Valuasi Ekonomi Kegiatan Penambangan Galian C terhadap kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Aceh Utara

(1)

VALUASI EKONOMI KEGIATANPENAMBANGAN

GALIAN C TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

DI KABUPATEN ACEH UTARA

DISERTASI

Oleh

RUSYDI

NIM.068106010

Program Doktor ( S3 )

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

VALUASI EKONOMI KEGIATAN PENAMBANGAN

GALIAN C TERHADAP KESEJAHTERAAN

MASYARAKATDI KABUPATEN ACEH UTARA

DISERTASI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dalam Program Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dibawah pimpinan Rektor Universitas Sumatera Utara Prof.Dr.dr. Syahril Pasaribu. DTM&H,M.Sc, (CTM),SP.A(K) untuk dipertahankan

dihadapan sidang Terbuka Senat Universitas Sumatera Utara

Oleh

RUSYDI

NIM.068106010

Program Doktor ( S3 )

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

Judul Disertasi : VALUASI EKONOMI KEGIATAN PENAMBANGAN GALIAN C TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH UTARA

Nama Mahasiswa : RUSYDI Nomor Induk Mahasiswa :

068106010

Program Studi : Doktor (S3) Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Menyetujui Komisi Pembimbing

Promotor

(Prof. Dr. Ir. A.Rahim Matondang, MSIE)

(Prof . Dr. Ramli,SE,. MS) Co-Promotor

(Dr . Ishak Hasan, M.Si) Co-Promotor

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.Dr.Retno Widhiastuti.,MS) (Prof.Dr.Erman Munir.,M.Sc)

Tanggal Lulus: 8 April 2014


(4)

Telah diuji pada ujian terbuka (Promosi) Tanggal : 8 April 2014

PANITIA PENGUJI DISERTASI

Pimpinan sidang : Prof. Dr.dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM) Sp.A(K) (Rektor Universitas Sumatera Utara)

Ketua : Prof. Dr.A.Rahim Matondang, MSIE (USU Medan) Anggota : Prof. Dr. Ramli.SE., MS (USU Medan)

: Dr.Ishak Hasan., M.Si (UNSYIAH Banda Aceh) : Prof. Dr.Ir.Sumono (USU Medan)

: Prof. Dr.Retno Widhiastuti.,MS (USU Medan) : Prof. Dr.Ritha Dalimunthe.,M.Si (USU Medan) : Dr.Apridar.SE.,M.Si (UNIMAL Lhokseumawe)


(5)

PERNYATAAN

Judul Disertasi

“VALUASI EKONOMI KEGIATAN PENAMBANGAN GALIAN C TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

DI KABUPATEN ACEH UTARA”

Dengan ini penulis menyatakan bahwa disertasi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari karya orang lain dalam penulisan disertasi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan imiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagain disertasi ini bukan karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku .

Medan, 8 April 2014 Penulis,


(6)

VALUASI EKONOMI KEGIATAN PENAMBANGAN GALIAN C TERHADAP

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui valuasi ekonomi kegiatan penambangan galian C terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Utara, sehingga penambangan yang tidak mendukung kelangsungan kehidupan masa depan dapat dikurangi dan bisa meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. Penelitian dilakukan di beberapa kecamatan dalam Kabupaten Aceh Utara provinsi Aceh . Parameter yang diamati ada beberapa variabel, terbukanya lapangan kerja, kerusakan lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini juga menggunakan model regresi untuk melihat pengaruh valuasi ekonomi dampak lingkungan penambangan terhadap kesejahteraan masyarakat, dan nilai yang harus dibayar pengusaha pada Pemerintah daerah dengan motode menghitung ongkos produksi dan unit rent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak kegiatan penambangan galian C yang terdiri dari variabel terbukanya lapangan kerja berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat, sedangkan kerusakan lingkungan menunjukkan pengaruh negatif terhadap kesejahteraan masyarakat sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Dan hasil kelayakan pengutipan biaya pasir sebesar Rp.80.000/truk dan untuk Koral dengan biaya Rp.120.000/truk sedangkan untuk biaya kerikil sebesar Rp.124.000/truk. Model regresi menunjukkan bahwa variabel terbukanya lapangan kerja menunjukkan pengaruh sebesar 62 %, sedangkan kerusakan lingkungan berpengaruh sebesar 49 % terhadap kesejahteraan masyarakat. Sedangkan pengaruh total dari kedua variabel yaitu terbukanya lapangan kerja , kerusakan lingkungan terhadap kesejahteraan masyarakat adalah sebesar 39 %. Dengan demikian kesejahteraan masyarakat dengan adanya pengaruh dari dampak kegiatan penambangan mempunyai pengaruh positif.

Kata kunci : Valuasi ekonomi, kegiatan penambangan galian C, kesejahteraan masyarakat


(7)

ECONOMIC VALUATIONACTIVITY QUARRYING C MINING ON WELFARE SOCIETY IN THE DISTRICT NORTH ACEH

ABSTRACT

The economic valuation of mining quarrying C on welfare in North Aceh district, to support the sustainaibility and improve the welfare of sociaty. The study was conducted in places in North districs Aceh. The observed parameters are work opportunities, environmental degradation, and social welfare. This studyalso uses a regression model to see the effect of the economic valuation of the environmental impact of mining on public welfare, and the value to be paid to the local government employers using the cost of production and the unit rent. The results of budget showedthat the impact of mining quarring C consists of variable work opportunities a possitive effect on the welfare of the community eccording hyphothesis . The resulting feasibility citations sales cost sand Rp.80.000/tucts cost of sant and coral at a cost to Rp.120.000/tructs while for the cost of Rp.124.000/truct gravel. The regression model showed that the work opportunities demontrate the effect by 62 % , while the effect of environmental damage by 49 % against the public welfare. While the total effect of the two variables work opportunities environmental damage to the walfare of society is at 39 %. Thus the publict welfare with the influence of the impact of mining activities a positive effect.

Keyword: economic valuation, miningactivities quarrying C, the public welfare


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Aceh Utara, Aceh Pada Tanggal 31 Desember 1966, dari Abu bernama Abubakar Umar dan ibu Raflah Hasan , sebagai Anak keenam dari enam bersaudara. Tahun 1995 penulis melanjutkan pendidikan Sarjana S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, lulus tahun 1999. Pada tahun 2001 penulis mendapatkan kesempatan mengikuti Program S2 pada Program Ilmu Ekonomi, Universitas Padjadjaran Bandung, Lulus tahun 2003. Kemudian pada tahun 2007 penulis mengikuti Program S3 pada Program Sumberdaya Alam dan Lingkungan , Universitas Sumatera Utara. Beasiswa Pendidikan Pascasarjana diperoleh dari Bantuan Pendidikan dari APBA Pemerintah Aceh , dan juga pada tahun 2008 memperoleh Beasiswa luar negeri dari Program Sandwich Dirjen Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia dengan tujuan Universitas Kebangsaan Malaysia. Penulis menikah pada tanggal 14 Agustus 1994 dengan Kiswarada ,SE,dan dikarunia 2 orang anak, Alwin Rusydi yang lahir pada tanggal 24 Desember 1995, dan Salsabila Rusydi, lahir 14 Maret 2000. Penulis bekerja karang ini di Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, sejak bulan Oktober tahun 2000 hingga sekarang.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kehidupan yang layak dipermukaan bumi ini. Selawat dan salam kita persembahkan pada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa sertakan kita pada jalan yang lurus dan benar. Berkat tersebut penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan disertasi ini yang berjudul “Valuasi Ekonomi Kegiatan Penambangan Galian C terhadap kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Aceh Utara”

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya serta penghargaan kepada :

1. Bapak Prof.Dr.dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K), Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis mengikuti Program Studi Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

2. Bapak Prof. Dr.Erman Munir.M.Sc, Direktur Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis menjadi peserta Program Studi Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

3. Ibu Prof.Dr. Retno Widhiastuti,MS, Selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan sekaligus sebagai Penguji, atas bimbingan penuh dan selalu memberi dorongan bagi penulis


(10)

untuk dapat menyelesaikan Doktor, arahan serta saran-saran perbaikan sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini.

4. Bapak Prof.Dr.Ir.A.Rahim Matondang, MSIE, selaku Promotor, atas bimbingan penuh dan Motivasi yang luar biasa, arahan serta saran-saran perbaikan, serta beliau bersedia mengunjungi lokasi penelitian penulis di Aceh sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini.

5. Bapak Prof.Dr.Ramli,SE.,MS, selaku Co-Promotor, atas bimbingannya ,arahan yang tidak kenal lelah dan kesabaran dalam membimbing penyusunan disertasi dari awal demi kesempurnaan disertasi ini.

6. Bapak Dr.Ishak Hasan.,M.Si sebagai Co-Promotor yang sementar lagi akan memperoleh guru Besar selalu membimbing dengan penuh semangat, mendorong dan memberi kesempatan untuk membedah disertasi beliau sehingga banyak referensi yang bisa membantu penulisan disertasi ini.

7. Bapak Prof.Dr.Ir.Sumono dan Ibu Prof. Dr. Ritha F.Dalimunthe.,M.Si selaku penguji atas kesedian waktu dan memberikan penilaian maupun saran-saran yang sangat baik demi penyempurnaan penulisan disertasi ini.

8. Bapak Dr. Apridar.SE.,M.Si, selaku Rektor Universitas Malikussaleh yang telah memberikan kesempatan menyelesaikan pendidikan program Doktor (S3) pada Program Doktor Pengelolaan Sumberdaya Alam dan


(11)

luar yang telah meluangkan waktunya memberikan penilaian, saran dan masukan sehingga disertasi ini menjadi lebih baik.

9. Seluruh Staf pengajar , Bapak Dr.Delvian.SP,.MP selaku sekretaris Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan lingkungan dan Staf administrasi Ibu Maya, Ibu Putri dan Bapak Amin pada Program Studi pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan yang telah banyak membantu.

10.Prof.A. Hadi Arifin. SE.,M.Si Mantan Rektor Universitas Malikussaleh, pada masa periode sebagai rektor, telah memberi izin kepada penulis untuk mengikuti program Doktor (S3) Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan Universitas Sumatera Utara.

11.Dekan fakultas ekonomi universitas Malikussaleh serta para pembantu dekan yang telah memberi dorongan dalam menyelesaikan pendidikan pada program Doktor (S3) Pengelolaan Sumberdaya alam dan lingkungan.

12.Bapak Tarmizi.A.Karim mantan Bupati Aceh Utara, Mantan PJ Gubernur Aceh dan saat ini Dirjen PMD Kementerian Dalam Negeri RI di Jakarta, telah banyak membantu, membimbing dan memotivasi pada penulis untuk melanjutkan pendidikan Doktor hingga selesai

13.Kementerian Pendidikan dan Kebudayan DIKTI Jakarta, yang telah memberikan beasiswa Program SANDWICH kepada penulis di University Kebangsaan Malaysia (UKM ).


(12)

14.Pemerintah Aceh, Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dan Pemerintah Kota Lhokseumawe yang telah membantu biaya pendidikan untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan disertasi ini.

15.Terimakasih juga saya ucapkan pada Prof.Dr.Jamaluddin,SH.,M.Hum, Dr.Syarifuddin Hasyim,SH.,MH, Drs.Ayub,M.Si, Dr.Asnawi, Dr Tarmizi Abbas, Dr.Murhaban, Jullimursyida.Ph.D,Dr.Sulaiman,SH,MH, Dr.Khalsiah Dr.M.Nazaruddin, dr.Gani Puteh, Dr.Ir.Khusrizal, T.Nazaruddin,SH.M.Hum, Dr.Nasrun, Dahlan A.Rahman,M.Si Dr.Yusra, Dr.Mawardati, Dr.Alwi,Adnan,SE.,M.Siyang telah membantu penulis dalam penulisan disertasi ini

16.Seluruh teman teman Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Khusunya teman seperjuangan mahasiswa S3 Angkatan 2006/2007. Dr.Rinidar, Dr.Tertia

17.Keluarga, Doa dan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada kedua orang tua penulis (Almarhum)Tgk. Abubakar Umar dan (Almarhummah) Tgk. Raflah Hasan yang telah melahirkan dan membesarkan penulis, memberikan bimbingan, doa dan dorongan moril, serta keluarga besar penulis Marzuki, Nurjannah, Hasnah Abubakar,Basaruddin Abubakar, Aminah Abubakar,Drs.Atqia Abubakar, Lukman Abubakar dan mertua penulis Ramli Daud (Almarhum), Aminah Hanan serta Atikah,SE , Nellita,S.Pd, Liliyanti,S.Pd yang telah banyak


(13)

18. Isteriku tercinta Kiswarada, SE, dan kedua anakku tersayang , Alwin Rusydi, Salsabila Rusydi dan keponakanku Linda yang dengan sabar dan tabah telah banyak berkorban baik moril maupun materil, memberikan semangat selama penulis mengikuti perkuliahan, melaksanakan penelitian hingga penyelesaian penulisan disertasi ini, penulis ucapkan banyak terimakasih.

Disertasi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran akan penulis terima dengan besar hati dan rasa syukur. Semoga disertasi ini memberi manfaat kepada yang membacanya, dan ikut menambah khasanah ilmu pengetahuan . Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil kepada penulis selama menjalankan perkuliahan, penelitian, sampai dengan penyusunan disertasi. Amin

Medan, 8 April 2014


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

RIWAYAT HIDUP... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... ... ix

DAFTAR TABEL ... ... xii

DAFTAR GAMBAR ... ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Perumusan Masalah ...8

1.3. Tujuan Penelitian ...9

1.4. Manfaat penelitian ... ...10

1.5. Novelty ... ...10

1.6. Kerangka pemikiran penelitian ... ...11

1.7. Hipotesis ... ...11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...13

2.1. Penelitian Terdahulu ... ...13

2.2. Penambangan Galian C ... ...17

Perkembangan Pengelolaan Bahan Galian C ...18

2.3. Dampak Penambangan Galian C ...20

Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Lingkungan ...22

2.4. Industri Pertambangan ...26

2.5. Valuasi ekonomi ...29

Valuasi Ekonomi dampak lingkungan ...33

2.6. Metode Valuasi Ekonomi ...36

2.6.1. Valuasi Ekonomi dengan pendekatan fungsi Permintaan ...36

2.6.2. Valuasi Ekonomi dengan pendekatan bukan Fungsi permintaan ...39

2.7. Kesejahteraan Masyarakat ...49

2.8 Pengertian ongkos produksi dalam jangka pendek ... ...51

BAB III. METODE PENELITIAN ...53

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ...53


(15)

3.3. Populasi dan sampel ...55

3.3.1 Populasi ... ...55

3.3.2 Sampel ... ...55

3.4. Tehnik pengumpulan data ... ...57

3.5. Jenis dan sumber data ... ...59

3.6. Variabel dan parameter penelitian ... ...60

3.7. Pengujian Validitas dan Relibialitas ...63

3.7.1. Uji Validitas ...63

3.7.2. Uji Reliabitas ...64

3.8. Pengujian hipotesis ...65

3.8.1 Pengujian secara parsial (Uji t) ...65

3.8.2 Pengujian secara simultas (Uji F) ...65

3.8.3Uji hipotesis perhitungan ongkos produksi... ...66

3.9. Analisis Data ...66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...76

4.1. Keadaan Geografis Lokasi Penelitian...76

4.1.1 Ketersedian Sumberdaya Galian C ...78

4.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi ...78

4.1.2.1. Kondisi Sosial ...78

4.1.2.2. Kondisi Ekonomi ...79

4.2. Karakteristik Responden ...80

4.3. Analisis Valuasi Ekonomi di Lokasi Penambangan Galian C di Kab Aceh Utara ...95

4.3.1 ... Tanggapan responden terhadap terbukanya Lapangan kerja pada kegiatan penambangan Galian C ...95

4.3.2 Tanggapan Masyarakat terhadap Kerusakan Lingkungan ...101

4.5. Pertimbangan Responden terhadap kesejahteraan Masyarakat Lingkungan penambangan Galian Cdi Kabupaten Aceh Utara ...113

Peningkatan pendapatan yang diterima oleh Pekerja tambang 113 4.6. Analisis Hasil Uji Validitas dan Realibilitas ...124

4.6.1 Analisi hasil uji Validitas...124

4.6.2 Analisis Hasil uji Realibilitas ...126

4.7. Pengaruh Langsung ...127

4.7.1.Pengaruh terbukanya lapangan kerja Terhadap Kesejahteraan Masyarakat ...127

4.7.2 Pengaruh Kerusakan Lingkungan Terhadap Kesejahteraan Masyarakat ...128 4.7.3 Pengaruh terbukanya lapangan kerja dan,


(16)

Kerusakan Lingkungan Terhadap

Kesejahteraan Masyarakat ...129

4.7.4. Pengaruh tidak Langsung dan jumlah Total Pengaruh ...132

4.7.5. Pengaruh terbukanya kesempatan kerja (X1 Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Y) ) Melalui Kerusakan Lingkungan (X2 4.7.6. Harga yang harus dibayar dalam ) ...134

setiap pengambilan Galian C oleh Pengusaha khususnya Pasir, Kerikil dan Koral………..134

4.7.7. Uji t (Pengjian secara Parsial) ...152

4.7.8.Uji F Pengujian Hipotesis secara Simultan …... ...153

Pembahasan ...155

5.1. Pengaruh terbukanya lapangan kerja terhadap kesejahteraan masyarakat ...155

5.2. Pengaruh kerusakan lingkungan terhadap kesejahteraan masyarakat ... ...156

5.3. Pengaruh terbukanya lapangan kerja dankerusakan lingkunganterhadap kesejahteraan masyarakat kesejahteraan ………... .... 157

5.4 Pengaruh tidak langsung (indirect Effect) dan jumlah Total pengaruh (total effect) ...158

5.5 Pengaruh terbukanya kesempatan kerja (X1) terhadap Kesejahteraan masyarakat (Y) melalui kerusakan Lingkungan ... ...159

5.6 Harga yang harus dibayar dalam setiap pengambilan galian C oleh pengusaha khususnya pasir,kerikil dan koral ... ...159

5.7 Temuan teoritis ... ...163

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... ...167

6.1 Kesimpulan ... ...167

6.2 Saran ... ...169

DAFTAR PUSTAKA... ...171 LAMPIRAN


(17)

VALUASI EKONOMI KEGIATAN PENAMBANGAN GALIAN C TERHADAP

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN ACEH UTARA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui valuasi ekonomi kegiatan penambangan galian C terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Utara, sehingga penambangan yang tidak mendukung kelangsungan kehidupan masa depan dapat dikurangi dan bisa meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. Penelitian dilakukan di beberapa kecamatan dalam Kabupaten Aceh Utara provinsi Aceh . Parameter yang diamati ada beberapa variabel, terbukanya lapangan kerja, kerusakan lingkungan, dan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini juga menggunakan model regresi untuk melihat pengaruh valuasi ekonomi dampak lingkungan penambangan terhadap kesejahteraan masyarakat, dan nilai yang harus dibayar pengusaha pada Pemerintah daerah dengan motode menghitung ongkos produksi dan unit rent. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak kegiatan penambangan galian C yang terdiri dari variabel terbukanya lapangan kerja berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat, sedangkan kerusakan lingkungan menunjukkan pengaruh negatif terhadap kesejahteraan masyarakat sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Dan hasil kelayakan pengutipan biaya pasir sebesar Rp.80.000/truk dan untuk Koral dengan biaya Rp.120.000/truk sedangkan untuk biaya kerikil sebesar Rp.124.000/truk. Model regresi menunjukkan bahwa variabel terbukanya lapangan kerja menunjukkan pengaruh sebesar 62 %, sedangkan kerusakan lingkungan berpengaruh sebesar 49 % terhadap kesejahteraan masyarakat. Sedangkan pengaruh total dari kedua variabel yaitu terbukanya lapangan kerja , kerusakan lingkungan terhadap kesejahteraan masyarakat adalah sebesar 39 %. Dengan demikian kesejahteraan masyarakat dengan adanya pengaruh dari dampak kegiatan penambangan mempunyai pengaruh positif.

Kata kunci : Valuasi ekonomi, kegiatan penambangan galian C, kesejahteraan masyarakat


(18)

ECONOMIC VALUATIONACTIVITY QUARRYING C MINING ON WELFARE SOCIETY IN THE DISTRICT NORTH ACEH

ABSTRACT

The economic valuation of mining quarrying C on welfare in North Aceh district, to support the sustainaibility and improve the welfare of sociaty. The study was conducted in places in North districs Aceh. The observed parameters are work opportunities, environmental degradation, and social welfare. This studyalso uses a regression model to see the effect of the economic valuation of the environmental impact of mining on public welfare, and the value to be paid to the local government employers using the cost of production and the unit rent. The results of budget showedthat the impact of mining quarring C consists of variable work opportunities a possitive effect on the welfare of the community eccording hyphothesis . The resulting feasibility citations sales cost sand Rp.80.000/tucts cost of sant and coral at a cost to Rp.120.000/tructs while for the cost of Rp.124.000/truct gravel. The regression model showed that the work opportunities demontrate the effect by 62 % , while the effect of environmental damage by 49 % against the public welfare. While the total effect of the two variables work opportunities environmental damage to the walfare of society is at 39 %. Thus the publict welfare with the influence of the impact of mining activities a positive effect.

Keyword: economic valuation, miningactivities quarrying C, the public welfare


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Total permintaan umat manusia sejagat raya terhadap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan di dunia khususnya di Indonesia telah melampaui daya dukung bumi dalam menyediakan (memproduksi) segenap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan, sementara jumlah penduduk serta pendapatan masyarakat semakin meningkat (Dahuri 2012). Oleh karena itu, permintaan barang dan jasa di masa mendatang akan terus meningkat pula yang semakin tidak dapat dipenuhi lagi dari hasil-hasil pendayagunaan sumberdaya alam. Sebagai konsekuensinya, tuntutan untuk memanfaatkan sumberdaya alam dimasa mendatang juga akan meningkat. Beberapa kenyataan yang terjadi dalam lingkungan kita saat ini diantaranya peningkatan jumlah penduduk, kegiatan industri, pencemaran, ketersediaan air bersih, pengelolaan secara berlebihan dan faktor penting lainnya. Semua faktor faktor ini merupakan komponen yang saling terkait dalam berkehidupan saat ini.

Untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam diperlukan adanya neraca sumberdaya alam dan lingkungan yang memerlukan penilaian ekonomi (valuasi ekonomi) terhadap cadangan pemanfaatan sumberdaya alam dan juga diarahkan bagaimana pengelolaan sumberdaya tersebut tepat guna dan seefesien mungkin dengan tidak mengurangi sumberdaya untuk generasi mendatang (sustainable development).

Pembangunan merupakan upaya sadar untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya guna meningkatkan mutu kehidupan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang merupakan indikator keberhasilan suatu pembangunan seringkali digunakan untuk


(20)

mengukur kualitas hidup manusia sehingga semakin tinggi nilai pertumbuhan ekonomi maka semakin tinggi pula taraf kualitas hidup manusia. Semakin cepat pertumbuhan ekonomi akan semakin banyak barang sumberdaya yang diperlukan dalam proses produksi yang pada giliranya akan mengurangi ketersediaan sumberdaya alam sebagai bahan baku yang tersimpan pada sumberdaya alam yang ada. Jadi semakin berpacunya pembangunan ekonomi dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat berarti semakin banyak barang sumberdaya yang diambil dari dalam bumi dan akan semakin sedikitlah jumlah persedian sumberdaya alam tersebut. Disamping itu pembangunan ekonomi yang cepat dibarengi pembangunan instalasi-instalasi pengolah maka akan tercipta pula pencemaran yang merusak sumberdaya alam dan juga manusia itu sendiri ( Suryanto, 2009).

Pembangunan sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pada dasarnya merupakan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang akan berdampak pada perubahan fungsi lingkungan hidup. Oleh karenanya, pola dan cara-cara membangunlah yang akan menentukan besaran dampak yang akan terjadi pada lingkungan hidup ( Djajadiningrat, 2011 ).

Pengelolaan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia. Karena itu aspek kesehatan yang merupakan salah satu faktor utama kesejahteraan manusia , juga termasuk dalam pengelolaan lingkungan (UU No 4 Tahun 1982).

Kegiatan usaha penambangan akan mampu menghasilkan dampak positif dan dipastikan mengakibatkan dampak negatif. Dampak positif dalam bentuk peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar, menciptakan peluang kerja, timbulnya kegiatan perekonomian baru harus dikembangkan. Dan dampak negatif dapat berbentuk polusi dan


(21)

limbah, dapat menimbulkan gangguan penyakit, timbulnya debu dan kebisingan serta kerusakan lingkungan di bidang sosial dan budaya (Sukandarrumidi, 2010 ). Dalam proses

penambangan galian C seluruh pengusaha diharap selalu memperhatikan baku mutu ( KepMenLH No.48/MENLH/11/1996) adapun untuk debu batas baku mutu yang

seharusnya 90 ) laser diode, kebisingan baku mutu yang ditetapkan sebesar 55) desibel meter, serta untuk kekeruhan air sungai tidak melebihi yang ditetapkan sebesar 5 turbiti meter.

Kegiatan pertambangan yang merupakan kegiatan padat teknologi dan padat modal, merupakan sumber devisa negara. Perputaran ekonomi pada saat proyek berlangsung sudah tentu akan merangsang pertumbuhan sektor perekonomian terkait. Tersedia dan terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat setempat walaupun kehadiran masyarakat pendatang untuk ikut berkompetisi tak dapat di hindari. Dengan masuknya berbagai ragam budaya dan pola hidup setiap orang yang telibat dalam proyek pertambangan ini, secara bertahap akan mempengaruhi pola kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat(Rissamasu et al., 2012) .

Pengelolaan lingkungan hidup di Aceh pada masa yang akan datang menjadi kunci keberhasilan atas penataan ruang untuk menjamin keberlanjutan fungsi lingkungan hidup. Seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang No.11 tahun 2006 (UUPA) Bab XX pasal 141 (1) Perencanaan pembangunan Aceh /Kabupaten/Kota disusun secara komprehensif sebagai bagian perencanaan pembangunan nasional. Pernyataan ini dipertegas dalam pasal 142 (1) Pemerintah Aceh mempunyai kewenangan menetapkan norma, standar dan prosedur penataan ruang dalam penyusunan Rencana Tata Ruang


(22)

Wilayah Aceh (RTRW) dan Kabupaten/Kota (RTRK) dengan memperhatikan pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup .

Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UU PA) ini akan menjadi payung hukum atas pelaksanaan desentralisasi dan otonomi serta memperhatikan pembangunan berkelanjutan dan kelestarian lingkungan hidup di Aceh, dalam pembangunan dimasa yang akan datang perlu dilihat bagaimana membangun hubungan timbal balik antara manusia dengan komponen-komponen alam harus berlangsung dalam batas keseimbangan, apabila hubungan timbal balik tersebut terlaksana tidak seimbang, maka akan mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan fisik, ekonomi, sosial dan budaya ( Sumarwoto, 1991).

Sebagai provinsi yang mengandalkan sumberdaya alam baik di laut maupun di darat sebagai andalan masa depan (Renstra Aceh Tahun 2001-2005) kawasan dan lahan penambangan di Aceh merupakan masalah baru dalam lingkungan dan keberlanjutan pembangunan, seperti rentan terhadap erosi dan longsor serta hilangnya sumberdaya air dimasa yang akan datang . Dan mudahnya pengambilan sumberdaya alam di Aceh yang tidak terlepas dari longgarnya kebijakan-kebijakan dan kurangnya valuasi ekonomi dalam sektor penambangan galian C seperti yang disebutkan dalam Undang-undang no 11 Tahun 1967 yang mengatur tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan, menurut undang-undang tersebut bahan golongan galian C adalah bahan galian tidak strategis dan vital, yang pengelolaannya diberikan oleh Pemerintah daerah dengan mengeluarkan surat izin pertambangan daerah.

Kabupaten Aceh Utara merupakan salah satu kabupaten yang memiliki lokasi penambangan galian C di Provinsi Aceh, ini tidak terlepas dari giatnya sektor penggunaaan bahan galian C untuk pembangunan yang begitu pesat dewasa ini. Saat ini, luas area galian


(23)

C di Kabupaten Aceh Utara mencapai 187,81 hektar yang berada di 9 lokasi titik sebaran galian yang disajikan pada tabel 1.1

Tabel 1.1. Lokasi dan luas area penambangan galian C di Kabupaten Aceh Utara No Nama Kecamatan Jumlah titik galian C Luas Area Area galian (ha) 1. Sawang 3 25

2. Kuta Makmur 3 16,1 3. Simpang Kramat3 14,7 4. Langkahan 1 5 5. Tanah Luas 4 20,4 6. Nisam Antara 3 4,05 7. Cot Girek 1 1,37 8. Paya Bakong 1 0,505 9. Nisam 1 100,68 Jumlah 20 187,81

Sumber : Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, 2011.

Pendapatan daerah yang diperoleh dari kegiatan usaha penambangan galian C di Kabupaten Aceh Utara selama kurun waktu 2007 sampai dengan tahun 2011 terdiri dari pendapatan retribusi izin usaha dan pajak pengambilan dan penggalian bahan galian C yang dapat dilihat pada tabel 1.2 .

Tabel 1.2. Data restribusi pendapatan izin usaha dari sektor usaha pertambangan pertambangan bahan galian golongan C di Kabupaten Aceh Utara tahun 2007-2011

Tahun Restribusi Daerah Target Realisasi

2007 Restribusi Izin Usaha Pertambangan Bahan Galian golongan C

5.000.000,- 5.780.000,- 2008 Restribusi Izin Usaha Pertambangan

Bahan Galian golongan C

6.000.000,- 3.477.000,- 2009 Restribusi izin Usaha Pertambangan

Bahan Galian golongan C

8.400.000,- 9.248.160,- 2010 Restribusi izin Usaha Pertambangan bahan

galian golongan C

21.454.000,- 18.461.400,- 2011 Restribusi izin Usaha Pengambilan dan

Penggalian Bahan galian golongan C

57.600.000,- 14.022.600,- Sumber : DPKKD Kabupaten Aceh Utara, 2012.


(24)

Data tersebut menunjukkan bahwa pada tahun 2007 dan tahun 2009, realisasi pendapatan dari pajak sektor penambangan galian C melampaui target yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Utara. Namun demikian pada tahun 2010 dan 2011 realisasi pendapatan pajak mengalami penurunan.

Kegiatan penambangan galian C di Kabupaten Utara selama ini telah menyokong memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah Kabupaten Aceh Utara. Meskipun demikian, kegiatan penambangan galian C ini juga memberikan dampak kerusakan lingkungan terutama disekitar lokasi penambangan galian C. Beberapa dampak lingkungan yang terjadi berkaitan dengan keberadaan penambangan galian C dapat dikaji dari dua sisi positif dan negatif (Hasibuan, 2006). Dampak positif yang ditimbulkan dari penambangan bahan galian C diantaranya :

a. Terserapnya tenaga kerja.

b. Menambah pendapatan asli daerah (PAD) dengan kewajiban pengusaha membayar restribusi dan iuran-iuran lain .

c. Memperlancar transportasi , karena yang tadinya jalan penduduk setempat hanya merupakan jalan setapak, maka diupayakan pengusaha untuk membuat jalan yang lebih lebar agar dapat dilewati oleh kenderaan pengangkut bahan galian.

Dampak negatif berupa resiko akibat penambangan bahan golongan galian C. Dari proses pengangkutan hasil galian baik berupa pasir, kerikil dan batu inilah yang mengakibatkan terjaditnya kerusakan jalan bahkan menimbulkan lubang-lubang besar bekas galian C yang kedalamannya mencapai tiga sampai empat meter, dan apabila bekas galian ini tidak direklamasi oleh pengusaha mengakibatkan lingkungan sekitarnya menjadi


(25)

rusak. Rona awal lahan yang sebelumnya merupakan kebun tanaman budidaya seperti, padi, pisang dan bambu serta tumbuh-tumbuhan lain yang terletak dipinggiran sungai, akibat dilakukan penambangan didasar maka apabila terjadi banjir dan sungai meluap mengakibatkan tanaman-tanaman budidaya tersebut tenggelam dan semakin melebarnya pinggiran sungai.

Dengan jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Utara sensus tahun 2010 sebanyak 529.751 jiwa menjadi potensi pengembangan perekonomian dan pembangunan, sehingga sangat penting memperhatikan daya dukung dan nilai sumberdaya alam yang menjadi sumberdaya utama keberlangsungan (sustainability) kehidupan. Hasil valuasi ini nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan arah dan strategi serta kebijakan pembangunan pada masa yang akan datang. Dalam upaya mengelola lingkungan dan mengembangkan kesejahteraan masyarakat (community development) yang menjadi konsep pembangunn internasional, maka dipandang perlu dilakukan penelitian Valuasi Ekonomi kegiatan penambangan terhadap kesejahteraan masyarakat.

1.2. Perumusan Masalah

Kondisi dan adanya laju pertumbuhan penduduk yang besar akan dapat memacu tekanan terhadap lahan. Dalam pengelolaan sumberdaya alam, terjadi perubahan pengelolaan dari monokultur menjadi campuran dan ini mulai terlihat mulai tahun 2005. Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang dijumpai antara lain adalah :

a. Apakah terbukanya lapangan kerja, kerusakan lingkungan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Utara .


(26)

b. Bagaimana pengaruh tidak langsung terbukanya lapangan kerja terhadap kesejahteraan masyarakat melalui kerusakan lingkungan di Kabupaten Aceh Utara .

c. Bagaimana pengaruh total variabel kegiatan penambangan galian C terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Utara .

d. Berapa harga yang harus dibayar pengusaha pada pemerintah selaku agen yang memperhatikan kepentingan umum.

e. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap kebijakan pengelolaan lingkungan kegiatan penambangan galian C di masa yang akan datang

f. Bagaimana pemanfaatan sumberdaya alan galian C secara ekonomis, adil dan berkelanjutan

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pada penelitian adalah untuk melakukan penilaian ekonomi (Economic Valuation ) penambangan galian C terhadap kesejahteraan masyarakat dan merumuskan sebuah kebjakan, alternatif dalam rangka pengelolaan kawasan penambangan galian C di masa yang akan datang . Untuk mencapai tujuan umum, secara spesifik tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

a. Mengetahui dampak terbukanya lapangan kerja dan kerusakan lingkungan terhadap kesejahteraan masyarakat dikabupaten Aceh Utara

b. Menganalisis pengaruh tidak langsung terbukanya lapangan kerja terhadap kesejahteraan masyarakat melalui kerusakan lingkungan di Kabupaten Aceh Utara.

c. Untuk melihat bagaimana pengaruh total variabel kegiatan penambangan galian C terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Utara


(27)

d. Mengetahui berapaharga yang harus dibayar dalam setiap pengambilan galian C oleh pengusaha khususnya pasir ,kerikil dan koral.

e. Mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap kebijakan pengelolaan lingkungan penambangan galian C di masa yang akan datang .

f. Menganalis pemanfaatan sumberdaya alam galian C secara ekonomis, adil dan keberlanjutan

1.4 ManfaatPenelitian

Dengan adanya kegiatan penelitian ini, maka diharapkan memberikan beberapa manfaat sebagai berikut :

a. Informasi mengenai dampak penambangan galian C terhadap kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Aceh Utara.

b. Adanya pengetahuan bagi masyarakat umum tentang fungsi lingkungan dalam penambangan galian C.

c. Sebagai masukan dan pertimbangan untuk menentukan penyusunan kebijakan dalam pengambilan keputusan penggalian galian C dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan secara menyeluruh.

d. Adanya dasar patokan bagi penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama untuk pengembangan pengetahuan.

e. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam pemanfaatan sumberdaya alam galian C.


(28)

1.5. Novelty

Dampak kegiatan penambangan banyak dilakukannamun kebanyakan berorientasi pada research yang mengarah pada tingkat kerusakan dan pencemaran lingkungan seperti tingkat kekeruhan air, kebisingan dan banyaknya debu yang berterbangan tetapi bukan pada dampak yang diakibatkan dari hasil penambangan terhadap kesejahteraan masyarakat dan harga yang diperoleh baik masyarakat atapun pemerintah daerah.

Hasil analisis Valuasi ekonomi kegiatan penambangan galian C perlu dilakukan untuk melihat seberapa besar biaya yang harus dibayar pengusaha untuk kesejahteraan Masyarakat dan menggunakan metode rumus penghitungan nilai rent yang sesuai akan menghasilkan biaya yang tepat untuk perlindungan lingkungan .


(29)

1.6 Kerangka Berpikir Penelitian.

Pemasalahan Valuasi ekonomi

-Pengambilan Pasir

-Pengambilan Koral

- Pengambilan Kerikil

Kegiatan Penambangan galian C

Kerusakan Lingkungan

Terbuka lapangan

kerja

Pencemaran air Berdebu Kebisingan

Mata Pencarian Terpenuhi kebutuhan

hidup

Harga Kebijakan Pengelolaan

Pemanfaatan SDA galian C

- Ekonomis - Berkeadilan - Berkelanjutan

Kesejahteraan

Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian

1.7 Hipotesis

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ho. Terbukanya lapangan kerja tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat .

Ha. Terbukanya lapangan kerja berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat .


(30)

Ho. Kerusakan lingkungan tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat .

Ha. Kerusakan lingkungan berpengaruh positif terhadap kesejahteraan masyarakat.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian terdahulu

Studi terdahulu mengenai kajian dampak lingkungan kegiatan penambangan pasir, kerikil dan koral cukup intensif dilakukan khususnya di dalam negeri, faktor penyebab tingginya tingkat bahaya erosi adalah karena penambangan pasir yang tidak megindahkan konservasi tanah dan lahan serta faktor geografis dan geologis daerah penelitian. Dugaan erosi yang terjadi pada lokasi penambangan pasir adalah total dugaan erosi yang terjadi 87.660,76 ton/ tahun (Yudhistira, 2008). tingkat bahaya erosi berdasarkan Keputusan Ditjen Reboisasi dan Rehabilitasi Departemen Kehutanan No.041/Kpts/V/1998 adalah moderat dan ringan.

Raden (2010) mengemukakan bahwa dampak penambangan batubara di Kutai Karta Negara menyimpulkan bahwa pertambangan batubara memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat disekitar perusahaan; yaitu meningkatkan pendapatan per bulan, memberikan peluang kerja dan peluang usaha sehingga dapat memperbaiki ekonomi masyarakat.

Kegiatan penambangan pasir yang dilakukan menimbulkan dampak terhadap lingkungan yaitu dampak fisik dan dampak sosial ekonomi. Dampak fisik lingkungan yaitu adanya tebing-tebing bukit yang rawan longsor, kurangnya debit air permukaan/ mata air, rusaknya jalan, polusi udara. Dampak sosial ekonomi penyerapan tenaga kerja karena sebagian masyarakat bekerja menjadi tenaga kerja di penambangan pasir; adanya pemasukan bagi pemilik tanah yang dijual atau disewakan untuk diambil pasirnya dengan harga tinggi, banyaknya pendatang yang ikut menambang sehingga dapat menimbulkan


(32)

konflik. Adanya ketakutan sebagian masyarakat karena penambangan pasir yang berpotensi longsor sehingga sewaktu-waktu bisa mengenai lahan dan pemukiman mereka, apalagi bila turun hujan.

Rissamsu et al (2012) mengemukakan hasil penelitiannya tentang Pengelolaan penambangan bahan galian golongan C, menjelaskan secara garis besar dapat dibagi menjadi beberapa kegiatan yaitu; penentuan lokasi penambangan pasir, reklamasi/ rehabilitasi lahan pasca penambangan, pengendalian erosi. Tujuan akhir dari penambangan adalah mengatasi kerusakan lingkungan yang ada, mengendalikan laju erosi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

1. Pengelolaan penambangan bahan golongan C dilakukan dengan pemberian izin baik pada pengusaha maupun pemilik hak ulayat. Sosialisasi dilakukan tentang pentingnya izin penambangan untuk menekan kerusakan lingkungan terutama pada pengusaha penambangan yang rakyat (tanpa izin) yang tersebar.

2. Belum ada kawasan khusus untuk penambangan bahan galian golongan C karena belum ada inventarisasi wilayah penambangan, belum ada peraturan daerah, dan dinas terkait lebih fokus pada bidang energi.

3. Inventarisasi usaha di lokasi penambangan, pemberian izin, penambangan masih menitikberatkan pada unsur penerimaan pajak dan retribusi, Upaya Pengelolaan ingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) belum menjadi syarat bagi pengusaha penambang.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan diantaranya adalah peraturan daerah belum ada, kemampuan SDM aparat, status ekonomi dan tingkat pendidikan.


(33)

Hidayat (2011) menyatakan kegiatan penambangan pasir menimbulkan dampak terhadap lingkungan yaitu dampak fisik dan dampak sosial ekonomi. Dampak fisik lingkungan yaitu adanya tebing-tebing bukit yang rawan longsor, kurangnya debit air permukaan/ mata air, rusaknya jalan, polusi udara. Dampak sosial ekonomi penyerapan tenaga kerja karena sebagian masyarakat bekerja menjadi tenaga kerja di penambangan pasir, adanya pemasukan bagi pemilik tanah yang dijual atau disewakan untuk diambil pasirnya dengan harga tinggi, banyaknya pendatang yang ikut menambang sehingga dapat menimbulkan konflik. adanya ketakutan sebagian masyarakat karena penambangan pasir yang berpotensi longsor sehingga sewaktu-waktu bisa mengenai lahan dan pemukiman.

Sedangkan (Hasibuan, 2006) menjelaskan hasil penelitiannya tentang dampak Penambangan bahan galian C terhadap lingkungan , menjelaskan bahwa banyak usaha penambangan tidak memiliki izin yaitu dari jumlah data yang dimiliki sebanyak 53 usaha penambangan yang memiliki izin hanya 16 yang memiliki izin, oleh karena itu dapatlah diprediksi bagaimana pengusaha penambangan yang belum memiliki izin, seperti Surat izin Penambangan daerah tersebut melakukan usahanya tanpa menghirau untuk tetap memelihara lingkungan, maupun kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah daerah.

Sebelum penambangan dilakukan , maka permukaan tanah harus terlebih dahulu dilakukan lin clearing, (Hasibuan, 2006) yaitu mengambil lapisan permukaan tanah lebih kurang 1 (satu) meter, untuk diasingkan atau disimpan dan apabila penambangan telah selesai, maka tanah yang diasingkan tersebut ditimbun kembali untuk menutupi bekas penambangan tetap dapat ditanami tanaman pertanian, hal ini penting diperhatikan sehubungangan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No.150 tahun 2000 tentang


(34)

pengendalian kerusakan tanah untuk produksi Biomasa terhadap bekas galian didarat yang menimbulkan lubang-lubang besar.

Kegiatan Penambangan bahan galian C khusunya pasir, kerikil, batu, selain mempunyai dampak positif juga mempunyai dampak negatif, dampak negatif diantaranya : a). Lingkungan fisik sampai aktif mengalami perubahan

b). Terjadinya perubahan permukaan lahan galian

c). Rusaknya jalan yang menjadi sarana transportasi penduduk setempat yang akan terjadi pencemaran udara pada musim kemarau.

Valuasi ekonomi lahan pertanian selain berfungsi sebagai penghasil jasa lingkungan juga menghasilkan komoditas pertanian. Nilai jasa lingkungan yang terdiri lahan sawah sebesar 85,4 % dan lahan kering masing sebesar 72,1% dari nilai ekonomi totalnya (Irawan, 2007). Hal ini menunjukkan sistem usahatani lahan sawah menghasilkan jasa lingkungan yang jauh lebih tinggi dari pada nilai padi yang dihasilkannya. Konversi lahan sawah akan lebih banyak mendatangkan kerugian dalam bentuk hilangnya berbagai manfaat jasa lingkungan daripada biaya untuk mengelolanya. Oleh karena itu konversi lahan pertanian untuk pembangunan sarana dan prasarana sebaiknya memprioritaskan lahan kering daripada lahan sawah.

2.2 Penambangan Galian C

Industri penambangan, merupakan salah satu industri yang diandalkan pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa; selain mendatangkan devisa industri pertambangan juga menyedot lapangan kerja dan bagi Kabupaten dan Kota merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kegiatan penambangan merupakan suatu kegiatan yang


(35)

meliputi: eksplorasi, eksploitasi, pengolahan/ pemurnian, pengangkutan mineral/ bahan tambang.

Industri penambangan selain mendatangkan devisa dan menyedot lapangan kerja juga rawan terhadap pengrusakan lingkungan. Banyak kegiatan penambangan yang mengundang sorotan masyarakat sekitarnya karena pengrusakan lingkungan, apalagi penambangan tanpa izin yang selain merusak lingkungan juga membahayakan jiwa penambang karena keterbatasan pengetahuan si penambang dan juga karena tidak adanya pengawasan dari dinas instansi terkait (Yudhistira, 2008 ).

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang (Rissamasu et al, 2012 ).

Kegiatan pertambangan mengakibatkan berbagai perubahan lingkungan,antara lain perubahan bentang alam, perubahan habitat flora dan fauna, perubahan struktur tanah, perubahan pola aliran air permukaan dan air tanah dan sebagainya. Perubahan-perubahan tersebut menimbulkan dampak dengan intensitas dan sifat yang bervariasi. Selain perubahan pada lingkungan fisik, pertambangan juga mengakibatkan perubahan kehidupan sosial, budaya dan ekonomi.

Dampak kegiatan pertambangan terhadap lingkungan tidak hanya bersumber dari pembuangan limbah, tetapi juga karena perubahan terhadap komponen lingkungan yang berubah atau meniadakan fungsi-fungsi lingkungan. Semakin besar skala kegiatan pertambangan, makin besar pula areal dampak yang


(36)

ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dapat bersifat permanen, atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula. Perubahan topografi tanah, termasuk karena mengubah aliran sungai, bentuk danau atau bukit

selama masa pertambangan, sulit dikembalikan kepada keadaannya semula.

Kegiatan pertambangan juga mengakibatkan perubahan pada kehidupan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Perubahan tata guna tanah, perubahan kepemilikan tanah, masuknya pekerja, dan lain-lain. Pengelolaan dampak pertambangan terhadap lingkungan bukan untuk kepentingan lingkungan itu sendiri tetapi juga untuk kepentingan manusia (Nurdin et al, 2000).

2.2.1 Perkembangan pengelolaan bahan galian golongan C

Perkembangan pengelolaan bahan galian golongan C , dalam pelaksanaan dan pengelolaannya menjadi falsafah dasar dalam pengelolaan sumber daya mineral adalah pasal 33 ayat (3) Undang-Undang dasar 1945 menyebutkan bahwa “bumi dan air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat”. Falsafah ini mengandung arti dan menunjukkan bahwa sumber daya mineral menjadi milik negara Republik Indonesia. Sehingga penanggung jawab pengelolaan pada pemerintah daerah adalah sebagai berikut : pada Pemerintah Kabupaten/Kota, pengelolaan yang di lakukan adalah menyangkut pengaturan, perizinan, pembinaan dan pengawasan pertambangan.

Sehubungan untuk menjamin kesinambungan antara penambangan dengan masyarakat adanya baku mutu seperti Udara, Kebisingan dan air yang layak untuk dipertimbangkan oleh pengusaha seperti Keputusan Menteri Lingkungan Hidup


(37)

No.48/MENLH/11/1996 tentang baku mutu kebisingan lingkungan kawasan perumahan dan pemukiman, yang perbolehkan sesuai dengan Kepmen Lingkungan hidup.

Rissamasu et al. (2012) menyatakan ada beberapa faktor dari dalam maupun dari luar yang mempengaruhi kegiatan penambangan yaitu :

Faktor dari dalam 1. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi menjadi penyebab adanya kegiatan penambangan pasir. Sehingga masyarakat mengandalkan sumber daya alam yang di milikinya yaitu tanah milik pribadi yang kemudian digali dan dijual pada pengusaha yang memerlukan pasir Kerikil/tanah timbun dan batu, lebih mudah mendatangkan uang bagi kehidupan sehari-hari. Pemikiran masyarakat yang mengandalkan lahannya untuk mencari nafkah hidup, lebih baik untuk penambangan bahan galian golongan C karena menghasilkan uang dalam sehari, dan menjadi mata pencaharian masyarakat setempat.

2. Faktor Pendidikan

Faktor pendidikan masyarakat juga berpengaruh terhadap penambangan galian c. 3. Faktor dari Luar

a). Regulasi Belum adanya PERDA khusus Teknis Pertambangan. Belum adanya peraturan daerah yang mengatur tentang pertambangan bahan mineral bukan logam dan batuan secara teknis sehingga tidak ada peraturan yang mengikat atau melarang mereka

b). Kurangnya sumber daya manusia juga menjadi salah satu faktor kurang maksimalnya pengawasan penambangan di lapangan, terlihat dari sumber daya yang dimiliki

c). Kurangnya pembinaan serta sosialisasi kurang dilakukan sehingga masyarakat kurang mengetahui manfaat dari menjaga lingkungan penambangan.


(38)

2.3 Dampak Penambangan galian C

Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktifitas. Aktifitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik maupun biologi ( Sumarwoto, 2009). Misalnya semburan asap beracun dari kawah Sinila di Dieng adalah aktifitas alam yang bersifat kimia, gempa bumi adalah aktifitas alam fisik dan pertumbuhan massal enceng gondok aktifitas alam biologi. Aktifitas dapat pula dilakukan oleh manusia, misalnya, pembangunan sebuah dermaga dan penyemprotan dengan pestisida sehingga menimbulkan dampak pada kegiatan manusia lainnya. Dalam kontek AMDAL . Penelitian dampak dilakukan karena adanya rencana aktifitas manusia dalam pembangunan. Secara umum dalam AMDAL dampak pembangunan diartikan sebagai perubahan yang tidak direncanakan yang diakibatkan oleh aktifitas pembangunan .

Dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dampak lingkungan didefinisikan sebagai suatu perubahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu dan atau kegiatan. Sementara itu, Soemarwoto (2005) dalam Raden et.al (2010) mendefinisikan dampak sebagai suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas di mana aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik kimia, fisik, dan biologi.

Dampak bersifat biofisik, seperti contoh diatas, dapat juga bersifat sosial-ekonomi dan budaya. Misalnya dampak pembangunan pariwisata ialah berubahnya nilai budaya penduduk didaerah objek wisata itu dan ditirunya tingkah-laku wisatawan oleh penduduk setempat (Sumarwoto, 2009).

Berbagai dampak potensial di sektor sosial dan ekonomi dapat terjadi akibat adanya penambangan di suatu wilayah, baik dampak positif maupun dampak negatif. Berbagai


(39)

dampak positif diantaranya tersedianya fasilitas sosial dan fasilitas umum, kesempatan kerja karena adanya penerimaan tenaga kerja, meningkatnya tingkat pendapatan masyarakat sekitar tambang, dan adanya kesempatan berusaha. Disamping itu dapat pula terjadi dampak negatif diantaranya muncul berbagai jenis penyakit, menurunnya kualitas udara, meningkatnya kecelakaan lalu lintas, dan terjadinya konflik sosial saat pembebasan lahan ( Raden et.al, 2010 ) .

Dampak adalah akibat dari suatu kegiatan misalnya pembangunan. Dampak kegiatan pemabngunan ini muncul karena adanya pihak yang diuntungkan (gainers) dan pihak yang dirugikan (losers) maka penilaian dampak sosial ekonomi juga perlu mengacu kepada mereka yang diuntungkan dan dirugikan (Soekartawi, 140:1995).

Rissamasu et al., (2012) menyatakan Penambangan bahan galian golongan C , tentu akan mengakibatkan 2 Dampak terhadap wilayah pembangunan yaitu dampak positif dan dampak negatif.

Dampak positif

Dampak positif adalah manfaat yang di hasilkan dari kegiatan penambangan bahan galian golongan c yaitu:

a. Terserapnya tenaga kerja, yaitu masyarakat memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

b. Menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan kewajiban pengusaha membayar pajak dan retribusi bahan galian golongan C.

c. Memperlancar transportasi. Karena yang tadinya hanya jalan penduduk menjadi jalan yang layak.


(40)

Dampak Negatif

Dampak negatif yang di akibatkan karena penambangan bahan galian golongan C, adalah terjadinya lubang-lubang yang besar yang menyebabkan lahan menjadi tidak produktif. Sehingga pada waktu musim hujan lubang-lubang itu akan menjadi sarang nyamuk yang mengakibatkan penyakit pada masyarakat setempat. Dampak negatif ini tentunya menjadi perhatian pemerintah daerah untuk melakukan reklamasi tambang setelah akhir kegiatan penambangan.

2.3.1 Dampak kegiatan pertambangan terhadap lingkungan

Dampak kegiatan pertambangan terhadap lingkungan dilihat dari beberapa aspek, menurut (Rissamasu. 2012) yaitu:

1. Aspek fisik

Kegiatan pembukaan lahan / penyiapan lahan akan mengakibatkan hilangnya tanaman penutup tanah dan pohon. Hilangnya tanaman penutup ini mengakibatkan permukaan tanah menjadi rawan terhadap erosi oleh air maupun angin. Hilangnya tanaman tumbuhan pada areal tersebut, perubahan nutrisi lapisan tanah karena pengaruh panas, terjadinya erosi oleh air permukaan serta penurunan kualitas tanah.

2. Aspek kimia

Penurunan kualitas kimiawi air permukaan, air tanah, udara serta tanah akibat masuknya unsur kimia yang berasal dari kegiatan pertambangan yang melampaui baku mutu yang telah ditetapkan. Kegiatan sarana penunjang juga mempunyai potensi pencemaran, misalnya kegiatan bengkel peralatan berat, power plant, gudang penyimpanan bahan,


(41)

rumah sakit/poliklinik, depot BBM, dll. Kegiatan-kegiatan tersebut berpotensi melepaskan limbah cair, padat maupun gas ke lingkungan dengan karakteristik fisik maupun kimiawi berbeda.

3. Aspek biologi

Pembukaan lahan dalam skala luas akan mengurangi jumlah dan jenis tumbuhan lokal,; dapat menimbulkan kepunahan terutama jenis/spesies indemik daerah tersebut. Spesies flora dan fauna indemik pada umumnya sangat rentan terhadap perubahan lingkungan, sehingga upaya untuk mengembalikan keberadaan jenis tersebut pada suatu kondisi rekayasa akan sulit berhasil.

4. Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya

Kegiatan pertambangan yang merupakan kegiatan padat teknologi dan padat modal, merupakan sumber devisa negara. Perputaran ekonomi pada saat proyek berlangsung sudah tentu akan merangsang pertumbuhan sektor perekonomian terkait. Tersedia dan terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat setempat walaupun kehadiran masyarakat pendatang untuk ikut berkompetisi tak dapat di hindari. Dengan masuknya berbagai ragam budaya dan pola hidup setiap orang yang telibat dalam proyek pertambangan ini, secara bertahap akan mempengaruhi pola kehidupan sosial dan budaya masyarakat setempat.

5. Aspek Kesehatan dan Keamanan

Dengan beragamnya pola hidup serta status sosial masyarakat, ditambah dengan kegiatan pertambangan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan, akan mengakibatkan munculnya berbagai jenis penyakit pada masyarakat yang mungkin sebelumnya tidak ada atau jarang terjadi. Adanya perubahan kehidupan sosial, sehingga


(42)

tidak jarang timbul masalah akibat adanya perbedaan yang mungkin tidak bisa diterima masyarakat setempat. Hal tersebut sangat memungkinkan timbulnya kerawanan keamanan yang dapat mengganggu kelancaran pertambangan itu sendiri.

6. Reklamasi tambang

Reklamasi adalah upaya yang terencana untuk mengembalikan fungsi dan daya dukung lingkungan pada lahan bekas tambang menjadi lebih baik dari sebelumnya. Jadi suatu perencanaan tambang yang baik dan benar sejak awal sudah mencantumkan upaya reklamasi suatu lahan bekas tambang, bahkan dimana keadaan lapangan memungkinkan reklamasi juga dilakukan pada saat tambang masih berjalan.

Kegiatan Pertambangan mempunyai tanggung jawab terhadap lingkungan , karena asas pembangunan berkelanjutan. Sektor Pertambangan berkesempatan mengentaskan kemiskinan secara langsung maupun tidak langsung, terutama didaerah yang pembangunan sektor lainnya belum dimulai ( Sudjana 1993 ). Sebelum Penambangan dimulai , Reklamasi atau penataan lingkungan harus sudah direncanakan bersama perencanaan tahapan lainnya. Urutan kegiatan pertambangan adalah Eksplorasi, Pembangunan Pabrik, Penambangan, Pemurnian, dan Reklamasi seperti yang disajikan dalam Gambar 2.

Reklamasi atau penataan lingkungan harus sudah direncanakan bersamaan perencanaan tahapan lainnya. Urutan kegiatan Pertambangan adalah dimulai dari Ekplorasi, Pembangunan Pabrik, Penambangan , Pemurnian , dan Reklamasi (gambar 2.1.). Dan seperti yang tertera dalam undang-undang no. 4 Tahun 1982 bahwa Perusahaan harus menginvestasikan sebagaian kekayaan dibank sebagai jaminan reklamasi; Perusahaan yang sudah lama berdiri harus menyisihkan hasilnya untuk reklamasi. Dengan demikian


(43)

reklamasi atau penataan lingkungan tidak terasa mahal, oleh karena itu harus direncanakan sebelum kegiatan penambangan dimulai.

Gambar 2.1 Bagan alir kegiatan penambangan

2.4 Industri pertambangan

Noor (2006) mengemukakan bahwa industri pertambangan adalah suatu industri dimana bahan galian mineral diproses dan dipisahkan dari material pengikut yang tidak diperlukan. Dalam industri mineral, proses untuk mendapatkan mineral-mineral yang ekonomis biasanya menggunakan metode ekstraksi, yaitu proses pemisahan mineral-mineral dari batuan terhadap mineral-mineral pengikut yang tidak diperlukan. Mineral-mineral-mineral yang tidak diperlukan akan menjadi limbah industri pertambangan dan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan pada pencemaran dan degradasi lingkungan. Industri pertambangan

- Perencanaan,Tek penambangan - Penentuan dampak lingkungan, perencanaan penangganan ling & pemb Pra

Produksi

Produksi

Pasca Produksi

Eksplorasi

Pembangunan

Penambangan

Pemurnian

Reklamasi

- Peninjauan

- Penentuan jenis,kualitas dan daerah penyebaran galian

-Penambangan terbuka/bawah tanah -Pengangkutan dan penghancuran -Pengumpulan /penimbunan

-Penggilingan

-Pencucian & pemurnian dari kotoran

-Reklamasi sementara/permanen -Pemeliharan dan pemantauan


(44)

sebagai industri hulu yang menghasilkan sumberdaya mineral dan merupakan sumber bahan baku bagi industri hilir yang diperlukan oleh umat manusia di dunia.

Pough (1976) menjelaskan bahwa bahan tambang dibagi dalam banyak golongan dan cirinya seperti batuan sedimen yang disebut sebagai “mainly a single , low temperature mineral ,banded, stratified, and often fossiliferous” dari penjelasan menunjukkan bahwa galian C yang bersumber dari batuan sedimen dengan ciri dan sifatnya adalah sebagaian besar tunggal, temparaturnya mineral rendah, berlapis, terbagi atas tingkatan-tingkatan dan mudah dijumpai

Salim (2007) menyatakan bahwa perusahaan tambang yang diberikan izin untuk mengusahakan bahan tambang terdiri dari:

1. Instansi pemerintah yang di tunjuk oleh menteri; 2. Perusahaan negara;

3. Perusahaan daerah;

4. Perusahaan dengan modal bersama antara negara dan daerah; 5. Koperasi;

6. Badan atau perseorangan swasta;

7. Perusahaan dengan modal bersama antara negara dan atau daerah dengan koperasi dan atau badan/ perorangan swasta,

8. Pertambangan rakyat,

Ngadiran et al (2002) menyatakan bahwa izin usaha pertambangan meliputi izin untuk memanfaatkan bahan galian tambang yang bersifat ekstraktif seperti bahan galian tambang golongan A, golongan B, maupun golongan C. Ada banyak jenis sumberdaya alam bahan tambang yang terdapat di bumi indonesia. Dari sekian jenis bahan tambang


(45)

yang ada itu di bagi menjadi tiga golongan, yaitu: (1) bahan galian strategis golongan A, terdiri atas: minyak bumi, aspal, antrasit, batu bara, batu bara muda, batu bara tua, bitumen, bitumen cair, bitumen padat, gas alam, lilin bumi, radium, thorium, uranium, dan bahan-bahan galian radio aktif lainnya (antara lain kobalt, nikel dan timah); (2) bahan-bahan galian vital golongan B, terdiri atas: air raksa, antimon, aklor, arsin, bauksit, besi, bismut, cerium, emas, intan, khrom, mangan, perak, plastik, rhutenium, seng, tembaga, timbal, titan/titanium, vanadium, wolfram, dan bahan-bahan logam langka lainnya (antara lain barit, belerang, berrilium, fluorspar, brom, koundum, kriolit, kreolin, kristal, kwarsa, yodium, dan zirkom); dan (3) bahan galian golongan C, terdiri atas; pasir, tanah uruk, dan batu kerikil. Bahan ini merupakan bahan tambang yang tersebar di berbagai daerah yang ada di Indonesia.

Kegiatan pertambangan, mulai dari eksplorasi sampai eksploitasi dan pemanfaatannya mempunyai dampak terhadap lingkungan yang bersifat menguntungkan/positif yang ditimbulkan antara lain tersedianya aneka ragam kebutuhan manusia yang berasal dari sumber daya mineral, meningkatnya pendapatan negara. Adapun dampak negatif yang ditimbulkan adalah terjadinya perubahan rona lingkungan (geobiofisik dan kimia), pencemaran badan perairan, tanah dan udara, serta abrasi yang tidak tertanggulangi (Matrizal, 2012).

Lebih lanjut Matrizal (2012), menyatakan bahwa kerusakan lingkungan karena penambangan dan pengerukan bahan galian C, sebagian besar diakibatkan dari kurangnya mempertimbangkan masalah-masalah lingkungan dalam perencanaan, pengoperasian dan perlakuan perbaikan pascapenambangan. Kerusakan lingkungan dapat diakibatkan oleh


(46)

operasi kecil, besar dan mekanisasi penambangan atau oleh dampak kumulatif dari operasi kecil yang dilakukan secara terus menurus.

Sukandarrumidi (2010) mengemukakan mineral sebagai sumber daya alam yang tidak terbarukan , jenis dan jumlahnya secara keseluruhan dialam sangat banyak. Walaupun demikian kita harus sadar, tidak semua tempat akan dijumpai semua jenis galian C itu.

Dan juga Sukandarrumidi (2010) menyatakan bahwa sumberdaya alam itu baru akan bermanfaat apabila telah ditambang dan mendapat sentuhan teknologi. Proses Penambangan perlu diawali dengan penelitian yang cermat agar tidak merusak lingkungan . Selama kegiatan penambangan , Pengusaha wajib berperan serta meningkatkan taraf hidup mansyarakat sekitar wilayah tambang melalu program pemberdayaam Masyarakat (Community Development). Pelaksanaan penambangan khususnya untuk tambang terbuka, dilakukan dengan melalui tahapan membuat zonasi-zonasi.

2.5 Valuasi ekonomi

Dalam pandangan ecological economics , tujuan valuation tidak semata terkait dengan maksimisasi kesejahteraan individu, melainkan juga terkait dengan tujuan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi. Constanza dan folke, (1997) dalam Adrianto, (2005) dan Bishop (1997) dalam Adrianto (2005) menyatakan bahwa valuation berbasis pada kesejahteraan individu semata tidak menjamin tercapainya tujuan ekologi dan keadilan distribusi tersebut.

Valuasi ekonomi merupakan pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya secaraformal. (Eriyati et al 2010).


(47)

Valuasi ekonomi merupakan upaya untuk memberikan nilai kuantitatif ("monetasi") terhadap barang atau jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan baik atas dasar nilai pasar (market value) maupun nilai nonpasar (non market value). Oleh karena itu valuasi ekonomi sumberdaya merupakan suatu alat ekonomi (economic tool) yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk mengestimasi nilai uang dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan.

Perbedaan antara valuasi ekonomi (economic valuation) dengan apraisal ekonomi (economic appraisal atau economic assessment) dimana yang disebut terakhir berkaitan dengan penilaian rencana investasi pada suatu kegiatan ekonomi atau studi kelayakan investasi. Pada umumnya studi kelayakan investasi nilai biaya dan manfaat barang dan/atau jasa yang bersifat nyata (tangible) dan ada pasarnya (marketable good), baik dengan harga pasar atau harga bayangan (shadow price). Tujuan kegiatan apraisal ekonomi adalah untuk menentukan nilai atau manfaat dan kelayakan investasi berdasarkan kriteria pengambilan keputusan tertentu (Gittinger, 1982).

Pemahaman tentang konsep valuasi ekonomi, memungkinkan para pengambil kebijakan dapat menentukan penggunaan sumberdaya alam dan lingkungan yang efektif dan efisien. Hal tersebut karena valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan dapat digunakan untuk menunjukkan keterkaitan antara konservasi sumberdaya alam dan pembangunan ekonomi, sehingga dengan demikian valuasi ekonomi dapat menjadi suatu alat (tool) penting dalam upaya peningkatan apresiasi dan kesadaran masyarakat terhadap Sumberdaya Alam dan lingkungan.

Valuasi ekonomi menggunakan satuan moneter sebagai patokan perhitungan yang dianggap sesuai. Walaupun masih terdapat keragu-raguan bahwa nilai uang belum tentu


(48)

absah untuk beberapa atau semua hal, seperti nilai jiwa manusia tetapi pada kenyataannya pilihan harus diputuskan dalam konteks kelangkaan sumberdaya. Oleh karena itu satuan moneter sebagai patokan pengukuran merupakan ukuran kepuasan untuk suatu tindakan pengambilan keputusan. Ketidakhadiran pasar tidak berarti manfaat ekonomi suatu barang atau jasa tidak ada, oleh karena itu preferensi yang berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat itu mau tidak mau harus menggunakan satuan moneter. Ketidakhadiran pasar memang akan membuat proses valuasi ekonomi Sumberdaya Alam dan lingkungan menjadi lebih rumit, atau harus dilakukan melalui beberapa tahap.

Ada beberapa alasan mengapa satuan moneter diperlukan dalam valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan. Tiga alasan utamanya adalah : (1) satuan moneter dapat digunakan untuk menilai tingkat kepedulian seseorang terhadap lingkungan, (2) satuan moneter dari manfaat dan biaya Sumberdaya Alam dan lingkungan dapat menjadi pendukung untuk keberpihakan terhadap kualitas lingkungan, dan (3) satuan moneter dapat dijadikan sebagai bahan pembanding secara kuantitatif terhadap beberapa alternatif pilihan dalam memutuskan suatu kebijakan tertentu termasuk pemanfaatan Sumberdaya Alam dan lingkungan (Suparmoko, 2000).

Alasan pertama dapat diartikan sebagai moneterisasi keinginan atau kesediaan seseorang untuk membayar bagi kepentingan lingkungan. Perhitungan ini secara langsung mengekspresikan fakta tentang preferensi lingkungan dari seseorang atau masyarakat. Hal sebaliknya juga pada seseorang atau masyarakat yang merasa kehilangan manfaat lingkungan, maka permasalahannya dapat disebut sebagai keinginan untuk menerima kompensasi kerugian yang diderit,. oleh karena itu berdasarkan alasan pertama tersebut


(49)

satuan moneter dapat menunjukkan kepedulian yang kuat seseorang atau masyarakat terhadap sumberdaya alam dan lingkungan.

Alasan kedua berkaitan dengan masalah kelangkaan sumberdaya alam, apabila ada suatu sumberdaya alam atau jenis spesies tertentu yang menghadapi masalah kelangkaan akibat pembangunan akan dinilai tinggi yang terekspresikan dalam satuan moneter. Kemudian alasan ketiga berkaitan dengan aspek pengambilan keputusan dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan dimana satuan moneter dapat digunakan sebagai salah satu indikator pengambilan keputusan.

Valuasi ekonomi lingkungan digunakan untuk memudahkan perbandingan antara nilai lingkungan hidup (environmental values) dan nilai pembangunan (developmen values), valuasi ekonomi lingkungan seharusnya merupakan suatu bagian integrasi dari prioritas pembangunan sektoral dalam menentukan keseimbangan antara konservasi dan pembangunan dalam memilih standar lingkungan .(Sanim, dalam Rachman kurniawan,2009).

2.5.1 Valuasi ekonomi dampak lingkungan

Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia, meningkatnya standar kehidupan (standard of living) menusia di negara-negara industri maju serta kelompok orang kaya di negara-negara berkembang, dan pesatnya kemajuan teknologi ; maka pencemaran ( pollution ) , overekploitasi SDA (Sumberdaya Alam ), banjir, erosi, tanah longsor, sedimentasi, pengikisan keanekaragaman hayati ( biodiversity loss ), dan berbagai macam kerusakan lingkungan lainnya pun semakin masif dan menyebar luas ke seluruh penjuru dunia ( Dahuri, 2012 ).


(50)

Perubahan penggunaan lahan dalam dekade terakhir ini sangat cepat, terutama dari Pertanian menjadi non pertanian. Perubahan ini berdampak pada penurunan kualitas lingkungan. Pada sisi lain, perubahan ini berdampak pada perubahan manfaat yang dapat diperoleh oleh perorangan maupun masyarakat. Manfaat yang dapat diperoleh dari barang dan jasa lingkungan sangat terbatas karena adanya keterbatasan dalam nilai barang dan jasa lingkungan (Bonnieux dan Goffe, 1997). Ini menjadi salah satu sebab fungsi lingkungan tidak dihitung dan diabaikan dalam pengambilan kebijakan.

Pengelolaan lingkungan dapat dicapai dengan menerapkan ekonomi lingkungan sebagai instrumen yang mengatur alokasi sumberdaya secara rasional (Steer, 1995). Kebijakan lingkungan banyak dipengaruhi oleh ekonomi lingkungan . Kebijakan mengurangi suatu dampak lingkungan akan dipengaruhi oleh perhitungan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengurangi (preventif) atau memperbaiki dan manfaat yang akan diperoleh kemudian (Spash, 1997). Preventif dipahami sebagai perlakuan sebelum terjadinya dampak (ex-ante)sedangkan perbaikan merupakan perlakuan setelah dampak terjadi (ex-post). Penilaian manfaat lingkungan secara ekonomis dengan sangat kecil atau sangat besar harus ditinggalkan dan barang dan jasa lingkungan harus dinilai keuntungannya secara ekonomi (Barbier, 1995).

Pengambilan kebijakan ataupun keputusan apakah preventif atau perbaikan harus dibuat terutama untuk melihat besar investasi yang dikeluarkan, untuk tindakan preventif maupun biaya untuk memperbaiki dampak yang sudah terjadi ( Barrett dan Segerson, 1997). Sedangkan (Suparmoko, 2000) yang dimaksud lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makluk hidup, termasuk didalamnya


(51)

manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makluk hidup lainnya.

Kelestarian sumberdaya alam sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia, upaya manusia untuk meningkatkan perekonomian harus disertai upaya untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan .Manusia sebagai komponen aktif dan pengelola lingkungan akan menentukan pola dan corak penggunaan lahan pada suatu wilayah. Pertambahan penduduk identik dengan peningkatan kebutuhan. Hal ini akan menyebabkan bertambah besarnya tekanan kepada sumberdaya lahan dan perubahan penggunaan lahan ini juga dijumpai di kawasan lindung. Daerah berbukit dan terjal yang merupakan kawasan lindung digunakan penduduk menjadi areal galian C tanpa menggunakan masukan agroteknologi yang sesuai. Tekanan ini akan menyebabkan pola penggunaan lahan dan proporsi lahan untuk areal pertanian akan bertambah besar sedangkan wilayah lindung akan semakin berkurang. Perubahan jumlah penduduk dan bentuk kegiatannya akan mengakibatkan perubahan dalam penggunaan lahan dan selanjutnya akan menyebabkan perubahan dalam kualitas lingkungan. Perubahan lingkungan ini sering merupakan akibat pemanfaatan sumberdaya alam sudah melampaui daya dukung lingkungan. Dampak yang sering terlihat adalah bertambahnya lahan kritis, meningkatnya erosi tanah dan sedimentasi serta terjadinya banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.

Menurut (Sukandarrumidi, 2010), kegiatan pertambangan pasti akan merusak lingkungan. Untuk mengantisipasi terjadinya kerusakan yang berakibat pada timbulnya gangguan kesehatan/penyakit pada masyarakat dilingkungan penambangan diantaranya


(52)

a. Terhamburnya debu /kebisingan sebagai akibat proses pengolahan ataupun debu akibat kenderaan pengangkut hasil tambang, penyakit, yang ditimbulkan diantanya Ispa, Iritasi pada mata

b. Terbentuknya banyak kubangan air di daerah bekas pertambangan dapat dimanfaatkan sebagai perkembangbiakan berbagai jenis nyamuk yang dapat menyababkan penyakit malaria

c. Banyaknya kubangan air itu akan berakibat pada perubahan iklim mikro yang dapat menganggu kenyamanan lingkungan , udara menjadi panas, dengan kelembaban tinggi

d. Terjadinya tanah longsor secara besar-besaran didaerah pertambangan terbuka dapat menimbulkan penyakit demam lembah.

Dari Kerusakan lingkungan banyak masyarakat berpendapat bahwa kegiatan penambangan bahan tambang/mineral dipastikan merusak lingkungan seberapapun tingkatannya. Kerusakan pada permukaan tanah akan berpengaruh pada pertumbuhan vegetasi karena tanah pucuk yang subur telah dikupas. Ketiadaan tanaman penutup pada permukaan tanah akan mempercepat erosi permukaan oleh air hujan, dan menimbulkan saluran-saluran kecil akan menjadi bertambah dalam dan lebar. Semua aliran air permukaan ini akan bermuara disungai induk, dan air sungai tampak berwarna coklat dan keruh (Sukandarrumidi, 2010 ).

2.6 Metode Valuasi Ekonomi

Metode valuasi ekonomi sumberdaya alam dan lingkungan secara umum dibagi ke dalam dua pendekatan (Turner et al. 1994, PSLH-UGM 2001), yakni valuasi yang


(53)

menggunakan fungsi permintaan (demand approach) dan valuasi yang tidak menggunakan fungsi permintaan (non-demand approach). Valuasi ekonomi dengan pendekatan fungsi permintaan meliputi empat metode, yakni metode dampak produksi, metode respon dosis, metode pengeluaran preventif, dan metode biaya pengganti. Kemudian valuasi ekonomi yang tidak menggunakan fungsi permintaan meliputi metode valuasi kontingensi, metode biaya perjalanan, metode nilai properti, dan metode biaya pengobatan.

2.6.1 Valuasi Ekonomi dengan Pendekatan Fungsi Permintaan.

Pendekatan fungsi permintaan dapat dilakukan dengan beberapa hal, diantaranya :

Metode dampak produksi

Metode dampak produksi merupakan metode yang umum digunakan dalam valuasi ekonomi Sumberdaya Alam dan lingkungan. Metode ini menghitung manfaat konservasi lingkungan dari sisi kerugian yang ditimbulkan akibat adanya suatu kebijakan proteksi. Metode ini menjadi dasar dalam pembayaran kompensasi bagi properti masyarakat yang dibeli oleh pemerintah untuk tujuan tertentu, misalnya untuk membangun jalan bebas hambatan (tol), lapangan terbang, atau instalasi militer. Dalam hal ini kompensasi juga termasuk bagi para petani yang merelakan tanahnya untuk tujuan pembangunan, walaupun bentuk penggunaan lahan tersebut berupa cagar alam, hutan lindung atau lainnya yang mempunyai fungsi ekologis selain fungsi produksi.

Metode respon dosis

Metode respon dosis menilai pengaruh perubahan kandungan zat kimia atau bahan polusi (polutan) tertentu terhadap kegiatan ekonomi atau kepuasan konsumen. Sebagai


(54)

contoh tingkat pencemaran badan air akan mempengaruhi pertumbuhan makhluk air, baik ikan yang dibudidayakan maupun ikan liar, menurunkan manfaat kegunaan air, berbahaya bagi kesehatan manusia, dan lain lain. Dalam hal ini kompleksitas valuasi ekonominya berbeda-beda. Penurunan tingkat produksi perikanan dalam contoh yang dimaksud dapat dihitung baik dengan menggunakan harga pasar yang berlaku maupun harga bayangan (shadow price). Tetapi valuasi ekonomi akan menjadi lebih kompleks jika dampak pencemaran tersebut ternyata mempengaruhi kesehatan manusia, termasuk risiko meninggal dunia. Jika demikian maka valuasi ekonomi dampak pencemaran tersebut memerlukan estimasi yang menyangkut nilai kehidupan manusia seperti pengurangan risiko sakit atau kemungkinan meninggal dunia, kemauan untuk membayar guna menghindari risiko sakit atau meninggal dunia akibat pencemaran. Dalam banyak hal terdapat kaitan yang erat antara metode ini dengan metode dampak produksi.

Metode pengeluaran preventif

Pada metode ini nilai lingkungan dihitung dari apa yang disiapkan oleh seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) untuk upaya pencegahan kerusakan lingkungan seperti pembuatan terasering untuk mencegah erosi di daerah berlereng atau dataran tinggi. Metode yang terkait erat dengan pendekatan ini adalah metode perilaku menghindari risiko. Dalam metode ini nilai ekternalitas lingkungan dari suatu kegiatan pembangunan dihitung dengan melihat berapa biaya yang disiapkan oleh seseorang atau masyarakat untuk menghindari dampak negatif dari lingkungan yang kurang baik, seperti pindah ke daerah lain yang kualitas lingkungannya lebih baik atau setara dengan biaya pindah. Metode pengeluaran preventif juga digunakan untuk menilai ekternalitas kepindahan tempat kerja


(55)

karyawan suatu kantor atau perusahaan dimana biaya transportasi ke tempat kerja yang baru merupakan biaya ekternalitas.

Metode biaya pengganti

Valuasi ekonomi dengan metode ini didasarkan pada biaya ganti rugi aset produktif yang rusak, karena penurunan kualitas lingkungan atau kesalahan pengelolaan. Biaya ganti rugi tersebut diperlukan sebagai perkiraan minimum dari nilai peralatan yang dapat mengurangi polusi atau perbaikan pengelolaan praktis sehingga dapat mencegah kerusakan. Nilai minimum tersebut dibandingkan dengan biaya peralatan yang baru. Sebagai ilustrasi yang umum digunakan adalah konversi hutan bakau untuk pembangunan. Jika suatu hutan bakau dikurangi, maka akan terjadi perubahan keseimbangan rantai makanan dalam ekosistem perairan pantai yang dipengaruhi oleh hutan bakau. Namun dalam kenyataannya ternyata perubahan tersebut tidak hanya menyangkut keseimbangan rantai makanan biota air, tetapi juga menyangkut aspek lain, seperti siklus air dan unsur hara. Apabila pengurangan luas hutan bakau ternyata berdampak terhadap pengurangan unsur hara dan penurunan populasi udang tangkap, maka dengan menilai kerugian tersebut secara moneter akan diperoleh jumlah biaya pengganti yang harus dikeluarkan jika kebijakan pengelolaan hutan bakau tersebut dilaksanakan.

2.6.2 Valuasi Ekonomi dengan Pendekatan Bukan Fungsi Permintaan

Untuk melihat valuasi ekonomi dengan pendekatan bukan fungsi permintaan diantaranya dengan :


(56)

Metode valuasi kontingensi

Metode valuasi kotingensi merupakan metode valuasi Sumberdaya Alam dan lingkungan dengan cara menanyakan secara langsung kepada konsumen tentang nilai manfaat Sumberdaya Alam dan lingkungan yang mereka rasakan. Teknik metode ini dilakukan dengan survai melalui wawancara langsung dengan responden yang memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan yang dimaksud. Cara ini diharapkan dapat menentukan preferensi responden terhadap Sumberdaya Alam dengan mengemukakan kesanggupan untuk membayar (WTP: willingness to pay) yang dinyatakan dalam bentuk nilai uang.

Guna memperoleh hasil yang maksimal dan mengenai sasaran, penerapan metode ini memerlukan rancangan dan pendekatan kuesioner yang baik. Ada empat pendekatan kuesioner yang dapat dipertimbangkan, yakni: (1) pendekatan pertanyaan langsung, (2) pendekatan penawaran bertingkat, (3) pendekatan kartu pembayaran, dan (4) pendekatan setuju atau tidak setuju.

Pendekatan pertanyaan langsung digunakan dengan cara memberikan pertanyaan langsung berapa harga yang sanggup dibayarkan oleh responden untuk dapat memanfaatkan atau mengkonsumsi Sumberdaya Alam dan jasa lingkungan yang ditawarkan.

Pendekatan penawaran bertingkat merupakan penyempurnaan dari pendekatan pertanyaan langsung. Pendekatan ini dimulai dengan suatu tingkat harga awal tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti lalu ditanyakan kepada responden apakah harga tersebut layak. Jika responden menjawab "ya" dengan harga yang ditawarkan maka nilai harga tersebut dinaikan dan ditawarkan kepada responden sehingga responden menjawab "tidak".


(57)

Jawaban atau angka terakhir yang dicapai tersebut merupakan nilai WTP yang tertinggi dari responden.

Hal sebaliknya bisa juga terjadi, yaitu jika responden sudah menjawab "tidak"untuk tingkat harga pertama yang ditawarkan. Jika demikian maka harga tersebut diturunkan sampai responden menjawab "ya". Jawaban atau angka terakhir yang dicapai tersebut dianggap sebagai nilai WTP tertinggi. Nilai WTP dengan pendekatan ini dianggap sebagai nilai atau harga Sumberdaya Alam dan lingkungan yang ditawarkan.

Pendekatan kartu pembayaran digunakan dengan bantuan sebuah kartu berisi daftar harga yang dimulai dari nol sampai pada suatu harga tertentu yang relatif tinggi. Kemudian kepada responden ditanyakan harga maksimum yang sanggup dibayar untuk suatu produk atau jasa Sumberdaya Alam dan lingkungan.

Pendekatan setuju atau tidak setuju merupakan cara yang paling sederhana, terutama bagi responden karena responden hanya ditawari suatu tingkat harga tertentu kemudian ditanya setuju atau tidak setuju dengan harga tersebut.

Metode valuasi kontingensi dengan survei WTP/WTA merupakan metode yang telah banyak digunakan. Metode CVM pernah digunakan untuk menilai WTP para turis terhadap sumberdaya alam dan lingkungan National Park di Kenya (Navrud & Mungatana 1994), preservasi hutan hujan tropis (Rolfe et al. 2000), menilai kemauan masyarakat untuk membayar jasa pengelolaan sampah rumah tangga di Malaysia (Othman 2002), pengelolaan hutan di Malaysia (Othman 2004).

Terlepas dari kelebihannya, ada beberapa kelemahan metode ini akibat bias yang ditimbulkannya. Ada lima sumber bias atau kesalahan yang dapat timbul pada metode ini (Shogen et al. 1994, Suparmoko dan Suparmoko 2000), yakni:


(58)

1. Kesalahan strategi: kesalahan ini muncul akibat kesalahan strategi dalam mengungkap informasi yang mengakibatkan ketidaktepatan persepsi responden terhadap pertanyaan yang diajukan.

2. Kesalahan titik awal: kesalahan ini terjadi pada pengungkapan informasi dengan menggunakan metode penawaran bertingkat disebabkan oleh kesulitan dalam penentuan berapa harga awal yang ditawarkan Kesalahan hipotetis: bersumber dari dua hal, yakni responden tidak serius terhadap pertanyaan yang diajukan dan hanya menjawab seadanya.

3. Merasakan secara benar mengenai kharakteristik Sumberdaya Alam dan lingkungan yang diuraikan oleh pewawancara dan responden memberikan respon yang tidakserius terhadap pertanyaan yang diajukan dan hanya menjawab seadanya.

4. Kesalahan sampling: muncul karena ketidakjelasan dalam mendefinisikan populasi, tidak ada kesesuaian antara populasi yang menjadi sasaran dengan contoh yang diambil, pengambilan contoh tidak acak, atau jumlah contoh yang tidak mewakili.

5. Kesalahan spesifikasi komoditas: terjadi karena responden tidak mengerti spesifikasi barang atau jasa Sumberdaya Alam dan lingkungan yang ditawarkan. Kesalahan ini dapat diatasi dengan uraian yang jelas dan menggunakan kalimat yang sederhana, efektif dan mudah dimengerti atau dengan cara menggunakan alat bantu dan visualisasi, seperti foto, gambar, lukisan dan lainnya.

Metode biaya perjalanan

Metode valuasi ini mengestimasi kurva permintaan barang-barang rekreasi terutama rekreasi di luar rumah. Asumsi yang digunakan adalah semakin jauh tempat tinggal seseorang yang datang memanfaatkan fasilitas rekreasi akan semakin menurun permintaan


(59)

terhadap produk rekreasi tersebut. Para pemakai tempat rekreasi yang bertempat tinggal lebih dekat ke tempat rekreasi diharapkan lebih banyak meminta produk rekreasi karena biaya perjalanan lebih rendah dibandingkan dengan yang tinggal lebih jauh dari tempat rekreasi tersebut. Dengan demikian mereka yang bertempat tinggal lebih dekat dan biaya perjalanannya lebih rendah akan memiliki surplus konsumen besar.

Dengan demikian pendekatan biaya perjalanan dapat diterapkan untuk menyusun kurva permintaan masyarakat terhadap rekreasi untuk suatu produk/jasa Sumberdaya Alam dan lingkungan. Ada beberapa asumsi dasar dalam penggunaan metode ini (PSLH-UGM 2001), yakni:

1. Para konsumen/responden memberikan respon yang sama terhadap perubahan harga tiket dan jumlah biaya perjalanan yang harus dikeluarkan;

2. Utilitas selama perjalanan bukan merupakan faktor yang mempengaruhi permintaan rekreasi;

3. Tempat-tempat rekreasi sejenis mempunyai kualitas yang sama dalam memberikan kepuasan kepada pengunjung;

4. Pengunjung dengan tujuan rekreasi yang banyak telah diketahui sebelumnya

5. Tempat rekreasi belum mencapai kapasitas maksimum sehingga tidak ada pengunjung yang ditolak;

6. Para pengunjung yang berasal dari daerah yang berbeda dianggap mempunyai selera, preferensi dan pendapatan yang relatif sama.

FAO (2001) menyatakan bahwa teknik atau metode biaya perjalanan dan valuasi tingensi pada dasarnya dapat digunakan untuk menilai barang (SDA dan lingkungan) yang sama, termasuk eksternalitas lahan pertanian.


(60)

Metode nilai properti

Metode ini merupakan suatu teknik valuasi ekonomi terhadap SDA dan lingkungan berdasarkan pada perbedaan harga sewa lahan atau harga sewa rumah. Dengan asumsi bahwa perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan kualitas lingkungan maka selisih harga keduanya merupakan harga kualitas lingkungan itu sendiri. Pendekatan atau metode ini dikenal juga dengan pendekatan hedonik (Othman. 2006). Metode ini didasarkan atas kesanggupan seseorang untuk membayar (WTP) lahan atau komoditas lingkungan sebagai cara untuk menduga secara tidak langsung bentuk kurva permintaannya sehingga nilai perubahan kualitas lingkungan tersebut dapat ditentukan.

Kesanggupan seseorang untuk membayar lahan, rumah atau properti lainnyatergantung pada karakteristik barang tersebut, artinya perubahan karakteristik akan mengubah WTP seseorang, sehingga kurva permintaannya juga berubah. Salah satu karakteristik lahan dan perumahan adalah kondisi lingkungan dimana lahan atau rumah tersebut berada yang dicerminkan oleh perbedaan harga atau sewanya. Pendekatan ini didasarkan pada dua asumsi dasar, yakni : (1) konsumen mengetahui dengan baik tentang karakteristik properti yang ditawarkan dan memiliki kebebasan untuk memilih alternatif lain tanpa ada kekuatan lain yang dapat mempengaruhinya, dan (2) konsumen mencapai atau merasakan kepuasan maksimum atas properti yang dibelinya dengan kemampuan keuangan yang dimilikinya. Oleh karena itu harga rumah atau tanah atau properti tersebutmerupakan fungsi dari struktur bangunannya, lingkungan sekitar atau tetangga dan kualitas lingkungan. Beberapa hal yang dapat dikaitkan dengan variabel struktur bangunan adalah bentuk, model, luas, dan lain-lain. Variabel lingkungan sekitar mencakup akses ke


(1)

Lampiran :20Diagram harha Pokok galian C Kerikil

31.000 Hp 174

Biaya

1 3 Q

0 4

PMC

2


(2)

Lampiran :21 Diagram melihat kedudukan biaya kelangkaan, harga pokok dan harga pasar kerikil

Biaya

1

2

Q

31

0

Hp. 174

3

Hps 536

Biaya

Rent

4

Biaya

kelangkaan

BMK + BMS

PMC

PMC + BMK

567 598 629

660

A


(3)

Lampiran :22 Diagram biaya kelangkaan Galian C Koral

Biaya

1 2 Q

30

0 3

BMK + BMS

60 90

Harga

4 120


(4)

Lampiran : 23 Diagram untuk melihat harga pokok galian C Koral

30 Hp 209

Biaya

1 3 Q

0 4

PMC


(5)

Lampiran :24 Diagram jumlah biaya kelangkaan,harga pokok dan harga pasar Koral

30 Hp 209 Hps 570

Biaya

1 2 Q

0 3 Biaya Rent 4 Biaya kelangkaan

BMK + BMS PMC

PMC + BMJ

600 630 660

690 A


(6)

Lampiran :25 Grafik keseimbangan penawaran

A C MCB

MBP

0