Profil Pengusaha Genteng Industri Genteng di Dukuh Penambangan

baru dijemur. Kalau dulu itu prosesnya panjang banget tidak cukup lima hari....” Sukarsih, 33 tahun pengusaha genteng. Wawancara tanggal 6 Maret 2013.

2. Profil Pengusaha Genteng

Masyarakat Dukuh Penambangan yang memiliki mata pencaharaian sebagai pengusaha genteng sejumlah 22 orang, diketahui ada sekitar 17 pengusaha 77.3 yang menyatakan usaha genteng yang dimiliki, mereka dapatkan dari warisan orang tua diperoleh secara turun-temurun. Sedangkan 5 pengusaha 22.7 memiliki industri genteng karena berasal dari modal sendiri. Selain menggunakan tenaga buruh dalam kegiatan produksi, mereka juga melibatkan anggota- anggota keluarganya. Hampir semua pengusaha genteng di Dukuh Penambangan sudah berkeluarga atau menikah dan termasuk kedalam golongan usia produktif. Pelaku usaha industri genteng mayoritas merupakan masyarakat asli Dukuh Penambangan. Mereka rata-rata sudah tinggal dan menetap lama di dukuh ini. Industri genteng di daerah ini masih tergolong industri rumah tangga home industry sebab industri yang dimiliki masih merupakan usaha turun temurun atau warisan dari orang tua, selian itu para pengusaha industri genteng di Dukuh Penambangan belum mengenal pembukuan pendapatan secara lebih terperinci. Para pekerja di industri genteng mayoritas berasal dari Dukuh Penambangan dan dari sekitar Desa Kedawung. Ada juga pengusaha genteng yang turut serta melibatkan anggota keluarga bekerja di pabrik. Besarnya pendapatan para pengusaha genteng tergantung pada besarnya pesanan genteng dari pembeli. Pengusaha genteng biasanya memasarkan hasil produksinya melalui penyetok genteng yang sudah ditentukan oleh masing-masing kedua pihak. Latar belakang usaha industri genteng di Dukuh Penambangan sebagian merupakan usaha yang diwariskan dari keluarga sendiri. Meskipun ada sebagian pengusaha yang mendirikan usaha industri gentengnya dengan modal yang dimilikinya sendiri. Menjadi seorang pengusaha genteng tidak begitu mementingkan pendidikan formal yang ditempuh. Akan tetapi, tidak lantas membuat para pengusaha genteng tidak pernah mengenyam pendidikan. Pengusaha genteng umumnya berpendidikan menengah kebawah. Tingkat pendidikan tidak berpengaruh pada seseorang yang akan menjadi pengusaha genteng. Hal ini cukup beralasan, sebab seseorang yang memiliki pendidikan tinggi akan tetapi tidak memiliki warisan berupa industri genteng dari orang tua atau tidak memiliki modal, belum tentu bisa menjadi juragan genteng pengusaha genteng. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang informan berikut ini: “Pendidikan ya tidak telalu penting. Masalahnya kan untuk di genteng itu ga pernah ada rekap modal dan laba itu ga ada, yang penting itu berjalan dengan sendirinya. Ya, pendidikan tidak begitu berpengaruh, yang penting ada modal ya bisa jalan gitu. Menjadi pengusaha genteng itu turun-temurun, tidak perlu ada pengetahuan khusus. Kebanyakan ya warisan, sekitar 75 yang lain si mungkin karena ada modal terus coba-coba terus berjalan gitu. Kalau yang karena pendidikan tinggi trus jadi juragan itu ga mesti, ga mesti jadi pengusaha genteng....” Sukarsih, 33 tahun pengusaha genteng. Wawancara tanggal 6 Maret 2013.

C. Persepsi Masyarakat tentang Blumbang Lahan Bekas Galian di