Sludge Lahan Bekas Tambang Batubara

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sludge

Kebutuhan kertas setiap tahunnya meningkat maka pemerintah sedang dan akan terus merencanakan pendirian industri kertas baru atau memperluas industri kertas yang sudah ada. Pada tahun 1997 jumlah pabrik kertas dan barang dari kertas dalam skala besar maupun kecil di Indonesia adalah 345 pabrik dengan nilai produksi sebesar Rp 8,71 milyar. Pada tahun 1999 jumlah pabrik kertas meningkat menjadi 963 pabrik dengan nilai produksi sebesar Rp 12,4 milyar Liana, 2002. Kapasitas produksi bubur kertas pada tahun 1988 sekitar 0,6 juta tontahun, jumlah ini meningkat menjadi 4,9 juta tontahun pada tahun 1999 dan pada tahun 2005 kapasitas tersebut diperkirakan bertambah menjadi 12,7 juta tontahun. Peningkatan produksi industri bubur kertas dan kertas tersebut, juga diikuti dengan meningkatnya jumlah limbah baik limbah padat maupun limbah cair. Jika diasumsikan, 10 dari bahan kayu yang diolah akan menjadi limbah maka dapat dipastikan jumlah limbah yang dihasilkan sangat besar Simarmata, 2004. Tanpa pengelolaan yang tepat, limbah tersebut akan menimbulkan pencemaran lingkungan yang cukup serius Widyati et al., 2005. Sludge merupakan hasil samping dari proses pengolahan limbah sistem lumpur aktif. Produksi sludge per hari menurut Supriyanto 1993 pada umumnya 10 - 50 dari beban COD limbah yang diolah. Sebelum dimanfaatkan sludge harus diolah terlebih dahulu agar diperoleh hasil yang memuaskan diantaranya dengan proses penggumpalan melalui penampungan lumpur hasil pengendapan kemudian hasil penya ringan dibuang L’Hermite, 1988.

2.2. Lahan Bekas Tambang Batubara

Penambangan batubara selain meningkatkan devisa negara juga menimbulkan dampak negatif. Lahan bekas tambang batubara umumnya tidak dapat digunakan lagi sebagai lahan pertanian karena adanya berbagai macam kendala. Dampak yang ditimbulkan dari penambangan tersebut adalah lapisan penutup tanah yang sudah tidak ada karena topsoil dan subsoil dibalik dan digusur, sedangkan bahan induk muncul di permukaan. Penggusuran tersebut menyebabkan hilangnya bahan organik tanah. Tanah yang miskin akan bahan organik kurang mampu dalam menyangga pupuk dan air, karena bahan organik merupakan koloid tanah yang berfungsi dalam pembentukan agregat mikro dan komplek jerapan kolo id Djajakirana, 2001. Kandungan bahan organik yang rendah ini sangat mempengaruhi populasi mikrob pada lahan bekas tambang batubara tersebut. Bahan organik dan mikrob dapat mempengaruhi hubungan kesetimbangan dalam tanah, organisme hidup dapat memindahkan unsur-unsur dari larutan tanah dan menggunakannya untuk membangun jaringan tubuhnya Lindsay, 1979. Proses penggalian pada lahan bekas tambang batubara mengakibatkan terangkatnya bahan-bahan sulfidik ke permukaan sehingga menyebabkan teroksidasi, proses oksidasi terhadap mineral sulfida seperti pirit, akan melepaskan asam-asam sulfat yang berdampak pada menurunnya pH tanah secara drastis. Nilai pH tanah yang masam ini akan mempengaruhi kesetimbangan hara dalam tanah Rochani Damayanti, 1997.

2.3. Karakteristik Umum Bakteri dan Fungi