Pengaruh Pendengaran pada Perkembangan Bicara dan Bahasa

35 Klasifikasi menurut tarafnya dapat diketahui dengan tes audiometris. Untuk kepentingan pendidikan ketunarunguan di klasifikasikan sebagai berikut: Andreas Dwidjosumarto mengemukakan: Tingktan pertama, kehilangan kemampuan mendengar antara 35 sampai 54 dB, penderitanya hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan pendengar secara khusus. Tingkat kedua kehilangan kemampuan mendengar antara 55 sampai 69 dB, penderita kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus, dalam kebiasaan sehari-hari memerlukan latiahan berbicara dan bantuan latihan berbahasa secara khusus. Tingkat ketiga, kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai 89 dB. Tingkat keempat, kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas. Penderita dari tingkat pertama dan kedua dikatakan mengalami ketulian. Dalam kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara, mendengar berbahasa, dan memerlukan pelalayanan pendidikan secara khusus. Anak yang kehilangan kemampuan kehilangan kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakekatnya memerlukan pelayanan pedidikan khusus. 34

10. Pengaruh Pendengaran pada Perkembangan Bicara dan Bahasa

Perkembangan bahasa bicara berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran. Akibat terbatasnya ketajaman pendengaran, anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik. Dengan demikian pada anak tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa meraba, proses penirunya hanya terbatas pada peniruan visual. Selanjutnya dalam perkembangan bicara dan bahasa, anak tunarungu memerlukan 34 T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006, hal. 95 36 pembinaan secara khusus dan intensif sesuai dengan kemampuan dan taraf ketunarunguannya. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipergunakan manusia dalam mengadakan hubungan dengan sesamanya. Hal ini berarti bila sekelompok manusia memiliki bahasa yang sama, maka mereka akan dapat saling bertukar pikiran mengenai segala sesuatu yang dialami secara konkret maupun yang abstrak. Tanpa mengenal bahasa yang digunakan suatu masyarakat, seseorang akan sukar mengambil bagian dalam kehidupan sosial mereka, sebab hal tersebut terutama dilakukan dengan media bahasa. Dengan demikian bila manusia memiliki kemampuan berbahasa berrrti manusia memiliki media untuk berkomunikasi. Bahasa mempunyai fungsi dan peran pokok sebagai media untuk berkomunikasi. Dalam fungsinya dapat pula dibedakan berbagai peran lain dari bahasa seperti: a. Bahasa sebagai wahana untuk mengadakan kontakhubungan. b. Untuk mengungkapkan perasaan, kebutuhan, dan keinginan. c. Untuk mengatur dan menguasai tingkah laku orang lain. d. Untuk pemberian informasi. e. Untuk memperoleh pengetahuan. Dengan demikian bila seorang anak memiliki kemampuan berbahasa, mereka akan memiliki sarana untuk mengembangkan segi sosial, emosional, maupun intelektualnya. Mereka akan memiliki kemampuan untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya terhadap sesama, dapat memperoleh pengetahuan, dan saling bertukar pikiran. 35 Perkembangan kemampuan bahasa dan komunikasi anak tunarungu terutama yang tergolong tunarungu total tentu tidak mungkin untuk sampai pada penguasaan 35 T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006, hal. 95-96 37 bahasa melalui pendengarannya, melainkan harus melalui penglihatannya dan memanfaatkan sisa pendengarannya. Oleh sebab itu komunikasi bagi anak tunarungu mempergunakan segala aspek yang ada pada dirinya. Adapun berbagai media komunikasi yang dapat digunakan sebagai berikut: a. Bagi anak tunarungu yang mampu bicara, tetap menggunakan bicara sebagai media dan membaca ujaran sebagai sarana penerimaan dari pihak anak tunarungu. b. Menggunakan media tulisan dan membaca sebagai sarana penerimaannya. c. Menggunakan isyarat sebagai media. 36

11. Perkembangan Kognitif Anak Tunarungu