Pasang Surut Kajian Kesesuaian Karakteristik Ekosistem Terumbu Karang dan Kesesuaian Pemanfaatannya di Zona Pemanfaatan Wisata Taman Nasional Kepulauan Seribu

Sebuah penelitian yang dilakukan di Pulau Hyman, Australia pada tahun 1986 dan 1988, memperlihatkan terjadi variasi komoposisi jenis karang sesuai jaraknya dari lokasi pembuangan limbah rumah tangga. Pada terumbu karang di lokasi yang terdekat, banyak terjadi kematian jenis Acropora bercabang, sementara hal ini tidak terjadi pada jenis Porites dan karang-karang Faviidae masif yang umum ditemukan Van Woesik 1992. Pengaruh limbah minyak pada karang juga tergantung pada morfologi karangnya, karang jenis Acpropora bercabang adalah yang paling rentan terhadap limbah minyak, sementara pada karang masif dengan polip besar seperti karang mussidae dapat membuang minyak yang menempel dalam satu hari Loya dan Rinkevich 1987 dalam McLaughlin, 2002.

4. Pasang Surut

Subareal exposure adalah daerah karang yang dipengaruhi pasang surut air laut, dimana pada saat-saat tertentu airnya sangat rendah, sehingga banyak karang yang muncul ke permukaan. Lamanya waktu karang muncul di permukaan tergantung dari lamanya waktu pasang-surut. Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi pengaruh subaerial exposure, maka semakin banyak jenis karang yang berbentuk globose dan encrusting Chappell, 1980 dalam Supriharyono 2000. Karena banyak di antara karang yang tidak bisa bertahan lama hidup pada kondisi ini. Selain itu satu tanda spesifik adanya pengaruh subareal exposure adalah banyaknya karang yang berbentuk micro atoll, terutama pada jenis-jenis karang koloni besar seperti Porites atau karang Famili Faviidae Hughes, 1994. Kecenderungan bentuk pertumbuhan karang berdasarkan beberapa fakor pergerakan air dan lingkungannya dapat dilihat pada Table 3 dan Gambar 5 di bawah ini : 19 Tabel 3. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi bentuk pertumbuhan karang James, 1997 Lingkungan No. Bentuk Pertumbuhan Pergerakan air Sedimentasi 1. Rapuh, Bercabang Kecil Rendah 2. Tipis, Rapuh, Tabular Kecil Rendah 3. Membulat, columnar, sub-masif Sedang Tinggi 4. Kokoh, Dendroid, Bercabang Sedang-Besar Sedang 5. Hemisperical, Irregular, Masif Sedang-Besar Rendah 6. Encrusting Besar Rendah 7. Tabular Sedang Rendah Gambar 5. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi bentuk pertumbuhan karang Chappell, 1980 dalam Supriharyono, 2000 Zonasi Terumbu Karang Terbentuknya zonasi terumbu karang umumnya bergantung pada kondisi lingkungannya. Terdapat dua tipe dari zonasi karang ini, yaitu karang yang tumbuh di daerah yang sangat perairan terlindung dan karang yang tumbuh di daerah perairan terbuka Van Woesik, 1994. Menurut McLaughlin 2002, di suatu lokasi, zonasi terumbu karang dibedakan berdasarkan intensitas cahaya yang masuk yang hal ini juga bergantung dari kedalaman dan kekeruhan perairan, 20 posisi relatif terhadap laut terbuka, dan pergerakan air laut. Tiap parameter ini berinteraksi sehingga memberikan kondisi akhir berupa zonasi terumbu karang. Parameter paling dominan dalam zonasi terumbu karang adalah intensitas cahaya, yang merupakan sumber utama energi pada karang. Dan karena intensitas cahaya ini berhubungan dengan kedalaman, maka kedalaman juga dapat digunakan sebagai indikator untuk membagi habitat karang Delbeek, 1995. Menurut Van Woesik 2002, walaupun karang ditemukan tumbuh pada kedalaman yang bervariasi, tetapi kebanyakan karang tumbuh pada kedalaman yang spesifik. Walaupun belum diketahui dengan jelas apakah kompetisi atau preferensi habitat yang lebih berpengaruh dalam keberadaannya, tetapi keduanya saling berpengaruh. Berbagai karang dalam habitatnya akan membentuk suatu karakter zonasi terumbu karang yang dibatasi melalui kompetisi dan kemepuan penyesuaiannya dengan kondisi lingkungan. Pada daerah perairan dangkal tepian atau rataan terumbu dimana intensitas sinar matahari tinggi dan gelombang perairan besar pertumbuhan karang cenderung didominasi oleh karang bercabang, menjari atau masif. Pada lokasi yang lebih dalam, dengan pengaruh gerakan air dan cahaya berkurang, karang umumnya didominasi oleh bentuk yang lebih tipis percabangannya, flat atau tabulate untuk meningkatkan luas permukaan yang menerima cahaya McLaughlin, 2002; Delbeek, 1995. Sedangkan karang yang tumbuh di sekitar puncak terumbu reef crest yang sangat dipengaruhi gelombang umumnya dominasi mengarah pada bentuk yang kokoh atau memiliki cabang yang pendek dan kuat untuk mencegah terhanyut gelombang Van Woesik, 2002. Pengaruh kualitas kondisi lingkungan di luar faktor alam juga dapat mempengaruhi dominansi jenis terumbu karang. Pada penelitian di La Parguera, Puerto Rico pada tahun 1984, memperlihatkan pada suatu zona karang yang relatif sama, keberadaan karang Acropora relatif terbatas pada perairan yang jernih dengan energi gelombang sedang sampai kuat. Sedangkan pada daerah lain yang mempunyai kejernihan dan gelombang sedikit rendah umumnya terdapat karang campuran dari jenis Acropora dan non-Acropora umumnya karang masif Porites, Montastrea dan Diploria ditambah karang soft coral Morelock, 1993. Zonasi 21 dan komunitas ekosistem terumbu karang menurut Delbeek 1995, dapat dibagi menjadi beberapa zona sebagai berikut: Forereef Reef Front Reef front adalah bagian daerah terumbu karang yang menghadap laut terbuka. Pada daerah ini terdapat lereng slope kea rah laut, sehingga di daerah ini terdapat perbedaan intensitas cahaya yang masuk mengikuti kelerengannya. Tetapi pada umumnya karang tumbuh pada lokasi yang cukup banyak mendapat cahaya untuk mendukung pertumbuhannya. Reef front dibagi atas dua sub-zona yaitu reef slope dan upper reef slope. Upper Reef Slope Berada di atas reef slope, umumnya pada kedalaman antara 1-5 m, merupakan zona dengan kepadatan karang tertinggi. Di daerah ini terdapat tempat yang dataran, berbukit dan lembah. Pada tempat yang datar dan berbukit umumnya ditemukan karang bercabang, menjari, masif dan encrusting. Pada daerah lembah terutama yang sinar mataharinya terlindung, banyak ditemukan rubble dan alga. Karang tumbuh dengan berbagai macam bentuk, baik karang batu maupun soft coral. Karang batu umumnya memiliki bentuk yang tidak terlalu kokoh, tetapi tetap untuk memaksimalkan penerimaan cahaya. Jenis-jenis diminan yang ada di daerah ini adalah Acropora, Goniastrea, Favia, Favites, Leptoseria, Lobophyllia, Plerogyra, Pocillopora, Porites, Millepora, Stylophora, Lobophytum, Sarcophyton dan Sinularia. Lower Reef Slope Merupakan bagian bawah dari reef front. Di daerah ini spektrum warna biru mendominasi dan jumlah cahaya lebih sedikit dibanding pada bagian atasnya. Karang tumbuh secara horizontal untuk mendapat cahaya sebanyak mungkin. Sehingga karang yang banyak tumbuh adalah berbentuk tabulate. Jenis dominan adalah Acropora, Montipora, Echinopora, Porites dan Turbinaria. Reef Crest Daerah ini merupakan zona dengan energi gelobang dan intensitas cahaya tertinggi. Pada bagian tertentu di daerah ini dapat muncul di permukaan laut pada saat surut rendah. Hampir semua bagian karang di daerah ini mendapat cahaya tidak hanya pada bagian atasnya saja. Karang yang tumbuh di daerah ini 22 umumnya pendek dan menjari atau masif. Jenis-jenis karang yang umumnya terdapat di zona ini adalah Acropora, Favites, Montipora and Pocillopora, Lobophytum, Sarcophyton and Sinularia. Reef Flat Daerah reef flat di belakang reef crest adalah juga daerah dengan lingkungan yang keras, karang yang tumbuh di daerah ini harus dapat bertahan dengan intensitas cahaya matahari yang sangat tinggi yang mengandung sinar ultra violet, kekeringan, salinitas tinggi dan turun naiknya suhu perairan. Selain itu tutupan karang juga dapat diperkecil dengan adanya substrat pasir. Jenis-jenis karang yang umumnya ditemukan di daerah ini adalah Porites, Acropora, anemones dan Alcyonaceans. Back Reef Pada daerah ini umumnya agak berlumpur akibat akumulasi sediment dari daerah reef crest atau reef front. Karang muncul dari tumpukan pasir yang ada. Selain gerakan air, keberadaan Holothurioids di daerah ini membantu penyerapan sediment di perairan. Jenis-jenis karang yang umumnya dijumpai di daerah ini adalah karang massif, lembaran dan bercabang seperti Euphyllia, Gonipora, Pachyseris, Favia, Favites, Goniastraea, Pocillopora, Porites, Seriatopora, Heliopora dan Sarcophyton. Zonasi, komunitas karang dan berbagai faktor yang mempengaruhinya dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7. Gambar 6. Zonasi, komunitas dan faktor yang mempengaruhinya di ekosistem terumbu karang Chappel, 1980 dalam Supriharyono, 2002 23 Gambar 7. Zonasi dan komunitas ekosistem terumbu karang Delbeek, 1995 Tipe Ekosistem Terumbu Karang Para ahli telah mengklasifikasikan beberapa tipe-tipe pembentukan ekosistem terumbu karang, terdapatnya variasi dalam tipe ekosistem ini umumnya dapat saling berhubungan yang diklasifikasikan berdasarkan sejarah geologinya, bentuk, jaraknya ke daratan dan materi penyusunnya Veron, 2000. Secara prinsip, Teori Darwin menyatakan tiga tipe formasi pembentukan ekosistem terumbu karang di dunia, yang kemudian dikenal dengan teori penenggelaman Subsidence Theory yaitu:

1. Terumbu karang tepi fringing reef