• Kriteria penetapan: − Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau gejala fenomena
alam yang indah dan unik. − Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang
pengelolaan yang efektif bagi pariwisata dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami.
− Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan pariwisata alam dan pelestariannya.
• Kriteria pemanfaatan: − Semua kegiatan yang dapat dilakukan di Zona Inti.
− Pemanfaatan dan pengembangan obyek daya tarik wisata alam taman
nasional untuk kegiatan pariwisata alam dan rekreasi.
4. Zona lainnya
Zona lainnya adalah zona diluar Zona Inti, Zona Perlindungan dan Zona Pemanfaatan Wisata yang dikembangkan sesuai dengan keperluan ditinjau dari
aspek kondisi sumber daya alam dan kondisi masyarakat setempat. • Kriteria penetapan:
− Mempunyai potensi sumber daya yang mampu mendukung kegiatan tradisional masyarakat.
− Mampu mendukung pemukiman masyarakat dan tempat memenuhi kebutuhan hidupnya.
− Merupakan kawasan yang dapat dipulihkan keutuhannya dalam rangka pelestarian manfaat.
• Kriteria pemanfaatan: − Rehabilitasi potensi dan sumber daya alam kawasan.
− Pemanfaatan sumber daya alam dengan memperhatikan daya dukungnya. − Budidaya biota asli kawasan.
− Pengembangan lokasi, sarana dan prasaranan pemukiman untuk masyrakat
lokal dengan memperhatikan dampak lingkungan. Dalam penyusunan zonasi taman nasional laut di Taman Nasional Bunaken,
Propinsi Sulawesi Utara dilakukan dengan menitikberatkan pada ekosistem terumbu karang sebagai dasar objek utama pengelolaan taman nasional laut ini
31
yang merupakan hasil kerjasama dengan United Stated Agency for International Development USAID dilaksanakan pada tahun 1993-1995. Penyusunan
dilakukan melalui analisis terhadap nilai pariwisata dan nilai ekologi ekosistem terumbu karang sebagai indikator potensi pengelolaan, dengan parameter yang
digunakan sebagai berikut : Nilai pariwisata tourism value :
- Aesthetics diwakili oleh tingginya persentase tutupan karang hidup dan kecerahan perairan laut.
- Safety diwakili oleh kecil atau tidak adanya arus yang kuat dan tidak terdapatnya gangguan dari aktifitas perikanan yang berbahaya di sekitar lokasi
seperti adanya jaring dasar atau penggunaan bahan peledak. - Accessibility ditunjukan melalui jarak dari hotelpenginapan dan kemudahan
masuk dengan menggunakan kapal. - Fishing activity ditunjukan melalui jarak dari pemukiman nelayan.
Nilai konservasi conservation value - Habitat variety diwakili oleh jumlah macam tipe bentuk ekosistem terumbu
karang dan ekosistem lainnya seperti atol, barrier reefs, fringing reef, hutan mangrove atau padang lamun.
- Unique coral habitat menunjukan ada atau tidak adanya habitat karang yang terkait sebagai habitat biota unik yang tidak ditemukan ditempat lain di sekitar
Taman Nasional Bunaken. - Coral cover ditunjukan oleh besarnya persentase tutupan karang hidup.
- Keragaman diversity ditunjukan oleh jumlah genus karang yang ditemukan di satu lokasi ekosistem terumbu karang.
- Intactness ditunjukan melalui perkiraan besaran persentase koloni karang yang telah rusak atau hancur.
32
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekitar Zona Pemafaatan Wisata, Taman Nasional Kepulauan Seribu, meliputi dua kelurahan yaitu Kelurahan Pulau Kelapa dan
Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Propinsi DKI Jakarta Gambar 8. Penelitian ini berlangsung
pada bulan Februari 2004 sampai dengan Februari 2005 yang meliputi tahap pengumpulan data, tahap analisis data dan penulisan laporan.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kapal motor, peralatan selam SCUBA, rol meter, secchi disk,
refraktometer, kertas lakmus, thermometer, global positioning system GPS, current meter, sabak, alat tulis, komputer dan perangkat lunak GIS meliputi
ERMapper, ArcInfo dan ArcView. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra satelit
Kepulauan Seribu Landsat ETM-7 pathrow 122064 tahun 2002, peta Lingkungan Laut Kepulauan Seribu skala 1: 50.000 dari Dinas Hidro-Oseanografi
TNI-AL Dishidros, peta Lingkungan Pantai Kepulauan Seribu skala 1: 50.000 dari Bakosurtanal-Dishidros, perangkat lunak identifikasi karang Coral ID, buku
identifikasi karang: Corals of the World Veron, 2002 dan Field Key to Genera and Species of Corals in Yaeyama JICA, 2004 dan laporan serta publikasi yang
terkait dengan penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui pengumpulan data dari pengambilan
sampel air laut, citra satelit Landsat 7-TM tahun akuisisi 2002 dan survey lapangan.
33
Gambar 8. Peta citra lokasi penelitian
34
Pengumpulan data perairan kawasan terumbu karang dilakukan melalui pengukuran sampel perairan laut di lokasi penelitian untuk mendapatkan data
suhu, salinitas, kecerahan, kecepatan arus dan pH perairan. Pengumpulan data kawasan terumbu karang menggunakan metode survei
transek garis Line Intercept TrasectLIT English et. al, 1997 untuk melihat penutupan dasar perairan. Garis transek yang digunakan sepanjang 50 m
mengikuti kedalaman garis kontur pada bagian upper reef slope pada kedalaman sekitar 3 m dan bagian reef slope di kedalaman sekitar 7 m. Pengukuran
dilakukan sampai tingkat ketelitian centimeter. Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui penelusuran pustaka di
berbagai instansi, seperti Balai TNKpS, P2O-LIPI, Dishidros TNI-AL, Bakosurtanal, , Instansi-instansi di lingkup Kepulauan Seribu, IPB, LSM serta
tulisan dan publikasi lain yang terkait dengan penelitian ini.
Analisis Kondisi Kawasan Terumbu Karang
1. Sebaran Terumbu Karang
Analisis data citra satelit pada Landsat TM-7 dilakukan untuk mengetahui penyebaran terumbu karang, yaitu berupa letak, posisi dan luasan terumbu karang
di lokasi penelitian. Dalam penelitian ini digunakan analisis klasifikasi terbimbing supervised classification yang didasarkan pada survei lapangan dan peta. Survei
lapangan dilakukan dengan menggunakan metode spot check JCRS, 2004. Analisis data untuk mengetahui pola sebaran kawasan terumbu karang ini
menggunakan perangkat lunak ER Mapper dan ArcView. 2. Distribusi Tutupan Karang
Analisis data pola struktur komunitas kawasan terumbu karang dilakukan berdasarkan kategori bentuk tumbuh life form karang English, et. al, 1994
sebanyak 14 kategori bentuk tumbuh karang keras. Selain itu analisis ini juga dilakukan pada data genus karang keras yang dikumpulkan. Rincian
pengelompokan data komunitas karang tersebut adalah sebagai berikut:
35
1. Habitat karang yang terdiri lima kategori yaitu hard coral HC, dead scleractinian DS, alga TA, other fauna OT dan abiotik.
2. Bentuk tumbuh life form karang yang terdiri sembilan kategori yaitu Acropora Acr, coral branching CB, coral massive CM, coral encrusting
CE, coral submassive CS, coral foliose CF, coral mushroom CMR, coral millepora CME dan coral heliopora CHL.
3. Genus dan famili karang keras hard coral.
Pengolahan data kawasan terumbu karang yang diperoleh, dihitung berdasarkan persamaan Gomez dan Yap 1988 dalam English et. al. 1994
dengan persamaan: N
i
= l
i
L x 100
Keterangan
:
Ni = persen penutupan karang l
i
= panjang intersep lifeform jenis ke-i L = panjang tali transek 50 m.
3. Kondisi Terumbu Karang