sekolah negeri cukup dikenal dengan budaya aman dan nyaman dalam bekerja sehingga jika perubahan dimana
peruhan tersebut tidak membuat nyaman dan aman maka penolakan adalah jawaban. Bahkan tidak jarang
menjadi konflik yang bersifat frontal. Maka dari itu kepala sekolah
perlu memikirkan
bagaimana untuk
menanamkan sikap terbuka terhadap perubahan dan selalu siap sedia dengan perubahan. Tentunya untuk
kegiatan ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuan tersebut, misalnya dengan
program outbond, retret, seminar, dan lain sebagainya. Ancaman yang kedua adalah ada beberapa guru yang
masih berorientasi pada uang atau materi dalam menjalankan tugas pokok fungsinya oleh sekolah diberi
bobot 0,20 dan skor 3. Persaingan antar sekolah menengah yang semakin ketat menempati urutan ketiga
yang diberi bobot oleh sekolah 0,20 dan skor 2. Sementara itu untuk fasilitas sekolah lain yang semakin
lengkap dan baik menjadi acaman urutan keempat dimana sekolah memberikan bobot 0,20 dan skor 2.
Untuk pengaruh negatif perkembangan teknologi dan informasi menempati urutan yang terakhir yang diberi
bobot oleh sekolah sebasar 0,10 dan skor 2.
a. Aspek Proses
Komponen proses meliputi kemampuan guru, metode pembelajaran, fasilitas pembelajaran, kurikulum,
media dan evaluasi. Hasil analisis faktor kekuatan dan kelemahan untuk aspek proses dapat dilihat pada Tabel
4. 7 berikut ini
Tabel 4.7 Matrik IFAS Internal Factors Analysis Summary
No Faktor-faktor Internal
Bob ot
Sko r
Total Skor
Kekuatan
1. Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan
pelajaran yang diampu 0,30
4 1,20
2. KKM sekolah minimal 75
0,20 5
1,00 3.
Adanya banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah band, pramuka,
silat, karate, rebana, bola voli, renang, basket, PMR, paduan suara, seni lukis, baca tulis
alquran. 0,15
4 0,60
4. Kemampuan manajemen kepala sekolah
cukup baik. 0,15
4 0,60
5. Adanya jam pelajaran tambahan untuk kelas
IX. 0,10
2 0,20
6. Guru mengikuti kegiatan pengembangan
profesi MGMP, Workshop, Seminar, Pelatihan.
0,10 3
0,20 Total Skor
3,80 Kelemahan
1 Kedisiplinan guru yang masih kurang,
khususnya dalam menjalankan tugas pokok fungsinya.
0,30 3
0,90 2
Masih banyak guru menggunakan metode konvensional dalam proses pembelajaran,
serta belum mengoptimalkan media pembelajaran.
0,20 3
0,60 3
Guru kurang memberikan motivasi kepada peserta didik.
0,15 3
0,45 4
Kerjasama team work antar guru dan lembaga dalam internal sekolah masih belum
optimal. 0,15
2 0,30
5 Pelaksanaan supervisi belum tuntas dan
optimal. 0,10
3 0,30
6. Fasilitas pembelajaran yang masih belum
optimal 0,10
2 0,20
Total Skor 1
2,75 Total Skor Akhir kekuatan-kelemahan
1,05
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014
Faktor kekuatan yang paling berpengaruh pada aspek proses adalah kualifikasi pendidikan guru sesuai
dengan pelajaran yang diampunya yang selanjutnya diberi bobot 0,30 dan skor 4. Tidak semua sekolah di sub rayon
02 yang kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan pelajaran yang diampunya, bahkan hampir sebagian
besar terdapat guru yang mengajar belum sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Sementara itu KKM sekolah
yang minimal 75 yang diberi bobot 0,20 dan skor 5. KKM akan menjadi pemicu para guru agar peserta didik dapat
mencapainya bahkan melampauinya. Adanya kegiatan ekstrakurikuler yang beragam
diberikan bobot oleh fihak sekolah sebesar 0,15 dan skornya 4. Jika sekolah dapat lebih mengembangkan
kegiatan ekstrakurikuler non akademis tidak hanya dari sisi kuantitas tetapi juga kualitasnya maka tidak mustahil
kualitas sekolah akan semakin meningkat dan semakin dipercaya oleh masyarakat dan instansi lainnya.
Kemampuan manajemen kepala sekolah yang sudah baik diberikan bobot 0,15 dan skornya 4. Sekolah
memiliki kepala sekolah dengan kemampuan manajemen baik
sejak 2
tahun terahir
ini. Kemampuan
manajemennya kepala sekolah sebelumnya belum bisa mengikuti
perkembangan pendidikan
yang terus
berkembang atau dinamis. Ke depan sekolah berpeluang
untuk dapat memperbaiki mutu dengan manajemen yang lebih efektif dan efisien.
Pelajaran tambahan untuk kelas IX diberi bobot 0,10 dan skor 2. Sekolah sebenarnya tidak hanya
memberikan pelajaran kepada semua peserta didik, tetapi juga bagi peserta didik yang 25 terbaik dari masing-
masing mata pelajaran UN dengan target 10 peserta didik tesebut mendapatkan nilai 100 pada masing-masing nilai
mapel UN tersebut. Guru besedia mengikuti kegiatan pengembangan
profesi baik yang diselenggarakan oleh intenal sekolah MGMP, IHT, Seminar dan pengembangan lainnya
ataupun oleh fihak lain workshop, seminar, pelatihan. Dari kekuatan ini diberikan bobot 0,10 dan skor 3. Total
bobot dikalikan dengan skor untuk faktor kelemahan yaitu 3,80.
Sementara itu untuk beberapa kelemahan yang dimiliki oleh sekolah dalam aspek proses adalah
kedisiplinan guru yang masih kurang diberi bobot 0,30 dan skor 3. Hal itu tercermin dari seringnya para guru
terlambat datang sekolah dan masuk ruang kelas. Selain itu dari sisi kedisplinan administatatif guru yang sering
kurang, khususnya
hal menyusun
perangkat pembelajaran, analisa, evaluasi dan tidak lanjut. Selain
itu masih
ada beberapa
guru mengajar
dengan menggunakan metode konvensional ceramah dan kurang
mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran, yang selanjutnya oleh sekolah diberi
bobot 0,20 dan skor 3. Untuk kurangnya guru memberikan motivasi kepada peserta didik diberi bobot
0,15 dan skor 3. Kerjasama antar guru dan lembaga dalam internal
sekolah yang masih kurang diberikan bobot 0,15 dan skor 2. Selain itu pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh
kepala sekolah dan tim belum optimal diberikan bobot 0,10 dan skor 3. Sebenarnya supervisi sudah ada jadwal
dan pembagian tim namun dalam implementasinya masih belum dijalankan sesuai jadwal. Sementara itu untuk
fasilitas yang masih belum optimal, yang diberi bobot 0,10 dan skor 2.
Totol bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan adalah 2,75. Sementara itu untuk total skor akhir faktor
kekuatan dikurangi faktor kelemahan adalah 1,05. Dari faktor proses ini didapatkan bahwa faktor kekuatan
menjadi faktor yang lebih dominan dibandingakan dengan faktor kelemahan. Kelemahan-kelemahan yang ada dapat
diatasi dengan mengoptimalkan kekuatan yang dominan. Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek
proses dapat dilihat pada Matrix External Factors Analysis Summary EFAS pada Tabel 4.8
Tabel 4.8 Matriks EFAS External Factors Analysis Summary
No
Faktor-Faktor Eksternal
Bobot Skor Total
Skor
Peluang
1. Semakin meningkatnya kesadaran orang
tua pentingnya kualitas pendidikan. 0,30
3 0,90
2. Sekolah berada di wilayah industri, pasar,
perkantoran sehingga memungkinkan untuk menjalin kerjasama pembelajaran
kontektual, beapeserta didik, penggalian dana.
0,20 5
1,00
3. Semakin banyaknya kegiatan
pengembangan kompetensi guru, baik itu workshop, MGMP, Seminar, ToT, dll..
0,20 4
0,80 4.
Semakin melimpahnya media pembelajaran. 0,10
4 0,40
5. Adanya perhatian khusus dari pemerintah
kabupaten terhadap sekolah. 0,10
3 0,30
6. Adanya beasiswa bagi guru untuk studi
lanjut baik ke universitas dalam negeri maupun luar negeri
0,10 2
0,20 Total Skor
1 3,60
No Ancaman
Bobot Skor
Total Skor
1. Semakin kritisnya masyarakat terhadap
kualitas guru 0,30
3 0,90
2. Proses Belajar Mengajar PBM sekolah
favorit lain yang sudah ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lebih lengkap.
0,20 3
0,60 3.
Daya dukung masyarakat terhadap sekolah masih belum optimal.
0,20 3
0,60 4.
Beberapa guru mengajar di sekolah lain untuk menambah jam mengajar minimal
24 jam. 0,10
2 0,20
5. Masih lemahnya pengawasan dan evaluasi
pemerintah terhadap guru. 0,10
3 0,30
6. Intervensi pemerintah pusat dalam
penentuan nilai sekolah NS sebagai syarat kelulusan.
0,10 3
0,30 Total Skor
1 2,90
Total Skor Akhir Peluang-Ancaman 0,70
Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014 Dari
aspek peluang
semakin meningkatnya
kesadaran orang
tua pentingnya
kualitas suatu
pendidikan menempati posisi teratas dengan bobot 0,30
dan skor 3. Hal ini sangat penting untuk menanamkan pemahaman kepada peserta didik dari keluarga. Jika hal
itu terjadi maka sekolah tidak mengalami kesulitan untuk meningkatkan mutu sekolah dari sisi akademis ataupun
non akademis. Keberadaan sekolah yang berada di wilayah industri, pasar, dan perkantoran diberi bobot
0,20 dan bobot 5. Peluang ini sangat memungkinkan peserta
didik untuk
mengembangankan model
pembelajaran kontekstual dan juga pastinya sangat mendukung pembelajaran berbasis kurikulum 2013.
Semakin banyaknya kegiatan pengembangan yang dilakukan oleh fihak internal dan eksternal diberi bobot
oleh sekolah sebesar 0,20 dan skor 4. Hal tersebut sangat berpeluang untuk meningkatkan mutu sekolah. Perhatian
pemerintah Kabupaten Semarang terhadap sekolah mendapat bobot 0,10 dan skor 0,30. Sementara itu
kesempatan guru untuk melanjutkan studi diberi bobot 0,10 dan skor 2. Total bobot dikalikan skor untuk faktor
peluang adalah 3,60. Untuk faktor ancaman yang memiliki bobot tinggi
adalah semakin kritisnya masyarakat terhadap kualitas guru yaitu dengan bobot 0,30 dan skornya 3. Tersebut
ditandai dengan adanya keluhan orang tua peserta didik dengan
model pembelajaran
yang guru
lakukan. Sementara itu proses pembelajaran PBM sekolah lain
sudah ditunjang dengan sarana dan prasarana yang lebih
lengkap diberi bobot 0,20 dan skor 3. Untuk daya dukung masyarakat terhadap sekolah belum optimal diberi bobot
0,20 dan skor 3. Beberapa guru mengajar di sekolah lain untuk pemenuhan jam mengajar 24 jam diberikan
bobot 0,10 dan skor 2. Selanjutnya untuk pengawasan yang masih lemah dari dinas pendidikan terhadap guru
dan penyelenggaraan pembelajaran diberikan bobot sebesar 0,10 dengan skor 3. Untuk intervensi pemerintah
pusat dalam penentuan nilai sekolah NS sebagai syarat kelulusan diberikan bobot 0,10 dan skor 3. Total bobot
dikalikan skor untuk faktor ancaman adalah 2,90 sehingga total skor akhir faktor peluang dikurangi faktor
ancaman adalah 0,70. Dari hasil analisis faktor eksternal tersebut diatas
diketahui bahwa SMPN 1 Bawen memiliki peluang yang dapat dimanfaatkan.
b. Aspek Output