5 komodoti yang disimpan. Menurut Pranata 1981, ada empat tipe penyusutan
yang terjadi yaitu susut jumlah atau kuantitatif, susut mutu atau kualitatif, turunnya nilai gizi dan turunnya daya kecambah. Susut jumlah adalah turunnya
bobot atau volume bahan karena sebagian atau seluruhnya dimakan oleh hama, sedangkan susut mutu adalah turunnya mutu secara langsung atau tidak akibat
adanya hama seperti misalnya bahan yang tercampur oleh bangkai, kotoran serangga, potongan tubuh serangga dan bulu tikus.
B. PENGENDALIAN SERANGGA HAMA GUDANG
Pengendalian serangga hama gudang pada hakekatnya adalah mengendalikan populasi. Menurut Shejbal dan Boislambert 1998, saat ini ada
tiga cara pengendalian hama gudang yaitu cara kimia, cara fisika dan cara biologi. Cara fisika dapat dilakukan antara lain dengan suhu tinggi, suhu
rendah, atmosfer terkendali dan gelombang mikro. Pengendalian cara biologi dilakukan antara lain menggunakan parasit hama atau pengembangan varietas
serealia sebagai bahan pangan yang resisten terhadap serangan hama pasca panen melalui upaya pemuliaan. Pengendalian cara kimia merupakan cara
yang paling umum untuk mengatasi hama gudang yakni dengan menggunakan pestisida.
Menurut Triharso 1994, pestisida adalah substansi kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama dalam arti
luas jasad pengganggu. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Pertanian No.434.1KptsTP.27072001 yang masih mengacu pada Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No.7 tahun 1973, definisi pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan
untuk memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman atau hasil pertanian Direktorat Pupuk dan Pestisida, 2002.
Insektisida adalah jenis pestisida yang berfungsi sebagai racun serangga. Berdasarkan cara masuknya ke dalam tubuh serangga 1 racun
perut, yaitu insektisida yang bekerja melalui sistem pencernaan stomach poison
, dan merupakan insektisida yang dicampurkan pada bahan yang biasa dimakan serangga; 2 racun kontak, yaitu insektisida yang meresap ke dalam
6 tubuh serangga melalui permukaan tubuh; dan 3 fumigan, yaitu insektisida
yang masuk ke dalam tubuh melalui alat pernafasan spiraculum Ramulu, 1979.
Metode kimia dengan insektisida sintetis termasuk cara paling umum yang digunakan dalam praktek sehari-hari. Kelebihan penggunaan insektisida
sintetis selama ini terletak pada kemampuannya untuk mengendalikan serangan hama pasca panen secara cepat dan efektif. Akan tetapi insektisida
sintetis juga mempunyai beberapa kekurangan yaitu selain biaya yang mahal juga menimbulkan masalah lain. Menurut Hascoet 1988, akibat dari
pemakaian insektisida sintetis antara lain : 1 adanya bahaya residu dalam bahan pangan; 2 timbulnya resitensi serangga hama gudang terhadap
insektisida sintetis; 3 adanya bahaya insektisida bagi organisme bukan target; dan 4 adanya dampak penurunan populasi biang pengendali hama seperti
parasit dan predator. Dengan banyaknya kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan
insektisida sintetis dalam pemberantasan hama, maka diperlukan suatu alternatif pengendalian yang memungkinkan petani dapat melindungi
tanamannya dengan cara yang ramah lingkungan. Salah satu alternatifnya adalah dengan penggunaan insektisida yang berasal dari tanaman yang lazim
disebut insektisida alami nabati.
C. INSEKTISIDA ALAMI NABATI