17
setepatnya, hidup, kuat, ekonomis, dan segera dapat kita rasakan dan dekat dengan hidup kita sendiri.
Dalam puisi dibutuhkan kekonkretan gambaran, maka ide-ide abstrak yang tidak dapat diungkapkan dengan alat-alat keindraan dapat dihadirkan dalam
gambaran-gambaran indraan. Pradopo 1990:81 membedakan citraan atas visual imagery citra penglihatan, audiotory imagery citra pendengaran, thermal imagery
citra perabaan, movement imagery atau kinesthetic imagery citraan gerak, citraan penciuman dan citraan pengecapan.
1 Imaji Visual Citraan Penglihatan
Imaji visual adalah citraan yang ditimbulkan oleh penglihatan. Citraan penglihatan memberi rangsangan kepada indra penglihatan, hal-hal yang tak terlihat
seolah-olah terlihat.
2 Imaji Auditif Citraan Penglihatan
Alterbernd dalam Pradopo 1990:82 menjelaskan bahwa citraan ini dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara.
3 Imaji Taktil Cita Rasa
Cita rasa ini tidak sering dipakai seperti citra penglihatan dan citra pendengaran.
c. Kata Konkret
Jabrohim 2009:41 mengemukakan bahwa kata konkret adalah kata-kata yang digunakan penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana
batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Penyair berusaha untuk mengonkretkan kata-kata agar dapat memberikan arti yang menyeluruh. Dalam
18
hubungannya dengan pengimajian, kata konkret merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian.
d. Bahasa Figurative atau Majas
Alternbernd dalam Pradopo 1990:62 mengatakan bahasa kiasan ada bermacam-macam,meskipun ada bermacam-macam tetap mempunyai sesuatu hal
yang bersifat umum, yaitu bahasa-bahasa kiasan tersebut memertalikan sesuatu dengan cara menghubungkannya dengan sesuatu yang lain. Jenis-jenis bahasa kiasan
tersebut adalah:
1 Perbandingan
Perbandingan atau perumpamaan atau simile adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal yang lain dengan memergunakan kata-kata
pembanding seperti: seperti, bak, bagai, semisal, seumpama, laksana dan kata-kata pembanding lainnya.
2 Perumpamaan Epos
Perumpamaan atau perbandingan epos adalah perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang, yaitu dibentuk dengan cara melakukan sifat-sifat perbadingannya
lebih lanjut dalam kalimat-kalimat atau frase-frase yang berturut-turut.
3 Metafora
Becker dalam Pradopo 1990:66 mengatakan bahwa metafora itu melihat sesuatu dengan perantara benda lain. Metafora adalah bahasa kiasan seperti
pembanding, hanya tidak menggunakan kata-kata pembanding.
4 Alegori
Alegori ialah cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan
19
kiasan ini mengiaskan hal lain atau kejadian lain. Alegori merupakan metafora yang dilanjutkan.
5 Metonomia
Metonomia dalam bahasa sering disebut kiasan pengganti nama Pradopo 1990:770. Alternbernd dalam Pradopo 1990:77 bahasa ini berupa penggunaan
sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan suatu yang sangat dekat hubunganya untuk menggantikan objek tersebut.
6 Sinekdoki
Alternbernd dalam Pradopo 1990:78 mengemukakan bahwa sinekdok adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda hal
untuk benda itu sendiri. Ada dua macam sinekdoki, yaitu pars prototo sebagian untuk seluruhnya dan totum pro parte keseluruhan untuk sebagian.
7 Versifikasi
Versifikasi meliputi rima, ritma dan metrum.
1 Rima
Rima adalah bunyi yang berulang atau berselang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik-larik puisi Aminnudin 2009:137. Rima adalah
pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Rima merupakan istilah lain untuk persajakan atau persamaan bunyi.
2 Ritma
Ritma dikenal sebagai irama atau wirama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembut bunyi bahasa secara teratur.
3 Metrum
20
Metrum adalah rima yang tetap, artinya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh 1 jumlah suku kata yang tetap, 2 tekanan yang tetap, dan
3 alun suara menaik dan menurun yang tetap.
e. Tata Wajah atau Tipografi