pengguna. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pengemasan informasi, informasi harus dikumpulkan dan diorganisir secara efisien, dianalisis dan disebarluaskan.
Selain itu informasi yang akan dikemas ulang juga harus dilihat tingkat keakuratannya, kelengkapan dan konsitensi informasinya. Dialog Quantum 2004:1 mencatat bahwa untuk
menambah nilai produk informasi, penyedia informasi harus memahami jenis-jenis masalah dalam akses informasi yang paling sering ditemui. Berdasarkan pengetahuan ini, kemasan
informasi dapat menambah nilai atau layanan yang tidak tersedia di tempat lain. Komunikasi antar individu adalah salah satu bentuk penting dari pengemasan ulang informasi.
2.3.1 Pemanfaatan Pengemasan Informasi
Pengemasan informasi merupakan bagian dari sebuah usaha ekonomis dari perpustakaan atau penyedia informasi yang juga akan membawa dampak ekonomis bagi
perpustakaan penyedia informasi dan juga masyarakatpengguna yang memanfaatkannya. Menurut Hartinah2009:4 dalam artikelnya, ada beberapa manfaat ekonomis dari adanya
pengemasan informasi diantaranya adalah: 1. Perpustakaan mampu menyediakan kemasan-kemasan informasi yang siap pakai
yang dapat dijual kepada masyarakatpengguna dengan segmentasi yang telah ditentukan, misal informasi bidang kedokteran yang terkemas akan sangat berguna
bagi para praktisi dan pemerhati di bidang kedokteran. 2. Banjir informasi yang terus menerus apabila tidak ditangani oleh perpustakaan akan
membawa dampak pada pembengkakan cost perawatan dan pengelolaan, sehingga apabila dibandingkan dengan biaya yang dihasilkan dari pemanfaatan informasi akan
sangat tidak signifikan. Dengan pengemasan informasi maka perpustakaan dapat menekan biaya cost bagi perawatan dan pengelolaan, sekaligus dapat memanfaatkan
hasilnya sebagai bentuk layanan“penjualan informasi” di perpustakaan kepada pengguna yang membutuhkan.
3. Bagi pengguna, adanya kemasan informasi ini akan memotong biaya dan juga waktu yang dibutuhkan oleh pengguna dalam mencari, memilih, dan memperoleh
informasi yang dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan pengguna dengan mudah mendapatkan kemasan informasi yang siap pakai dan disediakan oleh perpustakaan
secara mudah, cepat, tepat dan hemat waktu. Misalnya, untuk mendapatkan informasi
Universitas Sumatera Utara
tertentu di perpustakaan, pengguna cukup mengakses database perpustakaan melalui internet yang perpustakaan sebagai “cost institution” menjadi “benefit institution”.
Artinya perpustakaan tidak lagi dianggap sebagai lembaga yang hanya “menyedot” biaya dan punya ketergantungan terhadap biaya, menjadi perpustakaan yang mampu
memberikan keuntungan dan membiayai kegiatannnya sendiri. Pemanfaatan sumber daya informasi elektronik dapat dilihat dari bagaimana sumber
daya informasi elektronik tersebut dimanfaatkan oleh pengguna. Untuk mengetahui bagaimana pengguna memanfaatkan sumber daya informasi di perpustakaan maka perlu
dilakukan evaluasi terhadap pemanfaatan sumber daya informasi elektronik suatu perpustakaan.
2.3.2 Prosedur Pengemasan Informasi