Penelitian Pendahuluan HASIL DAN PEMBAHASAN

23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan meliputi uji kapasitas tukar kation adsorben, pH adsorben, dan pengamatan molekul adsorben menggunakan mikroskop kamera dengan perbesaran 400x dan 200x. Kapasitas Tukar Kation KTK Hasil analisa Tabel 3 menunjukkan bahwa kapasitas tukar kation adsorben berkisar antara 6,54 – 131,99 meq 100 g. Nilai KTK ini berpengaruh pada kemampuan adsorben untuk mengadsorpsi logam. Zeolit mempunyai kapasitas tukar kation yang sangat tinggi diantara kelima adsorben yang lain. Hal ini dikarenakan kation-kation yang terdapat dalam mineral zeolit tidak terikat kuat dalam kerangka kristalnya sehingga dapat dipertukarkan dengan mudah. Kation-kation dalam struktur rangka zeolit terdiri dari Na, K dan Ca kontribusi berat jenis besar atau Ba, Sr, Mg. Kapasitas tukar kation zeolit merupakan fungsi derajat substitusi Al dan Si dalam kerangka tetrahedral. Sifat pertukaran kation zeolit ditentukan oleh struktur kristalnya. Struktur kristal zeolit tersusun atas alumina AlO 45- dan silikat SiO 44- . Kristal zeolit bersifat agak lunak dan kandungan air dalam kristal dapat dilepaskan dengan pemanasan. Tabel 3. Kapasitas Tukar Kation Adsorben Jenis Adsorben KTK meq100g Arang aktif 11,93 Bentonit 77,34 Diatomit 12,70 Kaolin 42,71 Talk 6,54 Zeolit 131,99 24 Selain zeolit, bentonit juga memiliki kemampuan menukar kation yang besar yaitu sebesar 77,34 meq 100g. Penyusun utama bentonit adalah tanah liat monmorillonit terdiri dari Al dan Si yang kekurangan satu elektron sehingga mudah menerima kation. Oleh karena itu, bentonit memiliki kapasitas pertukaran ion karena kemampuannya untuk menerima kation. Hal ini menyebabkan senyawa yang diadsorpsi cenderung menempel pada permukaan lempung. Menurut Dinas Pertambangan dan Energi Jawa Barat 2005, posisi pertukaran ion bentonit lebih banyak diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium. Nilai pH Dari analisa diketahui bahwa talk memiliki pH yang tertinggi diantara kelima adsorben yang lainnya. Adsorben – adsorben yang digunakan dalam pemurnian biodiesel ini memiliki pH antara 4, 40 - 6,50. Nilai pH ini ada dikisaran asam. Nilai pH adsorben tidak berpengaruh terhadap kemampuan mengadsorp dari adsorben itu sendiri, namun menunjukkan komponen penyusun adsorben. Tabel 4. Kadar pH adsorben Jenis Adsorben pH Arang aktif 6,30 Bentonit 4,40 Diatomit 6,30 Kaolin 5,50 Talk 6,50 Zeolit 5,50 Arang yang telah diaktifkan memiliki nilai pH sama dengan diatomit yang belum diaktivasi yaitu sebesar 6,30. Nilai pH ini lebih besar dari pH bentonit, kaolin dan zeolit. Bentonit memiliki pH yang paling rendah diantara adsorben yang lain. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Mineral dan Batu Bara 2005, tipe bentonit ini kurang mengembang jika dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi di dalam air. Perbandingan Na dan Ca rendah. 25 Partikel Adsorben Dari Gambar 9, terlihat bahwa arang aktif memiliki banyak pori-pori terbuka sehingga menyebabkan daya adsorbsi arang aktif tinggi. Arang aktif mempunyai bentuk amorf yang terdiri dari pelat-pelat datar, disusun oleh atom-atom C yang terikat secara kovalen dalam suatu kisi heksagon. Gambar 8. Partikel Arang Aktif Perbesaran 200x Gambar 9. Partikel Bentonit Perbesaran 200x Dari Gambar 9 terlihat partikel bentonit yang sangat halus. Partikel diatomit Gambar 10 lebih besar ukurannya dibandingkan dengan partikel bentonit, kaolin, talk dan zeolit. Partikel diatomit berbentuk atom atau bulat. Partikel kaolin Gambar 11 memiliki ukuran yang halus. Partikel talk dan zeolit Gambar 12 dan 13 memiliki tipe yang sama. 26 Gambar 10. Partikel Diatomit Perbesaran 200x Gambar 11. Partikel Kaolin Perbesaran 200x Gambar 12. Partikel Talk Perbesaran 200x 27 Gambar 13. Partikel Zeolit Perbesaran 400x dan 200x Dari Gambar 8, 9, 10, 11 dan 12 dapat dilihat bahwa bentuk partikel dari adsorben berbeda-beda. Arang aktif terlihat banyak memiliki rongga-rongga, hal ini dikarenakan arang telah diaktivasi sehingga rongga arang aktif bebas dari senyawa lain atau kotoran. Adsorben lainnya yang tidak diaktivasi tidak terlihat rongga atau porinya.

B. Penelitian Utama