BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Impaksi kaninus maksila merupakan anomali gigi yang sering ditemui dipraktek ortodonti.
1
Semua gigi dapat mengalami impaksi, namun gigi yang paling sering impaksi setelah molar ketiga adalah kaninus.
1,2,3,4
Kaninus maksila 10 kali lebih sering mengalami impaksi dibanding kaninus mandibula. Kasus ortodonti dengan impaksi kaninus maksila
ditemukan dengan prevalensi secara umum 1 - 2. Pada penelitian Ericson dan Kurol 1988 dilaporkan insidennya sebesar 1,7. Insiden penyimpangan kaninus maksila ke
palatal sebanyak 85 lebih umum terjadi daripada penyimpangan labial 15 dan lebih sering pada anak perempuan 1,17 daripada anak laki-laki 0,51 . Impaksi unilateral
jauh lebih umum daripada impaksi bilateral, Mc.Connel dkk dan Sambataro melaporkan bahwa 8 impaksi kaninus adalah bilateral. Kuftinec dkk melaporkan bahwa impaksi
kaninus unilateral lebih sering daripada bilateral dengan ratio 5:1. Impaksi kaninus merupakan masalah yang sering ditemui ortodontis, dapat
mengakibatkan beberapa kemungkinan komplikasi seperti resorbsi dan kerusakan akar gigi tetangga.
1,3,5
6
Kaninus berperan penting bagi fungsi oklusi dan secara estetik membentuk bagian penting dari senyuman. Karena alasan tersebut ortodontis memiliki kewajiban untuk
mencoba memperoleh posisi ideal bagi ke empat kaninus. Ortodontis penting untuk mengetahui kemungkinan kaninus akan mengalami impaksi atau tidak, sehingga dapat
dilakukan perawatan sedini mungkin dengan tujuan untuk menghindari gangguan lebih lanjut selama proses erupsi dan perkembangan oklusal serta mencegah komplikasi seperti
Universitas Sumatera Utara
resorpsi gigi tetangga dan hilangnya induksi atau perkembangan tulang akibat adanya impaksi
Klinisi dapat melakukan pemeriksaan untuk deteksi dini impaksi kaninus dengan menggunakan 3 metode yang simpel yaitu pemeriksaan visual, palpasi dan radiografi
6,7,8
7,11,15
Di antara prosedur diagnostik untuk memprediksi kaninus yang berpotensi mengalami impaksi
yaitu pemeriksaan radiografi panoramik rutin dari gigi bercampur.
1,7,9
Pemeriksaan radiografi telah banyak digunakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian Ericson dan Kurol
1988, mengevaluasi lokasi mahkota kaninus terhadap gigi-gigi di sekitarnya dengan membuat garis referensi horizontal garis yang melalui bidang oklusal dan vertikal garis yang
membagi dua sumbu gigi insisivus sentral. Hasil penelitian menunjukkan jika kaninus overlap dengan insisivus lateralis kurang dari separuh panjang akar, setelah pencabutan
kaninus desidui biasanya posisi kaninus permanen dapat erupsi normal 91. Kaninus yang overlap dengan insisivus lateral lebih dari separuh panjang akar, erupsi normal hanya terjadi
pada 64 .
20
Power dan Short 1993 mempelajari angulasi sebagai prediktor. Hasil penelitian menemukan jika kaninus membentuk sudut lebih dari 31° terhadap garis median,
kemungkinan erupsinya berkurang walaupun gigi kaninus desidui telah diekstraksi. Pada penelitian Lindauer dkk 1992 menggunakan lokasi puncak tonjol kaninus dan hubungannya
dengan insisivus lateral di dekatnya untuk memprediksi impaksi kaninus maksila. Pada penelitian Stivaros dan Mandall 2000 untuk menganalisis faktor-faktor radiografi yang
menentukan tingkat keparahan impaksi kaninus maksila sehingga mempengaruhi keputusan ortodontis untuk menyingkap atau membuang kaninus impaksi tersebut
3,10
Penelitian Warford Jr. 2003 diprediksi impaksi kaninus berdasarkan pengukuran sektor dan angulasi, lalu membandingkan di antara keduanya manakah yang paling akurat dalam
memprediksi impaksi kaninus.
3
Hal tersebut mendorong penulis melakukan penelitian
Universitas Sumatera Utara
mengenai proporsi impaksi kaninus berdasarkan pengukuran sektor, angulasi, posisi antero- posterior apeks akar kaninus dan mahkota kaninus dalam arah vertikal berdasarkan analisis
foto panoramik pasien berumur 9-12 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar proporsi impaksi kaninus maksila, faktor mana yang paling besar proporsinya dan
membandingkan proporsi antara kelompok anak laki-laki dan perempuan.
1.2 Rumusan Masalah