33
Andreas Dwidjosumarto mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi
dua kategori yaitu tuli dan kurangnya dengar. Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya
mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengaran tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah adalah mereka yang indera pendengarannya
mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu.
Muftin salim menyimpulkan bahwa anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan
atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan
pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak. Memperhatikan batasan-batasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa anak
tunarungu adalah mereka yang kehilangan pendengaran baik sebagian maupun seluruhnya yang mennyebabkan pendengarannya tidak memiliki nilai fungsional di
dalam kehidupan sehari-hari.
32
9. Klasifikasi Tunarungu
a. Kasifikasi secara etiologis
Yaitu pembagian berdasarkan sebab-sebab, dalam hal ini penyebab ketunarunguan ada beberapa faktor, yaitu:
1 Pada saat sebelum dilahirkan
32
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006, hal. 93-94
34
1 Salah satu atau kedua orang tua anak menderita tunarungu atau mempunyai
gen sel pembawa sifat abnormal, misalnya dominat genes, recesive gen, dan
lain-lain.
2 Karena penyakit, sewaktu ibu mengandung terserang suatu penyakit
terutama penyakit-penyakit yang diderita pada saat kehamilan tri semester pertama yaitu pada saat pembentukan ruang telinga. Penyakit itu ialah
rubella, moribili, dan lain-lain.
3 Karena keracunan obat-obatan, pada suatu kehamilan, ibu meminum obat-
obatan terlalu banyak, ibu seorang pecandu alkohol, atau ibu tidak menghendaki kehadiran anaknya sehingga meminum obat penggugur
kandungan, hal ini akan dapat menyebabkan ketunarunguan pada anak yang
dilahirkan. 2
Pada saat kelahiran
1 Sewaktu melahirkan, ibu mengalami kesulitan sehingga persalinan dibantu
dengan penyedotan.
2
Prematuritas, yakni bayi yang lahir sebelum waktunya 3
Pada saat setelah kelahiran post natal
1 Ketulian yang terjadi karena infeksi, misalnya infeksi pada otak
menginitis atau infeksi umum seperti difteri, morbili, dan lain-lain 2
Pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak 3
Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat pendengaran bagian dalam, misalnya jatuh.
33
b. Klasifikasi menurut tarafnya
33
T. Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: PT. Refika Aditama, 2006, hal. 94-95
35
Klasifikasi menurut tarafnya dapat diketahui dengan tes audiometris. Untuk kepentingan pendidikan ketunarunguan di klasifikasikan sebagai berikut:
Andreas Dwidjosumarto mengemukakan: Tingktan pertama, kehilangan kemampuan mendengar antara 35 sampai 54
dB, penderitanya hanya memerlukan latihan berbicara dan bantuan pendengar secara khusus.
Tingkat kedua kehilangan kemampuan mendengar antara 55 sampai 69 dB, penderita kadang-kadang memerlukan penempatan sekolah secara khusus, dalam
kebiasaan sehari-hari memerlukan latiahan berbicara dan bantuan latihan berbahasa secara khusus.
Tingkat ketiga, kehilangan kemampuan mendengar antara 70 sampai 89 dB. Tingkat keempat, kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke atas.
Penderita dari tingkat pertama dan kedua dikatakan mengalami ketulian. Dalam kebiasaan sehari-hari mereka sesekali latihan berbicara, mendengar
berbahasa, dan memerlukan pelalayanan pendidikan secara khusus. Anak yang kehilangan kemampuan kehilangan kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV
pada hakekatnya memerlukan pelayanan pedidikan khusus.
34
10. Pengaruh Pendengaran pada Perkembangan Bicara dan Bahasa