Bakteri Pereduksi Sulfat Penerapan xilanase juga dilakukan pada industri ternak untuk mengubah

larutan biak sintesis sederhana dengan selulosa atau selubiosa sebagai substrat dan garam-garam amonium sebagai sumber nitrogen Schlegel Schmidt, 1994.

2.6. Bakteri Pereduksi Sulfat

Mikrob anaerobik dapat didefinisikan sebagai mikrob yang tidak memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya dan menggunakan senyawa organik sebagai reduktan. Penerima elektron yang biasa digunakan secara anerobik adalah senyawa organik yang diambil dari substrat asli dalam kondisi oksidasi CO 2 atau sulfat Labeda, 1990. Bakteri anaerobik menyukai tumbuh di lingkungan potensial redoks sebesar -50 mV atau kurang. Hal ini berlaku juga untuk bakteri metanogenik yang membutuhkan potensial redoks -330 mV untuk memulai pertumbuhan. Bakteri pereduksi sulfat dapat tumbuh di lingkungan yang potensia l redoks -100 mV Herbert Gilbert, 1984. Berdasarkan morfologi dan metabolismenya, bakteri pereduksi sulfat dibagi menjadi 8 genus, yaitu Desulvofibrio, Desulfotomaculum, Desulfomonas, Desulfobacter, Desulfolobus, Desulfococcus, Desulfonema, dan Desulfosarcina Freney Boonjawat, 1983. Bakteri dari genus Desulfolobus mempunyai bentuk bulat atau batang berukuran panjang 1,5 - 2,5 dan lebar 0,6 - 1,3µm. Genus ini ada yang bergerak dengan flagela polar tunggal dan ada juga yang tidak bergerak. Desulfolobus sp. bersifat sangat anaerobik dan mereduksi sulfat, sulfit atau thiosulfat menjadi H 2 S Holt et al., 1994. Bakteri genus Desulfomicrobium berbentuk bulat atau batang berukuran 0,6 x 1,3 µm dan bergerak dengan alat yang sama dengan Desulfolobus sp. bakteri dari genus ini selain mereduksi sulfat, sulfit atau thiosulfat juga mereduksi sulfur menjadi H 2 S Holt et al., 1994. Genus Desulfomonas, selnya berbentuk bulat kadang tidak beraturan dengan ukuran panjang 1,2 - 5 µm dan lebar 0,8 – 1,3 µm. Desulfomonas sp. tidak bergerak, bersifat anaerobik dan mereduksi sulfat menjadi H 2 S Holt et al., 1994. Morfologi Desulfovibrio sp. dipengaruhi umur dan kondisi lingkungan. Desulfovibrio sp. mempunyai batang melengkung, tidak membentuk endospora dan bergerak dengan bantuan flagelum polar. Bakteri ini termasuk bakteri Gram- negatif, bersifat khemoautotrof dan memperoleh energi melalui respirasi anaerobik dengan cara mereduksi sulfat atau senyawa bersulfur lainnya yang dapat direduksi menjadi H 2 S. Bakteri ini merupakan bakteri anaerob sejati Pelczar dan Chan, 1988. Genus Desulfovibrio dibagi menjadi 9 spesies. Spesies utama adalah D. desulfuricans dan spesies lain digolongkan terpisah karena sifat kehomogenan dan kestabilan yang berbeda Postgate, 1984. Desulfotomaculum berbentuk batang. Stres atau kultivasi pada suhu rendah menyebabkan filamen mikrob mengerut. Berbeda dengan bakteri pereduksi sulfat lain, genus ini membentuk spora. Masa sporulasi tidak dapat diperkirakan, kadang tidak membentuk spora tetapi kadang dapat membentuk spora lebih dari 90. Spora ini kadang tidak teramati di bawah mikroskop tapi dapat dideteksi dengan ketahanan panasnya. Spora D. nigrifican dapat bertahan hidup pada suhu didih air selama 30 menit Postgate, 1984. Desulfobacter hanya diwakili oleh satu spesies yaitu D. postgatei. Spesies ini berbentuk batang pendek dengan ukuran bervarisi tergantung jenis strainnya. Desulfococcus dan Desulfosarcina juga hanya mempunyai satu spesies yaitu masing- masing D. multivorans dan D. variabilis. Spesies dari genus Desulfonema yaitu D. limicola dan D. magnum membentuk filamen panjang yang dapat bergerak meluncur dan menggulung Postgate, 1984. Beberapa genus bakteri pereduksi sulfat dapat tumbuh secara autotrofik seperti Desulfosarcina Fry, 1987. Berdasarkan cara pengolahan asam-asam organik bakteri pereduksi sulfat dibedakan menjadi dua kelompok. Anggota- anggota kelompok pertama mengoksida donor hidrogen tidak sempurna dan mengeksresi asetat. Termasuk kelompok ini adalah jenis spesies pembentuk spora Desulfotomaculum dan spesies yang tidak membentuk spora yaitu Desulfovibrio. Kelompok kedua mencakup spesies-spesies dan jenis-jenis yang mampu tumbuh dengan menggunakan alkohol, asetat atau asam-asam lemak berbobot molekul tinggi dan bahkan secara kemo-autotrof mampu menggunakan hidrogen atau format. Termasuk dalam kelompok ini adalah Desulfonema, Desulfomaculum, Desulfosarcina dan Desulfococcus Schlegel Schmidt, 1994. Bakteri pereduksi sulfat dapat ditemukan hampir di semua lingkungan di bumi: tanah Postgate, 1984; air tawar, air laut dan air payau, sumber air panas, daerah geotermal Postgate, 1984; sumur minyak dan gas, cadangan sulfur, endapan lumpur, selokan, besi berkarat, rumina kambing dan usus serangga Posgate, 1984. Bakteri pereduksi sulfat mampu beradaptasi dengan perubahan suhu dalam kisaran -5 sampai 75 C, dapat tumbuh pada air dibawah tekanan 1 x 10 5 kPa, dan mampu mentolerir nilai pH sampai 9,5 serta mampu beradaptasi pada kondisi osmotik dengan kisaran yang luas. Selain itu bakteri ini juga dapat mentolerir salinitas sampai 18 Posgate, 1984. Reduksi sulfat dapat terjadi dalam kisaran nilai pH, tekanan, suhu dan kondisi salinitas yang luas. Senyawa yang dapat digunakan sebagai pemberi elektron dalam reduksi sulfat sangat terbatas, diantaranya piruvat, laktat dan molekul hidrogen. Reduksi sulfat dapat dihambat dengan adanya oksigen, nitrat dan ion ferric. Selain itu bakteri pereduksi sulfat dan bakteri metanogenik berkompetisi untuk mendapatkan pemberi elektron. Adanya sulfat lebih menguntungkan bagi bakteri pereduksi sulfat, namun laju reduksi sulfat sering dibatasi oleh keberadaan senyawa karbon sehingga terjasi zonasi habitat. Hidrogen sulfida yang dihasilkan oleh bakteri pereduksi sulfat akan berpengaruh terhadap habitat dan populasinya. Hidrogen sulfida bersifat toksik bagi organisme aerobik, karena unsur S dari senyawa tersebut sangat reaktif terhadap unsur logam dari sistem sitokrom sel organisme Atlas Barha, 1981.

3. METODOLOGI PENELITIAN