• tiang pohon muda berdiameter 10 cm sampai 20 cm. • pohon diameter 20 cm.
Untuk memudahkan pelaksanaannya ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat pertumbuhannya yaitu umumnya 20 m x 20 m pohon, 10 m x 10 m
tiang, 5 m x 5 m pancang, dan 2 m x 2 m anakan. Jumlah seluruh petak contoh adalah 3 petak Gambar 3.
Analisis vegetasi dilakukan untuk mengetahui spesies vegetasi yang dominan dan vegetasi penutup tanah berdasarkan Indeks Nilai Penting INP.
Identifikasi vegetasi dilakukan secara langsung di lokasi penelitian untuk menentukan nama lokal dan nama ilmiah, jika terdapat kesulitan dalam
identifikasi maka dikoleksi untuk kemudian diidentifikasi di herbarium Bogoriense.
INP i = KRi + DRi + FRi Mueller Ellenberg 1974
Keterangan : KRi : kerapatan relatif jenis i DRi : dominansi relatif jenis i
FRi : frekuensi relatif jenis i Data primer yang digunakan dalam penelitian ini, yang merupakan data
hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan meliputi : 1.
Kemiringan lereng yang diukur dengan Helingmeter 2.
Erodibilitas tanah melalui uji laboratorium 3.
Vegetasi melalui analisis vegetasi dengan menggunakan metode kuadrat 4.
Tumbuhan penutup tanah dengan metode line intercept.
3.3.2 Analisis Tanah
Pembuatan profil tanah digali sedalam 1,5 m, kemudian dianalisis kesuburan tanahnya. Analisis tanah ini dilakukan di Balai Penelitian dan
Pengembangan Tanah Bogor.
1.3.3. Identifikasi Model Arsitektur Pohon
Penentuan model arsitektur pohon pinus Pinus merkusii Junghuhn de Vriese, kopi Coffea arabica L. dan rasamala Altingia excelsa Noronha. yang
berada di hutan alam dilakukan berdasarkan ketentuan Halle et al. 1978 dan menggunakan kunci identifikasi yang telah dikembangkan oleh Setiadi 1998.
Selanjutnya beberapa ciri pohon dicatat yaitu pola pertumbuhan batang dan cabang, percabangan, tinggi pohon, tinggi batang bebas cabang, model perakaran,
kedalaman tajuk, diameter tajuk, luas tajuk, diameter batang dan luas bidang dasar.
3.3.4 Parameter Konservasi Tanah dan Air
Parameter konservasi tanah dan air yang diukur pada penelitian di lahan PHBM, hutan alam, dan lahan tanpa tegakan sebagai berikut :
1. Curah hujan
Curah hujan harian diukur dengan penakar hujan otomatis ombrometer yang diletakkan di tempat terbuka.
2. Curahan Tajuk Throughfall
Pengukuran curahan tajuk dilakukan dengan menggunakan lembaran plastik berukuran 1m x 1m dengan kerangka kayu yang ditempatkan di bawah tajuk
pohon. Banyaknya pohon yang diukur untuk curahan tajuk adalah 3 pohon untuk tiap jenis. Kemudian volume curahan tajuk cm
3
yang tertampung dikonversi kedalam satuan tinggi kolom air mm dengan persamaan :
Tfi = Vi Li cm = Vi Li x 10 mm Kaimuddin 1994
Keterangan : Tfi = tinggi curahan tajuk ke-i mm Vi = volume curahan tajuk ke-i cm
3
Li = luas penampungan ke-i cm
2
3. Aliran Batang Stemflow
Pengukuran aliran batang dilakukan dengan menampung air yang mengalir pada batang. Penampungan dilakukan dengan membuat lingkaran spiral dari
selang plastik pada sekeliling permukaan batang dengan salah satu ujungnya diletakkan lebih rendah menuju jerigen penampungan. Banyaknya pohon
yang diukur untuk aliran batang adalah 3 pohon untuk tiap jenis. Kemudian volume aliran batang cm
3
yang tertampung dikonversi kedalam satuan tinggi kolom air mm dengan persamaan :
Sfi = Vi Li cm = Vi Li x 10 mm Kaimuddin 1994
Keterangan : Sfi = tinggi aliran batang ke-i mm Vi = volume aliran batang ke-i cm
3
Li = luas tajuk pohon ke-i cm
2
4. Laju Erosi Tanah
Pengukuran laju erosi tanah untuk suatu kejadian hujan menggunakan petak ukur Stroosnijder 2005. Pada tanah dibuat petak erosi berukuran 12 m x 4 m
memanjang dari atas ke bawah lereng. Banyaknya petak ukur adalah 3 petak sebagai pengulangan. Kemiringan tanah yang akan digunakan seragam yaitu
36. Kemudian pada bagian ujung bawah petak ukur dibuat bak penampungan untuk menampung aliran permukaan dan erosi langsung dari
petak ukur dan bagian atasnya diberi lubang pembagi sebanyak 11 buah Alegre Rao 1996. Lubang pembagi ini berfungsi untuk menghitung
banyaknya air yang luber ketika terjadi luapan. Masing-masing lubang berdiameter ¾ inch dan jarak antar lubang 2 cm. Bak penampungan diberi
penutup untuk menghindari masuknya air secara langsung dari atas. Volume aliran permukaan yang tertampung pada setiap petak ukur dilakukan setiap
hari pada jam yang sama, minimal sebanyak 30 kali pengukuran. Volume aliran permukaan dihitung menggunakan persamaan :
V
ap
= V
1
+ 11V
2
Santosa 1985 Keterangan : V
ap
= volume total aliran permukaan L V
1
= volume aliran permukaan pada wadah I V
2
5. Berat Tanah yang Tererosi
= volume aliran permukaan pada wadah II
Penentuan berat tanah yang tererosi dilakukan dengan cara mengambil contoh air masing-masing 1 liter untuk tiap petak ukur yang telah diaduk terlebih
dahulu sehingga homogen. Pengambilan sampel air dilakukan minimal sebanyak 30 kali hari hujan. Kemudian contoh air disaring dengan kertas
saring yang telah diketahui berat keringnya. Kertas saring beserta endapannya kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 80-85 ⁰C sampai berat konstan.
Berat tanah yang tererosi adalah : W
tc
= W
1
+ W
2
Santosa 1985 Keterangan : W
tc
= berat tanah tererosi g W
1
dan W
2
= berat basah tanah g W
1
atau W
2
= V
d
Vs x W
ksc
– W
ks
5.4. Analisis Data