tersebut, kehilangan kesempatan melakukan transaksi investasi ini dapat berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih NAB per unit penyertaan.
2.2. Reksa Dana Syaria h
2.2.1. Pengertian Reksa Dana Syariah
Di Indonesia Reksa Dana Syariah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1998 oleh PT Dana Reksa Invesment Management, dimana pada saat
itu PT Dana reksa mengeluarkan produk Reksa Dana berdasarkan prinsip syariah berjenis Reksa Dana Campuran yang dinamakan Dana reksa Syariah
Berimbang. Reksa dana syariah menurut Bapepam dibentuk oleh PT Dana Reksa
Invesment Management seiring dengan diterbitkannya pasar modal syariah pada tanggal 3 Juli 1997. Peluncuran reksa dana syariah ditandai dengan
diterbitkannya reksa dana syariah dan reksa dana saham pada tahun tersebut. Tahun 2000, tepatnya pada tanggal 3 Juli, PT Dana reksa Invesment
Management bekerja sama dengan Bursa Efek Indonesia mendirikan Jakarta Islamic Index JII dengan tujuan memudahkan investor yang ingin
berinvestasi pada saham-saham yang berdasarkan prinsip syariah. Fatwa DSN Dewan Syariah Nasional MUI
No.20DSN- MUIIX2001 mendefinisikan Reksa dana syariah sebagai reksa dana yang
beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai milik harta shahib al-malrabb al-mal
dengan Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi.
Reksa Dana Syariah ini dapat dijadikan salah satu alternatif masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim untuk ikut serta dalam
kegiatan pasar modal dengan cara yang halal, sesuai syariat agama. Mengingat hal tersebut, Indonesia jelas merupakan pasar potensial untuk
tumbuhnya investasi yang bersifat islami. Pertimbangan keuntungan dan resiko yang akan diterima, tetap menjadi pertimbangan pertama bagi
investor untuk menanamkan modalnya, tidak terkecuali para investor muslim dalam memutuskan untuk berinvestasi pada produk syariah.
Pada kenyataannya, masih banyak keraguan dari kaum awam atas return yang akan diterima dari Reksa Dana Syariah tidak besar atau
menguntungkan dibanding Reksa Dana Konvensional. Keraguan tersebut timbul karena ada dugaan kurang optimalnya pengalokasian produk atau
portofolio investasi, akibat adanya proses screening yang membatasi investasi portofolionya hanya pada produk yang sesuai dengan syariah
Islam, sedangkan produk-produk syariah di Indonesia masih terbatas jumlahnya. Dengan jumlah yang masih sedikit tersebut, apakah bisa
menghasilkan investasi portofolio yang optimal dan outperform, dipihak lain masyarakat pada umumnya bersikap menghindari resiko risk averse
terhadap produk-produk baru yang belum terlihat hasil kinerjanya. Untuk pedoman pelaksanaan investasi syariah berdasarkan Fatwa Dewan Syariah
Nasional No.20DSNMUIIV2001 lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 8.
2.2.2. Akad-akad dalam Reksa Dana Syariah