32
4. Kadar Abu Tersulfat
Kadar abu tersulfat menunjukkan jumlah sisa abu mineral yang tersulfat, residu ini dapat berasal dari katalis yang digunakan pada proses
esterifikasi. Dari hasil analisa keragaman pada taraf α=5 Lampiran 6
diketahui bahwa jenis adsorben tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu tersulfat yang dihasilkan.
Dari Tabel 8 diketahui bahwa kadar abu tersulfat biodiesel setelah pemurnian berkisar antara 0,100-0,195. Nilai ini lebih rendah dari dari
kadar abu tersulfat sebelum pemurnian. Kadar abu tersulfat biodiesel cuci lebih rendah dari biodiesel yang dimurnikan dengan adsorben. Hal ini
dimungkinkan kemampuan adsorben untuk mengadsorpsi residu mineral masih rendah karena belum diaktivasi. Sedangkan arang yang telah
diaktifkan juga kurang memiliki kemampuan untuk mengadsorp. Secara keseluruhan penggunaan adsorben untuk pemurnian biodiesel
dapat menurunkan kadar abu tersulfat walaupun dalam jumlah yang sangat kecil. Adsorben dapat mengadsorp residu mineral yang ada pada biodiesel,
tetapi kemampuan adsorpsi adsorben masih rendah. Tabel 8. Kadar abu tersulfat biodiesel
Jenis adsorben Kadar abu sulfat
massa
Biodiesel kasar 0,297
Biodiesel cuci 0,100
Arang aktif 0,184
Bentonit 0,165 Diatomit 0,194
Kaolin 0,170 Talk 0,168
Zeolit 0,195 Hasil analisa menunjukkan bahwa biodiesel yang dihasilkan tidak
memenuhi Standar Nasional Biodiesel untuk kadar abu tersulfat yaitu sebesar 0,002 massa.
33
5. Kadar Air
Hasil analisa keragaman Lampiran 4 menunjukkan bahwa jenis adsorben tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air biodiesel. Kandungan
air biodiesel menurut SNI 04-7182-2006 maksimum 0,05 . Dari hasil analisa menunjukkan bahwa biodiesel yang dihasilkan tidak memenuhi
Standar Nasional Biodiesel untuk kadar air yaitu sebesar 0,05 . Pada Gambar 15, dapat dilihat bahwa kadar air biodiesel yang dimurnikan
dengan adsorben berkisar 0.981-0.985 . Hasil ini lebih baik dari biodiesel cuci. Biodiesel yang dicuci 3 kali, kadar airnya lebih tinggi
dibanding dengan biodiesel kasar dan biodiesel yang dimurnikan dengan adsorben yaitu 0,988. Dari keenam adsorben yang digunakan,
pemurnian dengan zeolit menghasilkan kadar air sama dengan biodiesel awal yaitu 0,985.
Daya adsorp adsorben yang rendah terhadap air dikarenakan adsorben belum diaktivasi sehingga daya ikatnya terhadap air kurang.
Adsorben jenis clay memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi molekul air karena adsorben clay bersifat polar, kecuali pada talk yang bersifat
hidrofobik di permukaan dan hidrofilik pada pinggiran talk. Untuk memaksimalkan daya adsorp ini sebaiknya adsorben diaktivasi. Arang
aktif juga tidak lebih baik dalam mengadsorp molekul air karena hanya sebagian permukaan yang mempunyai daya serap bersifat non polar. Hal
ini karena permukaan arang aktif bersifat heterogen, penyerapannya hanya terjadi pada permukaan yang aktif saja.
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa affinitas diatomit arang aktif bentonit talk kaolinzeolit. Affinitas adsorben menunjukkan
kemampuan adsorben untuk mengadsorpsi molekul air. Affinitas adsorben ini dipengaruhi oleh pada ikatan antar 2 lapisan yang berdekatan. Pada
mineral 2:1 unsubstitute ikatan tersebut lemah sehingga air tidak masuk ke interlayer.
34
0.976 0.978
0.980 0.982
0.984 0.986
0.988 0.990
biodiesel cuci
arang aktif
bentonit diatomit
kaolin talk
zeolit biodiesel
kasar
jenis adsorben kad
ar ai
r vo
l
Gambar 15. Diagram batang kadar air biodiesel berdasarkan jenis adsorben
Adanya air dalam biodiesel akan menyebabkan mesin diesel aus yang akhirnya akan menyebabkan korosi. Kandungan air yang tinggi
dalam biodiesel akan sangat mempengaruhi dalam penyimpanan biodiesel. Selain itu adanya air juga menyebabkan hidrolisis yang
menghasilkan asam lemak bebas.
6. Pembobotan secara Subjektif