristik Pedagang Besar Cabai Merah di Daerah Penelitian

4 Karaktersitik Pedagang Pengecer Cabai Merah di Daerah Penelitian 5 Biaya Penggunaan Bibit Cabai Merah di Daerah Penelitian

6 Biaya Penggunaan Pupuk Pada Usahatani Cabai Merah Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian

7 Biaya Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Cabai Merah Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian

8 Biaya Sarana Produksi Usahatani Cabai Merah Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian

9 Curahan dan Biaya Tenaga Kerja Usahatani Cabai Merah Selama Satu Musim Tanam di Daerah Penelitian

10 Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani Cabai Merah di Daerah Penelitian 11 Distribusi Biaya Penggunaan Habis Pakai Usahatani Cabai Merah di Daerah

Penelitian

12 Biaya Produksi Petani Usahatani Cabai Merah Selama Satu Musim Tanam 13 Produksi dan Penerimaan Usahatani Cabai Merah Per Musim Tanam di

Daerah Penelitian

14 Pendapatan Bersih Usahatani Cabai Merah Per Musim Tanam

15 Biaya Petani Dalam Menyampaikan Cabai Merah Ke Pedagang Pengumpul 16 Volume Pembelian dan Analisis Biaya-biaya Pedagang Pengumpul Cabai

Merah di Daerah Penelitian

17 Volume Pembelian dan Analisis Biaya-biaya Pedagang Besar Cabai Merah di Daerah Penelitian

18 Volume Pembelian dan Analisis Biaya-biaya Pedagang Pengecer Cabai Merah di Daerah Penelitian

19 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kota Medan Tahun 2010 20 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan di Kota Medan Tahun 2011


(13)

21 Proyeksi Konsumsi Cabai Merah di Kota Medan

22 Kebutuhan Konsumsi Cabai Merah di Kota Medan Tahun 2010-2011 23 Volume Cabai Merah Yang Masuk Ke Kota Medan Tahun 2011-2013

24 Perkembangan Rata-rata Harga Konsumen Cabai Merah Tahun 2011-2013 di Kota Medan

25 Perkembangan Rata-rata Harga Produsen Cabai Merah Tahun 2011-2012 di Kabupaten Karo


(14)

ABSTRAK

ARINI PEBRISTYA DUHA (080304018), 2013 dengan judul skripsi “Analisis

Marketing Bill Komoditi Cabai Merah Di Kota Medan”. Penelitian skripsi ini dibimbing oleh Bapak HM. Mozart B. Darus. Msc sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Luhut Sihombing. MP sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian ini dilakukan bulan Mei 2013 di Pusat Pasar Sentral Kota Medan yang dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan pusat penjualan dan pembelian segala jenis hortikultura di kota Medan.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui analisis marketing bill

komoditi cabai merah di kota Medan. Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk identifikasi masalah 1 dan masalah 2, dan metode analisis marketing margin serta metode price spread untuk identifikasi masalah 3, dan metode analisis share margin yaitu share cost dan share profit untuk identifikasi masalah 4.

Dari hasil penelitian disimpulkan :

1. Tingkat konsumsi cabai merah di daerah penelitian meningkat dimana pada tahun 2010 kebutuhan konsumsi cabai merah di Kota Medan adalah 1.757.398,40 kg/tahun dan pada tahun 2011 kebutuhan tersebut meningkat sebesar 8.267.583,77 kg/tahun.

2. Volume cabai merah yang masuk ke Kota Medan pada tahun 2011 sebesar 3.524 ton dengan harga rata-rata konsumen Cabai Merah sebesar Rp 22.459 sehingga diperoleh nilai transaksi pada tahun 2011 sebesar Rp 79.145.516. Sedangkan pada tahun 2012, volume cabai merah yang masuk ke Kota Medan sebesar 3.359 dan harga rata-rata konsumen cabai merah sebesa Rp 20.417 sehingga diperoleh jumlah transaksi pada tahun 2012 sebesar Rp 68.580.703. Pada Tahun 2013*) diperoleh data sementara sampai pada bulan Agustus, volume cabai merah yang masuk ke Kota Medan sebesar 2.944 ton dan harga rata-rata konsumen cabai merah sebesar Rp 31.920 sehingga diperoleh jumlah transaksi pada tahun 2013 sebesar Rp 93.972.480.

3. Jumlah marketing bill yang diperoleh dengan menggunakan analisis price

spread ialah Pada saluran tata niaga cabai merah di atas, nilai harga jual petani

adalah Rp.32.000/kg dengan share (%) sebesar 85,56 %. Total share seluruh pedagang adalah sebesar Rp.3.582,22 atau sebesar 9,58% dari harga konsumen akhir, dimana pedagang pengumpul memperoleh share yang lebih tinggi yaitu sebesar Rp2.105/kg atau (5,63%) sedangkan pedagang besar hanya memperoleh share sebesar Rp.505,31/kg (1,35%), dan pada pedagang pengecer memperoleh share sebesar Rp.971,91/kg (2,60%).

4. Share cost tertinggi yang dikeluarkan ialah terdapat pada pedagang Besar

sebesar 54,06% dan share profit tertinggi yang diperoleh paling banyak ialah pada pedagang pengumpul sebesar 84,2%.

Kata Kunci : Tingkat Konsumsi, Volume dan Nilai Transaksi,


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan sebagai sumber penghasil bahan makan, sumber bahan baku bagi industri, mata pencaharian sebagian besar penduduk, penghasil devisa negara dari ekspor komoditasnya bahkan berpengaruh besar terhadap stabilitas dan keamanan nasional. Diantara berbagai komoditas pertanian yang ada di indonesia khususnya di Provinsi Sumatera Utara, hortikultura merupakan salah satu komoditas yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan (BPS, 2010).

Potensi jenis tanaman hortikultura dilihat dari produksi dan luas panen. Di bawah ini disajikan beberapa komoditas hortikultura yang merupakan komoditas unggulan Provinsi Sumatera Utara meliputi tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan obat-obatan. Tanaman sayuran dan buah-buahan semusim yang merupakan komoditas unggulan di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2010 antara lain : kubis, cabe, kentang, sawi, tomat, semangka, buncis, dan terung. Kedelapan jenis tanaman unggulan ini mempunyai kapasitas produksi terbesar dari 25 jenis tanaman sayuran dan buah-buahan semusim yang ada di Sumatera Utara. Produksi tanaman terbesar kedua pada tahun 2010 adalah tanaman cabe dengan jumlah produksi sebesar 196.347,2 ton dengan luas panen sebesar 21.711 hektar (BPS, 2010).


(16)

Neraca bahan makanan (NBM) merupakan salah satu informasi yang menggambarkan tentang produksi, pengadaan, pemakaian dan ketersediaan bahan makanan yang siap untuk dikonsumsi oleh penduduk di wilayah atau daerah administrasi dalam suatu kurun waktu tertentu. Dengan demikian dari NBM dapat diketahui struktur neraca produksi dan penggunaan pangan secara lengkap. NBM juga memberikan gambaran tentang jumlah dan jenis pangan yang tersedia untuk dikonsumsi langsung oleh penduduk dalam bentuk fisik (Kg Per Kapita Per Tahun atau Gram Per Kapita Per Hari), maupun dalam bentuk zat gizi (Energi, Protein dan Lemak) per kapita per hari (BKP, 2010).

Cabai merah merupakan komoditas agribisnis yang sangat besar pengaruhnya terhadap dinamika perokoniman nasional sehingga dimasukkan dalam jajaran komoditas penyumbang inflasi terbesar yang terjadi setiap tahun. Hal ini karena produk cabai digunakan dalam berbagai produk pangan baik olahan masakan tradisional maupun modern. Petani cabai merah adalah pelaku usahatani yang rasional karena memperuntukkan produknya untuk pasar dan mendapatkan nilai tambah. Sebagai pelaku agribisnis dituntut memiliki pemahaman terhadap sifat produk, kemauan calon pengguna maupun kelembagaan agribisnis cabai agar produk yang dihasilkan memperoleh pendapatan usahatani secara layak

(Anonimousa, 2010).

Tanaman cabai hampir sama dengan tanaman lainnya yang membutuhkan air demi kelangsungan hidupnya, air membantu penyerapan unsur hara (makanan) dari dalam tanah oleh akar tanaman, mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tanaman, melancarkan aerasi udara dan menyuplai oksigen dalam


(17)

tanah. Oleh karena itu, air sangat dibutuhkan demi kelangsungan hidup tanaman, akan tetapi, tentu saja kebutuhan tanaman cabai akan air ini harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman itu sendiri, sebab apabila tanaman tersebut mengalami kekurangan air maka akan menyebabkan terganggunya aerasi udara dalam tanah sehingga perkembangannya akan tertunda dan rentan terhadap penyakit yang membuat tanaman tersebut mati (Setiadi, 2008).

Menurut Harian Berita Tribun Medan yang dikemukan Eris (2012) dapat diketahui pada bulan september 2012, sebanyak tiga kota IHK (Indeks Harga Konsumen) di Sumut mengalami deflasi yaitu suatu periode dimana harga-harga secara umum jatuh dan nilai uang bertambah, deflasi yang terjadi di Medan sebesar 0,02 persen, sibolga sebesar 0,92 persen dan padang sidempuan sebesar 0,54 persen. Satu-satunya kota yang mengalami inflasi meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar adalah daerah Pematang Siantar yaitu sebesar 0,48 persen, turunnya harga komoditi pokok seperti cabai merah, daging dan sayur-sayuran menjadi faktor utama terjadinya deflasi di Kota Medan. Persentase penurunan harga komoditas tersebut adalah cabai merah turun 22,53 persen, cabai rawit turun 10,04 persen, cabai hijau turun 19,34 persen, daging ayam turun 5,29 persen, bawang merah turun 9,61 persen, penurunan harga dan deflasi ini menyebabkan laju inflasi komulatif hingga september 2012 untuk Sumut sebesar 2,95 persen.

Adapun di tingkat nasional rata-ratanya masih mengalami inflasi meski kecil. Membaiknya perekonomian Sumut juga ditandai dengan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Sumut pada triwulan II tahun ini sebesar 108,5, kondisi ini


(18)

menunjukkan ekonomi konsumen terutama didorong oleh peningkatan pendapatan rumah tangga dengan nilai indeks 108,5 semakin membaik dibandingkan triwulan I yang hanya sebesar 104,75. Selain disebabkan peningkatan pendapatan rumah tangga, ITK juga dipengaruhi inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari dengan nilai indeks 112,6. ITK merupakan indikator perkembangan ekonomi tekini yang dihasilkan BPS melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). ITK juga menggambarkan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan dan perkiraan pada triwulan mendatang untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi kondisi inflasi yang terjaga dengan baik di Sumatera Utara ditambah meningkatnya indeks kepecayaan konsumen diyakini mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi Sumut tahun ini dikisaran 6,5 persen hingga 6,8 persen. Pertumbuhan triwulan ketiga diprediksi terjaga di angka 6,5 persen dan trennya akan terus berlanjut hingga akhir tahun (Eris, 2012).

Marketing bill merupakan perbedaan antara total pengeluaran konsumen untuk

semua produk pertanian yang diproduksi didalam negeri dan yang diterima petani untuk produk pertanian yang sama, biaya pemasaran dihitung setiap tahun dan berfungsi sebagai salah satu ukuran margin pemasaran tetap, pada tahun 1976 konsumen telah menghabiskan 164 milliar untuk konsumsi makanan, temasuk dari awal pembelian sekitar dua pe tiga 110 milliar telah di wakili oleh agen pemasaran makanan dan 54 milliar mewakili nilai pertanian pangan yang telah dipasarkan, oleh karena itu konsumen telah membayar dua kali lebih tinggi harga makanan dari jasa pemasaran. Petani telah menerima 34% dari pengeluaran makanan konsumen, yang mana pemasaran pertanian yang diterima sebesar 66%,


(19)

sulit bagi kebanyakan orang untuk melihat pembagian dari pengeluaran konsumen dengan yang di terima petani (Kohls dan Uhl, 1979).

Suatu margin pemasaran dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu dari sudut pandang harga dan biaya pemasaran, pada analisis pemasaran yang sering menggunakan konsep margin pemasaran yang dipandang dari sisi harga, margin pemasaran merupakan selisih harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani produsen. Margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran serta keuntungan lembaga-lembaga pemasaran yang membentuk distribusi margin pemasaan, dalam uraian tersebut marketing margin sama halnya dengan ongkos tataniaga (marketing cost) dan

sama artinya dengan “price spread” dan “marketing charge” (Sudiyono, 2004).

Sampai saat ini Indonesia merupakan negara agraris artinya pertanian masih memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Peranan sektor pertanian di Indonesia tidak perlu diragukan lagi, pembangunan pertanian di arahkan untuk meningkatkan produksi pertanian guna untuk memenuhi kebutuhan pangan dan kebutuhan industri dalam negeri (Soekartawi, 1993).

Adapun daerah sentra penanaman cabai di Indonesia tersebar mulai dari Sumatera Utara sampai dengan Sulawesi selatan. Daerah tersebut masih menerapkan sistem budi daya yang bersifat tradisional, hanya mengandalkan populasi tanaman yang tinggi tanpa diimbangi dengan penerapan teknologi budi daya yang intensif. Daerah sentra penanaman cabai di Sumatera Utara adalah : di daerah Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Batubara, Langkat (BPS, 2010).


(20)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1) Bagaimana tingkat konsumsi cabai merah di Kota Medan pertahun ? 2) Berapa volume dan nilai transaksi cabai merah pertahun di Kota Medan ? 3) Berapa jumlah marketing bill cabai merah di Kota Medan ?

4) Berapa share cost dan share profit cabai merah selama setahun ?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain :

1) Untuk menganalisis tingkat konsumsi cabai merah di Kota Medan.

2) Untuk mengetahui volume dan nilai transaksi cabai merah di Kota Medan. 3) Untuk mengetahui jumlah marketing bill cabai merah di Kota Medan. 4) Untuk menghitung share cost dan share profit selama setahun.

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini, antara lain :

1) Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi para pengambil keputusan untuk perkembangan agribisnis cabai merah.

2) Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan dalam melakukan penelitian.

3) Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi-instansi terkait dalam melaksanakan pembangunan pertanian.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1.Tinjauan Pustaka

2.1.1. Tinjauan Agronomi Tanaman Cabai (Capsicum annum L.)

Cabai (Capsicum annum L.) merupakan suatu komoditas sayuran yang tidak dapat di tinggalkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya Christoper Colombus tidak hanya dikenal sebagai penemu benua Amerika, namun ia adalah orang yang amat berjasa mengenalkan cabai ke masyarakat diluar habitatnya. Tanaman cabai dan keluarganya yang dikenal sekarang ini merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tepatnya berasal dari daerah Bolivia yang beriklim tropis (Setiadi, 2008).

Secara lengkap cabai diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantarum

Subkingdom : Tracheobionta Super Divisi : Spermatopyta

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Sub class : Asteridae

Ordo : Solanale

Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annum L (Keyendh, 2011).


(22)

Secara umum buah cabai memiliki kandungan gizi yang terdiri dari kalori sebesar 311kal, protein 15,9 gr, lemak 6,2 gr, karbohidrat 61,8 gr, kalsium 160 mg, fosfor 370 mg, besi 2,3 mg, vitamin A 576 SI, vitamin B1 0,04 mg, vitamin C 50 mg, dan air 10 g (Setiadi, 2004).

Penanaman cabai dapat dilakukan di ketinggian lahan 1-2.000 m dpl maupun dilahan yang rendah, perlu diperhatikan bahwa lahan mana pun yang dipilih akan berpengaruh pada jenis cabai yang akan ditanam maupun jenis hama dan penyakit yang menyerang cabai itu sendiri, selain itu menanam cabai hendaknya memilih lahan yang agak miring, apalagi ketika masuk pada musim hujan, yaitu bekisar 15-25 %, untuk menghindari genangan air (Dermawan dan Harpenas, 2010).

Cabai besar dipanen setelah berumur 75 - 85 hari setelah tanam, dan dapat dipanen beberapa kali Umur panen cabai tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabai dapat dipanen setiap 2 - 5 hari sekali tergantung dari luas tanaman dan kondisi pasar. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang bertujuan agar cabai dapat disimpan lebih lama. Buah cabai yang rusak akibat hama atau penyakit harus tetap dipanen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabai lain yang sehat. Pisahkan buah cabai yang rusak dari buah cabai yang sehat. Waktu panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan antara 12 - 16 kali dengan selang waktu

3 hari. Buah yang dipetik setelah matang berwarna orange sampai merah


(23)

2.1.2 Karakteristik Produk Dan Produksi Cabai merah

Cabai besar pada umumnya memiliki banyak varietas, walaupun varietas cabai besar banyak tetapi ciri umumnya seragam, diantara nya ialah sebagai berikut : batangnya tegak dengan ketinggian 50-90 cm, tangkai daun nya horizontal atau miring dengan panjang sekitar 1,5 - 4,5 cm. Posisi bunganya menggantung dengan warna mahkota putih. Mahkota ini mempunyai cuping sebanyak 5 -6 helai dengan panjang 1- 1,5 cm dengan lebar sekitar 0,5 cm. Cabe merah ini akan lebih sesuai bila ditanam di daerah kering dengan berhawa panas walaupun daerah tersebut merupakan daerah pegunungan dan curah hujan per tahun antara 600 – 1.250 mm. Tanaman cabe menghendaki tanah dengan pH antara 6,0-7,0 (Samsudin, 1982).

Mutu dan kesegaran sayur sangat jelas menetukan harganya, padahal pada produk hortikultura yang lain sangat jelas bahwa produk sayuran sangat mudah rusak dalam waktu relatif yang singkat karena sayuran mudah cepat membusuk sehingga mutunya menurun dan bahkan sama sekali tidak dapat di konsumsi, hal ini berarti untuk menjaga mutunya sayuran harus di pasok setiap hari untuk menjaga kesegaran nya, hal ini dapat disimpulkan bahwa peluas bisnis dan sayuran cukup besar (Rahardi dkk, 1993).

Karakteristik produk pertanian yaitu :

1. Perishable (mudah rusak, tidak tahan lama).

Adapun produk pertanian dikatakan mudah rusak dan tidak tahan lama, bahwa produk pertanian salah satunya termasuk sayuran yang mudah rusak akibat respirasi, perubahan kimia, serta penampakan berupa


(24)

pelayuan, pengeringan, ataupun pembengkakan yang berair, diikuti pembusukan.

2. Seasonal product (berproduksi secara musiman).

Produk pertanian dikatakan bersifat musiman dikarenakan ketika panen raya, produksi pertanian meningkat sementara permintaan pasar tidak mengalami peningkatan, sehingga harga jual rendah dan petani mengalami kerugian.

3. Bulky atau volumenous (memakan ruang).

Produk pertanian juga bersifat volumenous yang artinya memakan ruang ataupun tempat yang besar sedangkan nilai atau harga nya murah dikarenakan jarak yang harus ditempuh untuk memasarkan produknya tentunya membutuhkan biaya untuk pengepakan dan bongkar muat.

Karakteristik produksi pertanian yaitu :

1. Varying cost of production (biaya produksi yang bermacam-macam).

Adapun produksi dari hasil pertanian juga memiliki biaya produksi yang beraneka ragam yang mana juga memiliki produk olahan jadi.

2. Quality variation (variasi mutunya).

Hasil produksi pertanian juga memiliki mutu yang bagus untuk dikembangkan sebagai hasil industri yang mana harus memenuhi syarat mutu yang diminta dari segi fisik (bentuk, tingkat kematangan, kebersihan, warna), organoleptik (warna, rasa, aroma), dan kimia (kadar air dan kandungan mikroba). sehingga hasil produk olahan tersebut dapat dikonsumsi masyarakat dan dapat diekspor.


(25)

3. Geographic concentration of production (konsentrasi geografis produksi). Konsentrasi geografis produksi dimaksudkan bahwa pada pemakaian produk, sikap terhadap produk yang artinya bahwa produk pertanian memiliki keunggulan masing- masing

(Sihombing, 2011).

2.1.3 Karakteristik Petani Cabai Merah

Petani cabai mayoritas memasarkan produknya dalam bentuk buah cabai segar. Produk ini memilki sifat yang mudah rusak akibat dari perlakuan bongkar muat, transportasi serta penyimpanan. Berdasarkan karakteristik tersebut maka produsen harus memilki perencanaan sejak awal terhadap perlakuan apa saja untuk

menyelamatkan produk yang dihasilkan. Tindakan produsen yang dapat

memperkecil resiko kerusakan produk cabai menjelang pemasaran antara lain :

 Mempersingkat masa tunggu sampai penyerahan (maksimal 6 jam setelah

petik), misalnya dengan menambah pekerja, menyesuaikan saat jam panen dengan jadwal pasar, dan sebagainya.

 Memperkecil ukuran kemasan (misal : isi kemasan < 25 kg) untuk

mengurangi kenaikan suhu akibat proses metabolisme maupun kerusakan fisik akibat tekanan bobot kemasan.

 Bila memungkinkan dilakukan antisipasi sejak dari budidaya dengan

penggunaan varietas yang menghasilkan buah tahan rusak melalui perlakuan pemupukan/pengairan, pemilihan musim, dan sebagainya


(26)

Para Petani belum sepenuhnya menguasai proses penyediaan (produksi dan distribusinya) dapat dilihat dari sisi penawaran. Faktor utama yang menjadi penyebab adalah bahwa petani cabai merah adalah petani kecil-kecil yang proses pengambilan keputusan produksinya diduga tidak ditangani dan ditunjang dengan suatu peramalan produksi dan harga yang baik. Permintaan terhadap cabai merah untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi, yang disebabkan karena tingkat harga yang terjadi di pasar eceran. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar eceran, selain disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan juga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat dijelaskan bahwa kadang-kadang keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah yang ditawarkan relatif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang diminta. Hal inilah yang mengakibatkan harga akan sangat tinggi. Demikian pula terjadi sebaliknya sehingga harga sangat rendah (Anonimousb, 2012).

Petani harus memenuhi kriteria layak secara teknis, ekonomi, dan sosial. Penggunaan Teknologi harus dapat memberikan pendapatan yang lebih besar dibandingkan dengan teknologi sebelumnya. Oleh karena itu, dalam berusaha tani, petani dihadapkan pada biaya yang perlu diperhitungkan dengan seksama untuk

memperoleh pendapatan yang optimal. Beberapa faktor pendukung yang bersifat

teknologi (non kelembagaan) yang diperlukan untuk mengembangkan bisnis budidaya cabai merah berskala usaha kecil, guna mengantisipasi peluang permintaan di atas sebenarnya masih dapat terus dikembangkan dan ditingkatkan. Penataannya mencakup perbaikan serta penyempurnaan dalam penerapan teknologi pada setiap siklus produksi, yang dimulai dari : (a) proses persiapan dan pembuatan pembibitan cabai merah, (b) penyediaan benih cabai merah yang


(27)

unggul dan bebas dari penyakit virus, (c) persiapan lahan budidaya, (d) penerapan teknologi penanaman cabai merah, (e) pemeliharaan tanaman, (f) proses panen, (g) proses penanganan hasil panen dan (h) distribusi dan pemasaran hasil panen (produksi cabai merah) (Anonimousb, 2012).

Daerah sentra penanaman cabai di Sumatera Utara adalah : di daerah Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Batubara, Langkat. Daerah tersebut masih menerapkan sistem budi daya yang bersifat tradisional, hanya mengandalkan populasi tanaman yang tinggi tanpa diimbangi dengan penerapan teknologi budi daya yang intensif (BPS, 2010).

2.1.4 Konsumsi Cabai Merah Di Kota Medan

Konsumen kadang-kadang tergugah oleh banyaknya jenis produk yang di tawarkan di pasar swalayan setempat, dan ingin mengetahui bagaimana semua produk ini berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain, secara khusus pemasaran di defenisikan sebagai telaah aliran produk secara fisik dan elektronik, yaitu dari produsen melalui pedagang perantara kemudian sampai ke konsumen, pemasaran melibatkan banyak kegiatan yang berbeda yang mana menambah nilai produk pada saat produk bergerak melalui sistem tersebut (Downey, dkk, 1987).

Ketersediaan perkapita adalah sejumlah bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi setiap penduduk suatu daerah dalam suatu kurun waktu tertentu, baik dalam bentuk natural maupun bentuk unsur gizi nya, persediaan pangan yang tersedia untuk dikonsumsi diKota Medan yaitu menurut kelompok pangan seperti cabai merah ialah ketersediaan per kapita nya sebesar 2,27 kg per tahun, dan 6,21 gram per hari (BKP, 2010).


(28)

Tingkat konsumsi cabai merah tahun 2007 yang dilakukan BPS menunjukkan tiap rumah tangga di Medan rata-rata mengeluarkan dana Rp 33.395,70 per bulan untuk membeli cabai merah atau 1,3 persen dari seluruh pengeluaran rumah tangga per bulan yang mencapai Rp 3.214.318. Konsumsi itu meningkat jika dibandingkan tahun 2002. Tercatat konsumsi cabai merah rata-rata rumah tangga di Medan tahun 2002 Rp 25.050,59 per bulan dari total biaya yang dikeluarkan rumah tangga Rp 1.896.205 per bulan. Dalam kelompok bumbu-bumbuan konsumsi cabai merah memang menempati posisi paling tinggi, kemudian konsumsi bumbu terbanyak kedua bagi rumah tangga di Medan adalah bawang merah sebanyak Rp 12.570 per bulan, sedangkan bawang putih hanya Rp 5.236 per bulan (Anonimousc, 2010).

2.1.5 Sumber Supply Cabai Merah Ke Kota Medan

Salah satu sumber Supply ataupun penyedia cabai ke Kota Medan adalah berasal dari Kabupaten Karo, menurut Harian Analisa Pasokan cabai merah dari daerah sentra produksi di Berastagi, Kabupaten Karo Sumatera Utara, menyebabkan harga cabai merah kembali mengalami kenaikan. Harga cabai memang kembali mengalami kenaikan dari sebelumnya berkisar Rp14.000 per kilogram hingga Rp16.000 per kilogram, naik menjadi Rp18.000 per kilogram, harga cabai sebelumnya sempat anjlok dari Rp24.000 per kilogram menjadi Rp12.000 per kilogram karena pasokan barang yang melimpah. Namun, harganya naik lagi akibat pasokan barang dari petani di daerah sentra produksi mengalami penurunan, karena hasil panen tidak didukung cuaca yang bagus sehingga aktivitas petani tidak berjalan lancar, sedangkan permintaan dari konsumen terus mengalami kenaikan (Anonimousd, 2012).


(29)

Pengertian dari Supply itu ialah sejumlah barang atau jasa yang ditawarkan kepada pembeli pada suatu pasar waktu, dan harga tertentu, sumber Supply itu terdapat dari:

 Gudang dimana sumber Supply benda hasil pertanian disimpan.  Produksi pertanian sendiri.

Kedua sumber Supply tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor alam atau musim, sehingga sumber Supply bahan pertanian lebih penting daripada bahan-bahan industri (Sihombing, 2011).

Keuntungan dalam berbisnis cabai ini ditentukan oleh hukum pasar, yaitu adanya interaksi antara penawaran dan permintaan. Hal ini disebabkan pasokan cabai tidak selalu ada, yang diakibatkan beberapa faktor, misalnya gagal panen, terkena serangan hama dan serangga, dan permintaan tinggi menjelang hari-hari penting seperti Idul Fitri, Natal, dan hari penting lainnya,akibatnya pasokan menjadi jaarang dan membuat harga cabai melambung (Tosin dan Sari, 2010).

Cabai merah yang dipasarkan dipusat pasar medan (sepanjang jalan sutomo) berasal dari penanaman Karo, adapun daerah penghasil cabai di Sumatera Utara adalah Kabupaten Karo, Simalungun, Deli Serdang, Asahan, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, dan Kota Medan, faktanya bahwa cabai tersedia sepanjang tahun di provinsi Sumatera Utara, hanya saja sering terjadi kelebihan cabai merah segar dipasaran dan bila tidak habis terjual maka cabai tersebut akan dijual dengan harga yang lebih murah dari harga awalnya dan bisa saja dibiarkan membusuk dipasar.


(30)

2.2 Landasan Teori

Pada dasarnya keseluruhan aktivitas ekonomi dapat dikelompokkan kedalam tiga kelompok yaitu :

a) Aktivitas Produksi b) Aktivitas Konsumsi c) Aktivitas Distribusi

Disektor produksi, barang-barang dan jasa yang dihasilkan, disektor konsumsi barang-barang dan jasa dikonsumsi oleh para konsumen. Jarak antara kedua sektor sangat relative, ada yang jauh ada yang dekat. Umumnya jarak fisik produksi dan konsumsi hasil pertanian/ usahatani relatif cukup jauh, karena usahatani berada dipelosok desa yang membutuhkan areal yang cukup luas. Oleh sebab itu jarak ini harus dijembatani agar memenuhi azas yaitu tempat, jumlah, waktu, mutu, jenis, dan pada tingkat harga yang layak dibayar konsumen. Sektor distribusilah yang merupakan jembatan penghubung tersebut, sektor ini lah yang bertanggung jawab untuk memindahkan, mengalokasikan, mendayahgunakan, menganekaragamkan, barang-barang yang dihasilkan disektor produksi, dan disektor inilah tataniaga berperan (Sihombing, 2011).

Istilah tataniaga sering juga disebut pemasaran yang bersumber dari kata

marketing. Kegiatan tataniaga adalah sebagian dari kegiatan distribusi yang

menimbulkan suatu kesan seolah-olah orang-orang yang bergerak didalam bagian ini yang bersifat statis, sedangkan marketing (tataniaga) bersifat dinamis (Sihombing, 2011).


(31)

Mempelajari marketing ada beberapa metode yang digunakan yaitu :

1. Pendekatan fungsi (functional approach), dimana dipelajari bermacam-macam fungsi yang dikehendaki dalam marketing, bagaimana dan siapa yang melaksanakannya.

2. Pendekatan dari segi lembaga (institusional approach), dipelajari bermacam-macam perantara, bagaimana masing-masing berusaha, fungsi-fungsi yang dilaksaanakannya.

3. Pendekatan komoditi barang (commodity approach), mempelajari bagaimana macam-macam barang di pasarkan,lembaga mana yang mengendalikannya

(Hutauruk, 2003).

Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Berhasil tidaknya dalam pencapaian tujuan bisnis tergantung pada keahlian mereka dibidang pemasaran, produksi, keuangan, maupun bidang lain. Selain itu juga tergantung pada kemampuan mereka untuk mengkombinasi fungsi-fungsi tersebut agar organisasi dapat berjalan lancar. Falsafah konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan pembeli/ konsumen. Seluruh kegiatan dalam perusahaan yang menganut konsep pemasaran harus diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut (Swastha dan Irawan, 2008).

Ditinjau dari aspek ekonomi, kegiatan pemasaran pertanian dikatakan sebagai kegiatan yang produktif sebab pemasaran pertanian dapat meningkatkan guna


(32)

waktu (time utility) dapat tersedia bagi konsumen pada setiap waktu untuk meningkatkan guna waktu harus dilakukan aktifitas penyimpanan (storage cost),

guna tempat (place utility) diperlukan pengangkutan yang membutuhkan biaya pemindahan (transfer cost), guna bentuk (form utility) diperlukan untuk pengolahan yang mana membutuhkan biaya pengolahan (processing cost), dan guna kepemilikan (possession utility) merupakan pemindahan hak milik dari produsen ataupun lembaga pemasaran ke konsumen dengan membutuhkan biaya transaksi (Sudiyono, 2004).

Fungsi pemasaran sering digunakan dalam menilai prestasi kerja (performance) proses pemasaran. Hal ini mencerminkan konsensus bahwa pelaksanaan proses pemasaran harus berlangsung secara efisien, teknologi atau prosedur baru hanya boleh diterapkan bila dapat meningkatkan efisiensi proses pemasaran. Fungsi- fungsi pemasaran tidak perlu di selenggarakan dalam suatu urutan yang tetap atau kaku , ada 3 tipe fungsi pemasaran yaitu :

1. Fungsi pertukaran yaitu produk harus dijual dan dibeli sekurang-kurangnya sekali selama proses pemasaran.

2. Fungsi fisis tertentu yaitu seperti pengangkutan, penggudangan, dan pemrosesan produk.

3. Fungsi penyediaan sarana harus dilakukan dalam proses pemasaran, yang mana harus ada informasi pasar yang tersedia


(33)

Biaya produksi merupakan biaya keseluruhan yang dikeluarkan untuk membiayai berbagai faktor produksi dalam suatu usaha , baik biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya dimana jumlah totalnya tetap walaupun jumlah yang di produksi berubah-ubah dalam kapasitas normal, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume produksi (Witjaksono, 2006).

Biaya pemasaran meliputi biaya transaksi (transfer cost) merupakan biaya yang dibutuhkan untuk memindahkan barang antara dua daerah atau lebih, biaya transfer ini meliputi biaya teminal (terminal cost) merupakan biaya bongkar muat, biaya retribusi dan biaya tambahan lainnya, sedangkan biaya transportasi

(transportasi cost) meupakan biaya untuk memindahkan barang antar dua tempat

atau kegiatan tambahan, biaya transportasi ini merupakan fungsi jarak, semakin jauh jaraknya maka semakin tinggi pula biaya transportasinya. Adapun share cost

yang merupakan bagian dari biaya yang dikeluarkan dan share profit yang merupakan bagian dari keuntungan yang didapat oleh seluruh pelaku pemasaran yang terlibat dengan seluruh ongkos tataniaga yang dikeluarkan (Sudiyono, 2004).

Dapat dilihat bahwa permintaan pasar dapat diukur dengan menggunakan volume fisik maupun volume rupiah, dengan mendasarkan pada kedua faktor tersebut (fisik dan rupiah) dapatlah dibuat suatu persentase untuk menyatakan permintaan pasarnya (Swastha dan Irawan, 2008).

Semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat, semakin panjang rantai tata niaga dan semakin besar biaya pemasaran komoditi tersebut, secara teknis dapat dikatakan bahwa semakin pendek rantai tata niaga suatu barang hasil pertanian,


(34)

maka biaya tata niaga semakin rendah, margin tata niaga juga semakin rendah, harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah, dan harga yang diterima produsen semakin tinggi (Daniel, 2002).

Marketing bill merupakan perbedaan harga yang diterima oleh produsen dengan

harga yang dibayarkan oleh konsumen. Dapat dilihat pada sumbu Y yaitu bill dan sumbu X yaitu time, dimana dengan menggunakan kurva dibawah ini, bahwa

marketing bill mempengaruhi consumer expenditures atau pengeluaran konsumen

dan farm value atau harga petani.

Y

CONSUMER EXPENDITURES

BILL

X

Time

Gambar 1: Marketing Bill

Marketing biil sama artinya dengan marketing margin yang terdiri dari berbagai

macam ongkos-ongkos dalam menyalurkan barang dari produsen ke konsumen, jadi marketing margin terdiri dari berbagai margin seperti retail margin, yaitu selisih harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang dibayarkan oleh sipengecer, profit margin merupakan besarnya keuntungan ataupun balas jasa yang diterima oleh setiap middlemen atau lembaga tata niaga

(Kohls dan Uhl, 1979).

Marketing Bill


(35)

2.3 Kerangka pemikiran

Dalam menyalurkan komoditi cabai merah ada 3 pihak yang terlibat yaitu petani sebagai penyedia komoditi, pedagang perantara, dan konsumen akhir. agar dari produsen bisa sampai ke tangan konsumen perlu sektor distribusi dalam pemasarannya, pemasaran sama halnya dengan Tataniaga yang merupakan suatu sistem meliputi cara, model strategi penyampaian barang-barang dan jasa-jasa dari sektor produsen ke sektor konsumen, rangkaian dari proses penyampaian itu banyak variasinya yang dipengaruhi oleh keadaan sosial budaya dan perekonomian masyarakat.

Dalam teori ekonomi lama ada pendapat bahwa Tataniaga juga merupakan kegiatan yang produktif dalam sektor produksi saja, kemudian dalam kemajuan peradaban dan teknologi telah merubah pandangan tersebut yaitu bahwa setiap usaha yang dapat memberikan faedah atau guna (utility) adalah usaha yang juga termasuk kegiatan yang produktif. Kegiaatan tataniaga itu umumnya kebanyakan berorientasi pada kegunaan (utility) yaitu proses penciptaan nilai guna maupun nilai tambah yang terdiri dari : (a) place utility (kegunaan karena tempat), (b)

form utility (kegunaan karena bentuk), (c) possesion/ ownership utility (kegunaan

karena milik) dan, (d) time utility (kegunaan karena waktu).

Salah satu masalah dalam pemasaran hasil pertanian adalah kecilnya persentase harga yang diterima oleh petani dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen. Harga yang rendah ditingkat petani menyebabkan menurunnya kegairahan petani untuk meningkatkan produksinya.


(36)

Marketing bill terdiri dari berbagai macam ongkos-ongkos dalam menyalurkan barang dari produsen ke konsumen, yang terdiri dari marketing margin yaitu berbagai margin seperti retail margin, yaitu selisih harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang dibayarkan oleh sipengecer, profit margin

merupakan besarnya keuntungan ataupun balas jasa yang diterima oleh setiap

middlemen atau lembaga tata niaga.

Marketing bill berubah menurut harga yang dibayarkan konsumen. Umumnya bila

harga yang dibayarkan konsumen itu kecil (turun, bekurang), maka produsen akan menerima persentase lebih kecil daripada harga konsumen itu, dan sebaliknya bila harga yang dibayarkan konsumen naik maka produsen akan menerima persentase lebih besar daripada harga konsumen tadi.

Umumnya marketing bill relatif stabil dibandingkan dengan fluktuasi harga, karena dipengaruhi oleh sistem badan-badan tataniaga, tetapi mengapa fluktuasi

marketing bill ataupun marketing margin tidak sejajar dengan fluktuasi harga itu

sendiri, ini disebabkan karena banyak ongkos tata niaga ditentukan oleh jumlah atau volume atau Supply dan demand barang, dan tidak bergantung terhadap harga barangnya.

Oleh karena itu besarnya biaya pemasaran menentukan tingkat harga yang diterima produsen dan lembaga pelaku distribusi (middleman), dari biaya pemasaran tersebut kita dapat mengetahui share cost yang merupakan bagian dari biaya yang dikeluarkan oleh seluruh pelaku pemasaran dan share profit


(37)

Secara skematis kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

: Menerangkan Hubungan : Menerangkan Pengaruh

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

Produsen Konsumen

Share Profit Share Cost

Fungsi Tataniaga

Konsumsi

middleman

Fungsi pemasaran

Biaya pemasaran

Share Margin Marketing bill

Harga di tingkat produsen

Harga ditingkat konsumen Produksi


(38)

2.4 Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan landasan teori yang telah disusun maka disusun beberapa hipotesis yang akan diuji sebagai berikut:

1) Tingkat konsumsi cabai merah di Kota Medan per tahun terus meningkat.

2) Share cost (biaya) yang dikeluarkan dan share profit (keuntungan) yang


(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive sampling (sampling dengan pertimbangan tertentu) (Sugiarto dkk, 2001).

Daerah penelitian ini dilakukan di Kota Medan provinsi Sumatera Utara tepatnya di Pusat Pasar Tradisional yaitu Pusat Pasar Sentral Kota Medan. Dasar pertimbangan penunjukkan Pusat Pasar di Kota Medan sebagai lokasi penelitian adalah karena merupakan pusat penjualan dan pembelian semua komoditi hortikultura.


(40)

Tabel 1. Luas Areal Pasar Tradisional Di Kota Medan.

No Nama Pasar Luas (m2) Jumlah

Pedagang Lahan Bangunan

1 Pusat Pasar 41.091,00 42.600,00 2.560

2 Halat 5.851,20 2.236,00 576

3 Bakti 3.863,16 1.813,60 533

4 Sukaramai Kebakaran 17 Oktober 2010 950

5 Titi Kuning 5.519,30 1.995,80 356

6 Kemiri 1.030,00 319,20 228

7 Kampung Baru 360,10 262,40 70

8 Timah 2.022,00 1.618,00 336

9 Sambu 3.456,00 3.456,00 780

10 Sambas 2.258,03 2.258,03 644

11 Petisah 24.256,00 34.651,15 2.409

12 Sei Sikambing 6.166,00 2.851,40 794

13 Muara Takus 3.950,10 1.704,15 216

14 Desa Lalang 5.358,00 2.358,00 719

15 Sunggal 943,65 828,00 93

16 Padang Bulan 2.756,60 1.670,00 595

17 Simalingkar 7.370,43 3.519,40 940

18 Kwala Bekala 5.975,03 2.650,03 681

19 Helvetia 5.630,86 3.007,00 1.142

20 Aksara 3.435,20 6.870,40 816

21 Khandak 1.210,34 933,95 100

22 Sentosa Baru 1.628,20 683,00 167

23 Glugur 3.171,00 2.219,70 384

24 Pendidikan 2.013,12 4.026,24 579

25 Medan Deli 8.500,00 5.312,50 1.203

26 Martubung 5.000,00 7.000,00 -

27 Titi Papan 3.986,93 1.532,25 115

28 Labuhan 3.666,00 2.291,25 457

29 Paus 2.215,57 1.303,69 269

30 Jawa 2.707,40 2.425,55 418

31 Kapuas 1.965,45 2.752,00 114

32 Pisang 1.251,00 847,35 125


(41)

3.2 Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan yaitu metode snow-ball sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang bersifat penelusuran, yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian membesar (Sugiyono, 2008).

Dengan metode tersebut maka ditetapkan yang menjadi sampel dalam penelitian adalah pedagang pengecer dan pedagang besar yang ada di pusat pasar serta petani yang ada di Kabupaten Karo. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 sampel untuk keseluruhan sampel dalam menyalurkan cabai merah, karena menurut Bailey dalam Hasan (2002) untuk penelitian yang akan menggunakan analisis statistik, ukuran sampel yang paling minimum adalah 30, dan diperkuat oleh pendapat Gay dalam hasan (2002) dimana metode deskriptif korelasional minimal sebanyak 30 subjek.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani, pedagang perantara, dan konsumen melalui survei dan daftar kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait yaitu : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Badan Ketahanan Pangan Kota Medan, Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan, Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara, literature, buku, dan media lain yang sesuai dengan penelitian ini.


(42)

3.4 Metode Analisis Data

Untuk Tujuan (1) yaitu mengenai tingkat konsumsi cabai merah di Kota Medan pertahun digunakan analisis deskriptif dan menganalisis yaitu dengan mengumpulkan informasi dengan menggunakan data sekunder terhadap instansi yang terkait.

Untuk Tujuan (2), yaitu mengenai volume dan nilai transaksi cabai merah pertahun di Kota Medan. Digunakan analisis deskriptif dan menganalisis dengan mengumpulkan informasi menggunakan data sekunder

Untuk Tujuan (3), yaitu mengenai jumlah marketing bill cabai merah pertahun di Kota Medan untuk mengetahui selisih harga yang diterima produsen dengan harga yang dibayarkan konsumen, dianalisis dengan menggunakan rumus marjin pemasaran dan price spread.

Untuk menghitung marjin pemasaran digunakan rumus :

MP = Pr – Pf atau : MP =

∑ ��

�=

+

∑ ��

�= Keterangan :

MP : Margin Tata Niaga Pr : Harga di tingkat pengecer

Pf : Harga di tingkat petani / produsen

∑� ��

�= : Jumlah biaya tiap lembaga perantara ke-1

∑� ��


(43)

Dan untuk menghitung price spread dengan menggunakan rumus:

S = ��

�� Keterangan :

S : Price spread, dihitung dalam rupiah

Pf : biaya-biaya pada lembaga pemasaran Pr : Harga beli konsumen

(Sihombing, 2011).

Untuk Tujuan (4), yaitu mengenai share cost (biaya) dan share profit

(keuntungan) dianalisis dengan menggunakan share margin yaitu: Menghitung share margin dengan menggunakan rumus :

Sm = ��

�� x 100%

menghitung share cost (biaya) (Sbi) masing-masing lembaga perantara menggunakan model:

Sbi

=

��

��−�� x 100%

Share Profit (keuntungan) (Ski) masing-masing lembaga perantara menggunakan

model :

Ski

=

��

��−�� x 100%

Keterangan :

Sm ; Share margin (%)

Sbi : Share biaya (%)

Bi : Biaya lembaga

Ski : Share keuntungan (%)

Ki : Keuntungan lembaga Pr : Harga ditingkat pengecer

Pf : Harga ditingkat produsen/ petani (Sihombing, 2011).


(44)

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Definisi dan batasan operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahpahaman istilah- istilah yang terdapat dalam penelitian ini.

3.5.1. Definisi

1. Marketing bill merupakan perbedaan harga yang diterima oleh produsen

dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen.

2. Cabai Merah Merupakan salah satu jenis hortikultura yang dikonsumsi dalam bentuk segar maupun olahan.

3. Konsumsi adalah suatu kegiatan untuk menggunakan suatu barang untuk memenuhi kebutuhan.

4. Produsen adalah petani yang mengusahakan cabai merah secara komersil maupun secara sampingan.

5. Middleman merupakan lembaga tata niaga yang menyelenggarakan,

menyalurkan serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.

6. Pedagang pengumpul adalah pedagang yang menjual cabai merah ke pedagang besar dan membelinya dari petani

7. Pedagang besar adalah pedagang yang menjual cabai merah kepada pedagang pengecer dan membelinya dari pedagang pengumpul.

8. Pedagang pengecer adalah pedagang yang berhadapan langsung dengan konsumen.

9. Fungsi tata niaga adalah serangkaian kegiatan fungsional yang dilakukan oleh lembaga-lembaga tata niaga, baik aktivitas proses fisik maupun


(45)

aktivitas jasa yang ditunjukan untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.

10.Pemasaran adalah proses aliran barang dari produsen hingga ke kosumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk (form utility) melalui proses pengolahan, guna tempat (place utility) melalui proses pengangkutan, guna waktu (time utility) melalui proses penyimpanan dan guna kepemilikan

(possesion utility) melalui proses peralihan kepemilikan.

11.Fungsi pemasaran adalah aktivitas, usaha atau jasa-jasa yang dilaksanakan dalam proses penyebaran barang-barang atau jasa-jasa.

12.Saluran pemasaran adalah serangkaian lembaga pemasaran atau perantara yang berperan dalam penyampaian barang atau jasa dari produsen sampai ke konsumen akhir.

13.Tata niaga adalah suatu sistem yang menyoroti gerakan perpindahan barang- barang dan jasa- jasa dari produsen ke konsumen.

14.Biaya tata niaga adalah biaya yang dikeluarkan oleh setiap pedagang perantara dalam menyalurkan cabai merah dari produsen sampai ke konsumen.

15.Harga pada tingkat produsen (Pf) adalah harga jual yang diterima petani terhadap berbagai jenis produk.

16.Harga pada tingkat konsumen (Pr) adalah harga jual yang diterima konsumen terhadap berbagai jenis produk.

17.Share margin adalah persentase antara harga jual petani terhadap harga


(46)

yang telah dikeluarkan, dan share profit yang merupakan persentase keuntungan yang telah diterima.

18.biaya transaksi (transfer cost) adalah biaya yang dibutuhkan untuk memindahkan barang antara dua daerah atau lebih, biaya transfer ini meliputi biaya teminal (terminal cost) merupakan biaya bongkar muat, biaya retribusi dan biaya tambahan lainnya.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pasar Kota Medan.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah pedagang perantara di Kota Medan serta petani cabai merah yang ada di Kabupaten Karo.


(47)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1 Sejarah Kota Medan

Keberadaan Kota Medan saat ini tidak lepas dari dimensi histrois yang panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Putri pada tahun 1590 oleh Guru Patimpus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan Ibukota Residen Sumatera Utara dari Bengkalis ke Medan pada tahun 1887, sebelum akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915.

Secara historis, perkembangan Kota Medan sejak awal memposisikannya menjadi jalur lalu lintas perdagangan, posisinya yang terletak di diekat pertemuan sungai Deli dan Babura, serta adanya kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal perkembangannya, telah mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai pusat perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu. Sedang dijadikanya Kota Medan sebagai Ibukota Deli juga telah mendorong Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai saat ini, disamping merupakan salah satu daerah Kota juga sekaligus sebagai Ibukota Provinsi.


(48)

4.2 Kondisi Geografis Kota Medan

Sebagai salah satu daerah otonom dengan status Kota, maka kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan sangat strategis baik secara regional maupun nasional. Bahkan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai tolak ukur dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah, secara geogrsfis Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka dibagian utara sehingga relative dekat dengan Kota atau Negara yang lebih maju seperti Pulau Penang, Kuala Lumpur Malaysia, dan Singapura.

Berdasarkan surat keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 september 1996 tentang pendefenitif tentang 7 kelurahan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1992 Tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan Kotamadya Daerah Tingkat II, Medan dimekarkan kembali menjadi 21 Kecamatan dengan 151 Kelurahan dan 2.001 lingkungan.

Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi 3030’-3043’ Lintang Utara dan 98035’-98044’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km2. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan topografi yang cenderung miring ke utara dan menjadi tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.


(49)

Disamping itu, Kota Medan berada pada ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut dan secara administratif mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka - Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang - Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang

4.3 Kondisi Demografi Kota Medan

Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka. Secara Demografi Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa transisi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.

4.3.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data BPS Kota Medan diketahui ada peningkatan jumlah penduduk Kota Medan dari 2.083.156 jiwa pada tahun 2007 menjadi 2.102.105 jiwa pada tahun 2008 dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,91%. Sedangkan pada tahun 2009, jumlah penduduk Kota Medan diperkirakan menjadi 2.121.053 jiwa


(50)

atau tumbuh sebesar 0,90% dari tahun sebelumnya. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 penduduk Kota Medan sebanyak 2.097.710 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar -1,11% dari tahun sebelumnya. Sedangkan pada tahun 2011 penduduk Kota Medan sebanyak 2.117.224 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,95% dari tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 2. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Medan Tahun 2007-2011

Tahun Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan Penduduk (%)

2007 2.083.156 0,77

2008 2.102.105 0,91

2009 2.121.053 0,90

2010 2.097.710 -1.11

2011 2.117.224 0,95

Sumber : BPS Kota Medan 2012

4.3.2 Rasio Kapadatan Penduduk

Keadaan jumlah penduduk yang semakin meningkat di Kota Medan juga menyebabkan peningkatan rasio kepadatan penduduk. Hal ini dikarenakan luas wilayah Kota Medan tidak mengalami prubahan (tetap). Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa rasio kepadatan penduduk Kota Medan mengalami peningkatan dari 7.858 jiwa/Km2 pada tahun 2007 menjadi 7.929 jiwa/Km2 pada tahun 2008, dan meningkat kembali menjadi 8.001 jiwa/Km2 pada tahun 2009 dan tahun 2010 mengalami penurunan yaitu 7.913 jiwa/Km2 dan mengalami peningkatan kembali pada tahun 2011 sebesar 7.987 jiwa/Km2. Kecenderungan semakin menyempitnya luas lahan berpeluang menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan antara daya dukung dan daya tampung.


(51)

Tabel 3. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Medan Tahun 2007- 2011.

Indikator Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 Luas Wilayah (Km2) 265,10 265,10 265,10 265,10 265,10 Kepadatan Penduduk 7.858 7.929 8.001 7.913 7.987

Sumber : BPS Kota Medan, 2012

4.3.3 Struktur Penduduk

Struktur penduduk pada suatu daerah sangat ditentukan oleh perkembangan tingkat kelahiran, kematian dan migrasi. Jika angka kelahiran pada suatu daerah cukup tinggi, maka dapat mengakibatkan daerah tersebut tergolong sebagai daerah penduduk usia muda. Keadaan struktur penduduk Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan Tahun 2011.

Golongan Umur

Laki-Laki Perempuan Jumlah Jiwa % Jiwa % Jiwa %

0-4 96.545 9,22 91.044 8,50 187.589 8,86

5-9 99.946 9,55 93.487 8,73 193.433 9,14

10-14 97.101 9,28 91.411 8,54 188.512 8,90

15-19 102.913 9,83 107.751 10,06 210.664 9,95 20-24 115.983 11,08 126.476 11,81 242.459 11,45

25-29 98.368 9,40 10.788 1,01 199.156 9,41

30-34 87.666 8,38 89.331 8,34 176.997 8,36

35-39 78.091 7,46 81.543 7,62 159.634 7,54

40-44 70.080 6,70 72.575 6,78 142.655 6,74

45-49 59.180 5,65 61.495 5,74 120.675 5,70

50-54 49.206 4,70 50.291 4,70 99.497 4,70

55-59 36.707 3,51 36.411 3,40 73.118 3,45

60-64 22.310 2,13 24.687 2,31 46.997 2,22

65-69 14.373 1,37 17.311 1,62 31.684 1,50

70-74 11.337 1,08 14.627 1,37 25.964 1,23

75+ 6.754 0,65 11.436 1,07 18.190 0,86

Jumlah 1.046.560 100,00 1.070.664 100,00 2.117.224 100,00


(52)

4.4 Kota Medan Secara Ekonomi

Pada hakekatnya pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja dan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat. Kinerja pembangunan ekonomi daerah mempunyai peranan yang amat penting karena keberhasilan di bidang ekonomi dapat menyediakan sumber daya yang lebih luas bagi pembangunan daerah di bidang lainnya. Oleh karena itu aspek ekonomi secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai kemajuan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat daerah. Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya kemampuan masing-masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan menggambarkan ketergantungan daerah terhadap kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing-masing sektor ekonomi. Untuk mengetahui struktur perekonomian Kota Medan dapat dilihat dari ontribusi setiap sektor dalam pembentukan PDRB menurut lapangan usaha atas dasar berlaku.


(53)

Tabel 5. Struktur Perekonomian Menurut Lapangan Usaha (ADHB) Kota Medan Tahun 2009-2011.

Sektor/ Lapangan Usaha Kontribusi Terhadap PDRB (%)

2007 2008 2009 2010 2011

Primer 2,81 2,82 2,79 2,67 2,50

a.Pertanian 2,85 2,82 2,79 2,67 2,50

b.Pertambangan dan Penggalian 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00

Sekunder 27,93 27,25 26,20 26,45 26,57

a.Industri Pengolahan 16,28 15,95 14,95 14,97 14,38 b.Listrik, Gas, danair bersih 1,88 1,75 1,71 1,70 1,69

c.Bangunan 9,77 9,55 9,54 9,78 10,50

Tersier 69,26 69,93 71,01 71,90 70,93

a.Perdagangan, Hotel dan Restoran

25,44 25,92 26,84 26,92 25,92 b.Pengangkutan dan Komunikasi 19,02 19,08 19,63 18,95 19,02 c.Keuangan,Persewaan dan Jasa

Perusahaaan.

14,13 14,63 13,85 14,27 15,11

d.Jasa-jasa 10,63 10,29 10,67 10,72 10,88

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kota Medan 2012

Bila dianalisis pada pembentukan PDRB Kota Medan atas dasar harga berlaku (ADHB) lebih jauh, struktur perekonomian Kota Medan menunjukkan bahwa kontribusi sektor primer cenderung semakin menurun selama periode 2007-2011, yakni 2,81% pada tahun 2007 menjadi 2,50% pada tahun 2011 atau turun sebesar 11,32% selama kurun waktu tersebut. Kontribusi sektor sekunder yang mengalami penurunan sebesar 4,87% dari 27,93% pada tahun 2007 menjadi 26,57% tahun 2011. Namun untuk kontribusi sektor tersier menunjukkan peningkatan selama periode tersebut dari 69,21% pada tahun 2007 menjadi 70,93% pada tahun 2011 atau mengalami peningkatam sebesar 2,41%.


(54)

4.5 Kota Medan Secara Sosial

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, keamanan, dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan.

Tingkat partisipasi pendidikan di Kota Medan cenderung menunjukkan penurunan pada tahun 2011 dibandingkan pada tahun sebelumnya.dengan angka partisipasi kasar sebesar (APK) untuk tingkat pendidikan SD/MI sebessar 105,44% untuk tingkat pendidikan SLTP/MTS sebesar 87,53% dan angka partisipasi kasar (APK) untuk tingkat pendidikan SLTA/MA sebesar 86,71%, selain itu untuk melihat indikator lain yang dapat digunakan untuk menilai kemajuan penyelenggaraan pendidikan dapat dilihat dari angka partisipasi sekolah (APS) menurut usia sekolah.

IPM (Indeks Pembangunan Masyarakat) Kota Medan mengalami peningkatan selama periode 2007-2011. Peningkatan IPM Kota Medan mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat cenderung semakin membaik. Selain itu, peningkatan ini juga meningkatkan daya beli masyarakat dan pendapatan masyarakat sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat pendidikan yang ditandai dengan bertambahnya usia harapan hidup, rata-rata lama sekolah dan meningkatnya konsumsu (daya beli) per kapita masyarakat Kota Medan.


(55)

Jumlah penduduk usia sekolah Kota Medan selama periode 2007-2011 menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun untuk seluruh kelompok usia sekolah. Kondisi sosial Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini : Tabel 6. Statistik Pembangunan Kota Medan 2007-2011.

Indikator Satuan Tahun

2007 2008 2009 2010 2011

APK (Angka Partisipasi Kasar)

Persen (%)

- SD/MI Persen (%) 112,18 112,85 113,52 117,08 105,44 - SMP/MTS Persen (%) 98,36 98,49 98,52 90,87 87,53 - SMA/MA Persen (%) 89,34 89,59 90,84 89,13 86,71 APM (Angka Partisipasi

Murni)

Persen (%)

- SD/MI Persen (%) 91,79 92,54 93,29 93,93 90,92 - SMP/MTS Persen (%) 76,18 77,53 78,88 72,15 66,46 - SMA/MA Persen (%) 64,71 65,51 66,31 63,48 56,64 APS (AngkaPartisipasi

Sekolah)

Persen (%)

- 7-12 Persen (%) 99,31 99,50 99,70 99,78 99,17

- 13-15 Persen (%) 94,04 96,00 97,00 96,80 91,54 - 16-18 Persen (%) 79,21 81,00 82,00 83,04 73,66 - 19-24 Persen (%) 24,19 26,00 27,00 32,40 31,50 Angka Kesakitan Umum Persen (%) 20,13 20,15 18,00 16,81

IPM (Indeks Pembangunan Masyarakat)

Persen (%) 75,60 76,00 76,60 77,36 77,81


(56)

4.6 Karakteristik Sampel Penelitian Petani.

Adapun karakteristik petani yang diteliti dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, dan luas lahan. Tabel 7. Karakteristik Petani Sampel Cabai Merah di Daerah Penelitian.

No Uraian Rentang Rataan

1 Umur (tahun) 40-55 47

2 Lama pendidikan (tahun) 6-13 11

3 Pengalaman bertani (tahun) 8-35 21

4 Jumlah tanggungan (jiwa) 2-6 4

5 Luas lahan (m2) 3000-15000 6.850

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa usia petani dapat dikatakan usia produktif sehingga petani masih potensial dalam mengusahakan cabai merah. Tingkat pendidikan petani tergolong tinggi. Petani memiliki pengalaman yang cukup lama dalam hal berusahatani yaitu rata-rata mencapai 21 tahun.

Pedagang Besar

Pedagang besar adalah mereka yang menjual komoditi mereka kepada pedagang pengecer. Karakteristik yang dibahas dalam penelitian ini adalah umur, lama pendidikan dan lama berdagang, dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Karakteristik Pedagang Besar di Daerah penelitian.

No Uraian Rentang Rataan

1 Umur (tahun) 35-42 39

2 Lama pendidikan (tahun) 6-12 11

3 Pengalaman berdagang (tahun) 2-18 10

4 Jumlah tanggungan (jiwa) 2-5 4


(1)

Lampiran 20. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan Di Kota Medan

No Kecamatan Jumlah Penduduk

1 Medan Tuntungan 81.798

2 Medan Johor 103.413

3 Medan Amplas 98.010

4 Medan Denai 110.283

5 Medan Area 88.615

6 Medan Kota 77.2213

7 Medan Maimun 60.030

8 Medan Polonia 66.933

9 Medan Baru 61.795

10 Medan Selayang 90.703

11 Medan Sunggal 97.263

12 Medan Helvetia 113.889

13 Medan Petisah 61.832

14 Medan Barat 70.881

15 Medan Timur 108.758

16 Medan Perjuangan 93.483

17 Medan Tembung 133.784

18 Medan Deli 170.013

19 Medan Labuhan 112.316

20 Medan Marelan 145.788

21 Medan Belawan 95.663


(2)

Lampiran 21. Kebutuhan Konsumsi Cabai Merah di Kota Medan

No Tahun Jenis

Komoditi

Jumlah Konsumsi (Kg/Tahun/Orang)

1 2010 Cabai Merah 2,27

2 2011 Cabai Merah 11,09

Sumber : Badan Ketahanan Pangan Kota Medan


(3)

Lampiran 22. Kebutuhan Konsumsi Cabai Merah di Kota Medan Tahun 2010 dan 2011. Kecamatan Konsumsi Cabai Merah Tahun

2010

Konsumsi Cabai Merah Tahun 2011

Jumlah Kg/thn /org

Kg/Thn Jumlah Kg/thn

/org

Kg/Thn

Medan Tuntungan 70.073 2,27 58.058,99 81.798 11,09 331.106,03 Medan Johor 116.220 2,27 96.294,09 103.413 11,09 418.600,31 Medan Amplas 115.156 2,27 95.412,50 98.010 11,09 396.729,77 Medan Denai 139.939 2,27 115.946,45 110.283 11,09 446.409,04 Medan Area 109.253 2,27 90.521,57 88.615 11,09 358.700,22 Medan Kota 84.292 2,27 69.840,13 77.213 11,09 312.546,64 Medan Maimun 57.859 2,27 47.939,07 60.030 11,09 242.992,43 Medan Polonia 53.427 2,27 44.266,94 66.933 11,09 270.934,74 Medan Baru 44.216 2,27 36.635,16 61.795 11,09 250.136,89 Medan Selayang 85.678 2,27 70.988,50 90.703 11,09 367.152,13 Medan Sunggal 110.667 2,27 91.693,14 97.263 11,09 393.706,03 Medan Helvetia 145.376 2,27 120.451,28 113.889 11,09 461.005,58 Medan Petisah 68.120 2,27 56.440,82 61.832 11,09 250.286,66 Medan Barat 79.098 2,27 65.536,64 70.881 11,09 286.915,65 Medan Timur 113.874 2,27 94.350,30 108.758 11,09 440.236,07 Medan Perjuangan 105.702 2,27 87.579,39 93.483 11,09 378.405,16 Medan Tembung 141.786 2,27 117.476,79 133.784 11,09 541.537,56 Medan Deli 150.076 2,27 124.345,47 170.013 11,09 688.187,12 Medan Labuhan 106.922 2,27 88.590,22 112.316 11,09 454.638,32 Medan Marelan 126.619 2,27 104.910,17 145.788 11,09 590.127,95 Medan Belawan 96.700 2,27 80.120,78 95.663 11,09 387.229,47


(4)

Lampiran 23. Volume (Jumlah) Cabai Merah Yang Masuk Ke Kota Medan

Tahun 2011-2013.

Bulan

Jumlah cabai merah (ton )

2011

(ton)

2012

(ton)

2013

*)

(ton)

Januari

0

0

289

Februari

457

371

321

Maret

460

217

420

April

457

312

482

Mei

0

279

673

Juni

270

281

325

Juli

371

289

297

Agustus

275

160

137

September

170

172

-

Oktober

320

360

-

November

323

401

-

Desember

421

517

-

Total

3524

3359

2944

Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara, Unit Pelaksanaan Penimbangan Kendaraan Bermotor Sibolangit, 2013

Tanda

( -

) data belum tersedia. Tanda ( 0 ) data tidak ada. Tanda ( * ) data sementara.


(5)

Lampiran 24. Perkembangan Rata-rata Harga Konsumen Cabai Merah

Tahun 2011-2013 di Kota Medan.

No

Bulan

Rata-rata Harga Cabai Merah

2011

(Rp)

2012

(Rp)

2013

*)

(Rp)

1

Januari

46.213

20.512

20.619

2

Febuari

31.899

16.938

24.078

3

Maret

19.863

16.556

18.710

4

April

13.827

18.631

21.663

5

Mei

8.913

27.344

36.729

6

Juni

10.232

30.702

41.809

7

Juli

10.829

29.287

45.600

8

Agustus

12.263

27.275

46.155

9

September

26.117

16.056

-

10

Oktober

29.046

17.540

-

11

November

29.143

12.244

-

12

Desember

31.158

11.913

-

Rata-rata

22.459

20.417

31.920

Sumber BKP (Badan Ketahanan Pangan)Medan, 2013.

Tanda

( -

) data belum tersedia. Tanda ( * ) data sementara


(6)

Lampiran 25. Perkembangan Rata-rata Harga Produsen Cabai Merah

Tahun 2011-2012 di Kabupaten Karo.

No

Bulan

Rata-rata Harga Cabai Merah

2011

(Rp)

2012

(Rp)

1

Januari

35.400

12.000

2

Febuari

17.250

10.500

3

Maret

15.500

11.000

4

April

8.500

12.250

5

Mei

5.000

22.500

6

Juni

4.250

24.000

7

Juli

4.750

22.500

8

Agustus

7.500

20.500

9

September

16.000

12.000

10

Oktober

22.500

11.500

11

November

21.500

8.500

12

Desember

25.500

7.000

Rata-rata

15.304

14.521

Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2013