Merokok menyebabkan iritasi dan merusak saluran pernafasan secara langsung. Hal ini menyebabkan pelbagai gejala seperti nafas berbau, batuk,
produksi sputum, wheezing dan infeksi saluran nafas seperti bronkitis dan pneumonia.
Merokok merupakan faktor resiko terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK seperti bronkitis kronik dan empisema. Empisema ditandai
dengan perubahan struktural yang permanen pada jaringan paru. Berkurangnya funsi jantung paru yang berhubungan dengan PPOK tergantung pada jumlah
rokok yang dihisap dan lama menghisap rokok. Merokok juga merupakan penyebab terutama kanker paru. Iritasi kronik
pada saluran pernafasan dan pelbagai karsinogen dalam asap rokok menyebabkan kerusakan yang permanen pada sel-sel yang melapisi saluran pernafasan.
Kerusakan ini dapat menybabkan kanker Brodish, 1998.
3. Mata dan Penglihatan
Menurut penelitian yang dipublikasi dalam Journal of the American Medical Association, terdapat peningkatan kejadian degenerasi makula pada
perokok. Hal ini dapat disebabkan oleh kekurangan aliran darah ke mata. Katarak juga merupakan kondisi yang dikaitkan dengan merokok Brodish, 1998.
4. Sistem Reproduksi
Infertilitas lebih terjadi pada perokok berbanding bukan perokok. Keguguran sering terjadi akibat kekurangan oksigen pada fetus dan abnormalitas
plasenta yang dipicu oleh karbon monoksia dan nikotin dalam asap rokok. Sudden infant death syndrome dan berat badan lahir rendah juga dapat terjadi pada ibu
yang merokok semasa kehamilan Brodish, 1998.
5. Kanker
Universitas Sumatera Utara
75 bekas perokok menunjukkan perubahan pada DNA yang dapat memicu pembentukan tumor Brodish, 1998. Menurut European Agency for
Safety and Health at Work, terdapat hubungan antara merokok dengan terjadinya kanker:
a Paru b Rongga mulut
c Faring dan laring d Esofagus
e Pankreas f Kandung kemih
g Rongga hidung dan sinus h Lambung
i Hati j Ginjal
k Uterine cervix l Leukemia
2.2. Tekanan Darah
Kontaksi dari ventrikel memproduksi tekanan darah, iaitu tekanan
Universitas Sumatera Utara
hidrostatik dari darah terhadap dinding pembuluh darah. Tekanan darah ditentukan oleh cardiac output volume darah yang diejeksi dari ventrikel kiri atau
kanan ke dalam aorta atau trunkus pulmonal setiap minit, volume darah, dan resistensi vaskuler. Tekanan darah adalah tertinggi di aorta dan arteri-arteri
sistemik yang besar. Pada seorang dewasa yang berisitirahat, tekanan darah adalah sekitar 110 mmHg sistole kontraksi ventrikuler dan serendah 70 mmHg diastole
relaksasi ventrikuler. Tenanan darah sistolik adalah tekanan tertinggi yang tercapai dalam arteri ketika sistol, dan tekanan darah diastolik adalah tekanan
terendah dalam arteri ketika diastol. Seiring dengan darah yang meninggalkan aorta dan melewati sirkulasi sistemik, tekanannya makin jatuh secara progresif
jarak dari ventrikel kiri meningkat. Tekanan darah menjadi sekitar 35 mmHg ketika darah melewati arteri sistemik ke arteriol sistemik dan seterusnya ke
kapiler. Di ujung venous kapiler, tekanan darah adalah sekitar 16 mmHg. Tekanan darah makin jatuh ketika darah memasuki venule sistemik dan vena karena
pembuluh darah ini adalah yang paling jauh dari ventrikel kiri. Akhirnya, tekanan darah menjadi 0 mmHg ketika darah memasuki ventrikel kanan.
Tekanan darah juga dipengaruhi oleh jumlah volume darah dalam sistem kardiovaskuler. Jumlah darah normal pada dewasa adalah sekitar 5 liter.
Sekiranya jumlah ini berkurang lebih dari 10 persen, tekanan darah akan berkurang. Peningkatan jumlah darah pula akan meningkatkan tekanan darah
Tortora Derrickson, 2009.
2.2.1. Klasifikasi Tekanan Darah Tabel 2.2. Klasifikasi Tekanan Darah