49
5.1.1.4 Pintu Masuk Kasungai
Pintu masuk Kasungai terletak di Desa Kasungai, Kecamatan Batu Sopang yang dapat ditempuh melalui jalan darat dan sungai dari Balikpapan, Tanah
Grogot dan Banjarmasin Kalimantan Selatan dengan menggunakan kendaraan pribadi roda dua atau roda empat. Aksesibilitas menuju pintu masuk Kasungai
cukup mudah dengan kombinasi jalan aspal dan tanah berbatu. Kasungai bila ditempuh dari Bandara Udara Sepinggan di Balikpapan menggunakan jalur
Balikpapan-Kariangau-Penajam Paser Utara-Batu Sopang-Desa Kasungai ± 257 km, ± 6 jam. Tanah Grogot melalui jalur Tanah Grogot-Batu Kajang-Desa
Kasungai ± 47 km, ± 2 jam. Banjarmasin Kalimantan Selatan melalui jalur Banjarmasin-Muara Komam-Batu Sopang-Desa Kasungai ± 224 km, ± 6 jam.
Fasilitas yang disediakan berupa akses jalan yang mudah keluar-masuk dari pintu masuk Kasungai, warung makanan atau minuman, jasa penyewaan
rumah warga bagi tamu yang berkunjung, serta adanya fasilitas listrik PLN juga lokasi yang dekat dengan pemancar signal hp, sehingga memudahkan komunikasi.
Sepanjang jalur Kasungai pengunjung akan menjumpai beberapa objek wisata alam di antaranya:
a. Goa Tengkorak
Desa Kasungai memiliki Goa Tengkorak yang merupakan tempat mengubur orang-orang penganut kepercayaan animisme sebelum masuknya
pengaruh Agama Hindu dan Agama Islam di Kerajaan Paser, dengan jumlah tengkorak dalam goa ini berjumlah ± 35 buah, kondisi tengkorak yang beberapa
sudah rusak dan tidak utuh lagi. Goa Tengkorak berbentuk cekungan, yang terletak di punggung bukit tebing batu dengan ketinggian ± 20 meter, dengan
harus menaiki tangga kayu terlebih dahulu untuk mencapai goanya. Tengkorak manusia ini di dalamnya yang berasal dari zaman Kahariangan dan juga
merupakan situs peninggalan sejarah nenek moyang, yang memiliki serambi goa yang dihiasi stalagtit dan stalagmit yang indah.
Pemandangan yang dapat dinikmati dari Goa tengkorak adalah keindahan Gunung Loyang, Sungai Kesungai dan Sungai Semao. Selain itu juga dapat
mendengar kicauan burung Gagak, Enggang, Elang dan burung-burung lainnya dan nuansa hutan sekunder pegunungan. Goa ini berjarak ± 700 meter dengan
50 waktu tempuh ± 30 menit. Untuk menuju lokasi dengan melewati dua jembatan
dan dua sungai yaitu Sungai Semao dan Sungai Kesungai, pengunjung akan melihat kuburan masyarakat Kasungai yang sudah menganut ajaran Agama Islam.
Goa Tengkorak ini berada di sekitar kawasan HLGL dan sudah dikelola oleh Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Paser. Kondisi sekitar wilayah
kawasan Goa Tengkorak cukup baik walaupun masih memerlukan perawatan dan pengawasan secara lebih kontinyu untuk memberikan kenyamanan kepada
pengunjung.
Gambar 14 Goa Tengkorak: a View yang dapat dinikmati dari tangga Goa Tengkorak, b Tangga menuju Goa Tengkorak c Tengkorak
kepala dan tulang belulang di dalam goa.
b. Goa Loyang
Goa Loyang mempunyai keindahan yang telah terlihat dari kejauhan dengan batu yang besar dengan pepohonan yang rindang, Goa Loyang tersebut
merupakan hasil temuan masyarakat Desa Kasungai yang bernama Lojang. Keunikannya adalah ruangan pertama dari mulut goa berukuran besar dan
menyerupai loyang terbalik. Untuk menuju goa harus menaiki tangga menuju mulut goa yang besar. Saat berada di dalam goa pengunjung dapat melihat
ruangan yang besar seperti loyang yang terbalik. Ada dua jalur untuk berjalan- jalan dengan beberapa pintu keluar, dengan menjelajahi goa yaitu jalur pertama
menuju puncak gunung setinggi ± 110 mdpl dan jalur kedua yang merupakan kombinasi jalan hutan dan jalan dalam goa.
Sejauh mata memandang, jalur pertama menyuguhkan pemandangan alam yang sangat luar biasa, seluruh wilayah Kecamatan Batu Sopang, komplek
A B
C
51 pertambangan batu bara PT. Kideco dan sekitarnya dapat terlihat, beserta seluruh
gugusan pegunungan yang eksotis. Sedangkan jalur kedua menyajikan penelusuran goa yang menantang dan unik. Liang tanduk dan liang serawu
merupakan dua ruangan utama dalam goa. Fauna yang terdapat di dalam goa yaitu kelelawar, walet dan laba-laba. Sedangkan fauna yang dijumpai di sekitar
goa antara lain burung Punai tanah, Terantang, Pipit, Teruak Gonggong, Engkutong, Enggang, Gagak dan Bubut. Goa ini berjarak ± 400 m dengan waktu
tempuh ± 20 menit dari Desa Kasungai. Fasilitas yang tersedia antara lain akses menuju goa yang sudah diaspal dan dalam keadaan baik, loket karcis, tempat
pertunjukan, kantin, gazebo dan tempat parkir. Goa Loyang ini juga sudah di kelolah oleh Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Paser.
Gambar 15 Goa Loyang: a Mulut Goa, b Lorong Goa yang sempit dan ornamen goa berupa stalaktit dan stalakmit serta kelelawar yang
sedang terbang di dalam goa sumber foto: Mariana Zainun dan Nurbandiah.
5.1.2 Daya Tarik Biologi 5.1.2.1 Flora
HLGL memiliki flora yang langka dan endemik dapat menjadi obyek yang menarik bagi para pengunjung yang terdiri dari hutan primer dan hutan sekunder,
khususnya untuk tujuan pendidikan dan penelitian. Hutan Lindung Gunung Lumut juga memiliki kenekaragaman tanaman hias berupa berbagai jenis tanaman
anggrek yang terlihat seperti pada Gambar 16.
A B
52
Gambar 16 a,b dan c Anggrek di Hutan Lindung Gunung Lumut sumber foto:Mariana Zainun dan Nurbandiah.
Flora yang menonjol dan sering ditemui pada hutan riparian tepi sungai dan anak sungai adalah BekokalBkokal bawo Saraca declinata Jack Miq dan
Biwan Endertia spectabilis Steenis de Wit. Selain tanaman tersebut juga dapat ditemui Meranti Shorea sp., Bangris, Ulin Eusideroxylon zwageri,
BeringinNunuk Ficus sp., Mayas Duabanga moluccana Blume, Benuang Octomeles sumatrana, Bungur Lagerstroemia sp., Gaharu Aquilaria
malaccensis, Sungkai Peronema canescens Jack, Walur Nauclea subdita Merr., Nsom bulau Mangifera torquenda Kosterm., Nansang Macaranga
pruinosa Miq. Mull.Arg., Nansang puyan Macaranga pearsonii Merr., Bangkorang Leea indica Burm.f., Lutung Alstonia angustiloba Miq., Ara
Poikilospermum sp., Ara gendang Ficus variegata Blume Lutung Buis, Pelawan Tristaniopsis whiteana, Bnsiang Ziziphus angustifolius Miq.
Hatusima ex Steenis.
A B
C
53
Gambar 17 Flora di Hutan Lindung Gunung Lumut: a BekokalBkokal bawo Saraca declinata Jack Miq, b Meranti Shorea sp., c Gaharu
Aquilaria malaccensis, d BeringinNunuk Ficus sp., e Buah Walur Nauclea subdita Merr., f Bungur Lagerstroemia sp. dan
g Bangris Koompassia excelsa. Sumber foto: Nurbandiah
2008.
A B
C D
E
G F
54 Jenis pohon-pohon yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat disekitar
HLGL antara lain dari kelompok Mangga Mangifera sp., Durian Durio sp., Rambutan Nephelium sp., Langsat Lansium domesticum, Asam putar
Mangivera similis, Keranji Dialium indum, Cempedak, Tarap dan Bukes. Tanaman herba yang sering digunakan sebagai bahan pangan oleh masyarakat
adalah Ptien Etlingera sp. dapat dilihat pada Gambar 18 Nurbandiah 2008.
5.1.2.2 Fauna
HLGL memiliki keanekaragaman fauna yang tinggi, berdasarkan wawancara dengan masyarakat setempat maupun pengamatan secara langsung
terhadap keberadaan satwa yang pernah dan sering terlihat di kawasan HLGL, yaitu yang ditandai dengan penemuan jejak berupa jejak kaki, jejak cakaran pada
pohon dan kayu, jejak feses dan bekas makanan yang telah dimakan oleh satwa pada jalur menuju kawasan HLGL Simorangkir 2006.
Perjalanan menuju Puncak HLGL, misalnya, pengunjung dapat melihat langsung Owa Kelawot. Selain itu, pengunjung dapat melihat Beruang Madu
yang sedang bergelantungan, Enggang dan burung-burung kecil yang sedang berterbangan. Selain binatang-binatang tersebut, pengunjung juga dapat dengan
mudah melihat langsung atau mendengar suara berbagai jenis burung, seperti contohnya burung Gagak Hutan Corvus enca yang sering di jumpai pada daerah
aliran sungai, terutama disekitar Desa Rantau Layung. Burung lainnya yang sering terdengar suaranya saat pagi-siang hari dan
dapat dilihat di sekitar kawasan HLGL baik dalam perjalanan menuju puncak Gunung Lumut dan di daerah-daerah menuju lokasi air terjun dan liang adalah
Kuau raja Argusianus argus, Srigunting batu Dicrurus paradiseus, Rangkong badak Buceros rhinoceros, Rangkong gading Rhinoplax vigil, Kucica hutan
Copsychus stricklandi, Takur tutut Megalaima rafflesii, Elang hitam Ictinaetus malayensis, Merbah cerukcuk Picnonotus goiavier, Caladi batu
Meiglyptes tristis, Bubut alang-alang Centropus bengalensis, dan Cinenen belukar Orthotomus atrogularis. Selain burung-burung tersebut juga terdapat
berbagai jenis kupu-kupu yang terlihat seperti pada Gambar 18 Nurbandiah 2008.
55
Gambar 18 Kupu-kupu di Hutan Lindung Gunung Lumut: a C. hypsea munjava, b G. doson evemonides, c Y. sabina javanica, d C. amelea
bajadeta, e G. delesserti-delesserti f C. Elna. Sumber foto: Nurbandiah.
5.1.3 Wisata Sosial-Budaya
Selain potensi alam kawasan HLGL juga kaya akan wisata budaya dengan tetap menjaga pelestarian hutannya. Untuk menuju ke arah wisata, sangat
dibutuhkan daya dukung komponen-komponen dan kondisi lingkungan di luar kawasan HLGL. Beberapa aspek daya dukung lokal di antaranya yang diyakini
masyarakat lokal mempunyai nilai spiritual. Objek-objek yang dapat dijadikan wisata budaya adalah sebagai berikut:
5.1.3.1 Kearifan Lokal
Bentuk kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat antara lain tidak menebang pohon, tidak mengambil sarang lebah. Kearifan lokal yang dimiliki
masyarakat ini merupakan hal yang penting untuk pengembangan ekowisata dan kearifan lokal ini juga diwariskan secara turun termurun antara lain:
A B
C
D E
F
56
a. Masyarakat Adat Dusun Muluy
Masyarakat yang berada disekitar kawasan HLGL memiliki kelompok kebudayaan yang khas dan menarik. Keunikan yang menjadi daya tarik wisata
Dusun Muluy, masyarakat adat, diantaranya: 1.
Dusun Muluy memiliki daerah adat bagi pengunjung yang tertarik untuk mengenal tentang wisata budaya.
2. Dusun Muluy memegang teguh adat istiadat peninggalan leluhur dan
komitmen kuat terhadap falsafah hidup yang diwariskan oleh leluhur mereka. 3.
Budaya dan Adat yang ada masih bersifat murni dan belum terkontaminasi oleh pengaruh dari luar.
b. Kebudayaan Suku Dayak Paser