BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Rancangan penelitian berbentuk observasional dengan pendekatan cross sectional karena pengukuran variabel dilakukan pada satu saat, atau tiap subjek hanya diobservasi
saat pemeriksaan.
3.2 Tempat dan waktu
3.2.1 Tempat Penelitian : Klinik Ortodonsia Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan FKG USU
3.2.2 Waktu Penelitian : 6 bulan
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi Penelitian Populasi diambil dari pasien anak-anak umur 9-12 tahun di klinik RSGMP FKG
USU 3.3.2. Perkiraan besar sampel dilakukan dengan rumus :
Zα
2
N = ---------------- PQ
d
2
Keterangan : N : Besar sampel
Zα : derivat baku α, dengan α = 0,55 = 1.96 P : Proporsi kaninus atas yang berpotensi impaksi 78 = 0,78
Q : 1- P = 1- 0,78 = 0,22 d : Tingkat ketetapan absolut, presisi = 10 = 0,1
Universitas Sumatera Utara
Jadi besar sampel : 1,96
2
X 0,78 X 0,22 N = ------------------------ = 65,9 dibulatkan menjadi 66
0,1
2
Minimal sampel sebanyak 66, tapi pada penelitian ini digunakan sampel sebanyak 70
terdiri dari 35 laki-laki dan 35 perempuan.
3.4 Kriteria Sampel
Kriteria Inklusi : - Pasien anak laki-laki dan perempuan yang berumur 9- 12 tahun yang datang di klinik ortodonsia RSGMP
FKG- USU - Molar pertama atas dan insisivus permanen sudah
erupsi sempurna - Kaninus permanen belum erupsi
- Bentuk insisivus lateral tidak peg shape - Umur kronologis pasien 9-12 tahun
- Benih gigi permanen lengkap - Belum pernah dilakukan perawatan ortodonti pada
kaninus permanen yang belum erupsi. Kriteria Eksklusi : - Terdapat kelainan patologis yang mengganggu erupsi
kaninus seperti adanya kista, odontoma - Gigi supernumerary
Universitas Sumatera Utara
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1.1 Variabel Bebas - Posisi benih kaninus yang dilihat pada ronsen foto panoramik
3.5.1.2 Variabel Tergantung - Lokasi sektor mahkota kaninus terhadap insisivus lateral
- Sudut kaninus terhadap garis horizontal bicondilar dan aksis panjang kaninus
- Posisi antero-posterior apeks akar kaninus - Posisi tinggi kaninus terhadap insisivus lateral
3.5.1.3 Variabel Kendali
- Usia 9-12 tahun - Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
- Foto panoramik dari alat panoramik yang sama. 3.5.1.4 Variabel Tidak terkendali
-Ras - Lama dan jarak pengambilan foto
- Hasil ronsen foto 3.5.1 Hubungan antar Variabel
Variabel Bebas
Posisi benih kaninus yang dilihat pada
Roentgen foto panoramik
Variabel tergantung
-
Lokasi sektor mahkota kaninus terhadap insisivus lateral
- Sudut Angulasi kaninus -
Posisi antero-posterior apeks akar kaninus
- Tinggi mahkota kaninus terhadap insisivus lateral dalam
arah vertikal
Variabel Terkendali
-Umur 9-12 tahun -Jenis kelamin
-foto panoramik dari alat panoramik yang sama
Variabel Takterkendali -Ras
-Lama dan jarak pengambilan foto -Hasil ro foto
Universitas Sumatera Utara
3.5.2 Definisi Operasional
- Kaninus impaksi adalah gigi permanen yang terhambat untuk erupsi keposisi fungsional
normalnya oleh karena adanya hambatan fisik dalam jalur erupsinya seperti adanya tulang, gigi atau jaringan fibrous. Gigi impaksi dapat juga didefinisikan sebagai
penundaan waktu erupsi atau yang diperkirakan tidak akan erupsi dengan sempurna berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiografi.
- Klasifikasi prediksi impaksi: Menurut penelitian Lindauer dkk, 1992 dan Warford Jr 2003
.
- Tidak impaksi : Jika posisi mahkota impaksi kaninus berada pada sektor 1
- Diprediksi impaksi : Jika posisi mahkota kaninus berada pada sektor 2-4. - Sektor Menrut penelitian Lindauer dkk, 1992 dan Warford Jr 2003
adalah pembagian area untuk menentukan lokasi mahkota kaninus terhadap insisivus lateral
dan gigi-gigi sekitarnya. Pembagian sektor dibagi menjadi empat bagian yaitu:
Sektor 1: area didistal dari garis tangen kontur distal mahkota dan akar inc lat. Sektor 2: area dimesial dari sektor 1 dan didistal dari sumbu gigi insisivus lat.
Sektor 3: area dimesial dari sektor 2 dan di distal dari tinggi kontur inc. lateral Sektor 4: seluruh area dimesial dari sektor 3.
-Angulasi kaninus impaksi adalah
Sudut angulasi pada gigi yang diprediksi impaksi berdasarkan pengukuran garis referensi
horizontal yang dibentuk dari garis bicondilar nasal floor dan garis aksis panjang kaninus pada sudut mesial.
Gambar 4. Menurut penelitian Wardford Jr 2003 sudut sangat perlu dipertimbangkan apabila kaninus berada di sektor 2, sedangkan apabila kaninus berada disektor 1 sudah pasti
kaninus tidak mengalami impaksi, dan apabila kaninus berada disektor 3 dan 4 besar kemungkinan kaninus akan mengalami impaksi.
Universitas Sumatera Utara
-Garis bicondylar nasal floor yaitu garis horizontal yang dibentuk dengan menghubungkan
titik paling superior condylus kiri ke condylus kanan.
- Aksis panjang kaninus : Garis yang ditarik dari ujung mahkota ke ujung apeks
akar kaninus.
-Posisi antero-posterior apeks akar kaninus
Menurut penelitian Stivaros dan Mandall 2000
adalah posisi yang menggambarkan posisi apeks akar kaninus yang terletak dari regio kaninus hinggga ke regio premolar dua, dimana areanya dibagi 3 grade
yaitu : Grade 1 : ujung apeks akar kaninus diregio kaninus Grade 2 : ujung apeks akar diatas regio premolar satu.
Grade 3 : ujung apeks akar diatas premolar kedua. -Posisi tinggi mahkota kaninus terhadap insisivus lateral dalam arah vertikal
Menurut penelitian Stivaros dan Mandall 2000
adalah posisi yang menggambarkan ujung mahkota kaninus yang berada pada area dari regio dibawah cemento enamel junction hingga diatas ujung akar gigi.
Dibagi 4 grade Gambar 6 yaitu: Grade 1: mahkota kaninus dibawah cemento enamel junction CEJ inc.lateral.
Grade 2: mahkota kaninus berada diatas CEJ tapi kurang dari setengah panjang akar insisivus lateral.
Grade 3: mahkota kaninus berada diantara setengah panjang akar dan ujung akar Grade 4: mahkota kaninus diatas akar insisivus lateral.
Klasifikasi impaksi :
Menurut penelitian Stivaros dan Mandall 2000
Posisi antero-posterior apeks akar kaninus dan Posisi tinggi mahkota kaninus terhadap insisivus lateral dalam arah vertikal.
- Tidak impaksi : Jika posisi mahkota kaninus berada pada grade 1 samapi 2
Universitas Sumatera Utara
- Diprediksi impaksi : Jika posisi mahkota kaninus berada pada sektor 3 – 4
3.6 Bahan, Alat dan Cara