Aspek Input HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

sekolah sudah mencoba untuk melibatkan semua stakeholder sekolah untuk merumuskan rencana strategis sekolah meskipun dalam proses penyusunan tersebut sekolah masih menggunakan acaun dengan renstra sekolah lain untuk diadopsi dan sesuaikan. Melihat hasil wawancara dengan di atas maka dapat disimpulkan bahwa selama ini sekolah belum melakukan proses yang semestinya dalam menyusun renstra sekolah. Hal tersebut dapat menjadi faktor yang menghalangi perkembangan mutu sekolah dari waktu ke waktu.

4.2.2 Draft Awal Strategi SWOT

1. Analisis SWOT

Analisa SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan acaman untuk peningkatan mutu sekolah di SMP Negeri 1 Bawen yang berdasarkan pada hasil FGD dalam 3 aspek yaitu input, proses dan output yang diuraikan sebagai berikut ini.

a. Aspek Input

Menurut Lewis dan Smith dalam Tjiptono Diana, 2003 yang termasuk dalam aspek input adalah: kemampuan peserta didik, sumber daya finansial, fasilitas, program dan jasa pendukung. Hasil analisis faktor kekuatan dan kelemahan aspek input, serta pemberian skor sampai diperoleh IFAS dapat dilhat pada tabel 4. 5 berikut ini: Tabel 4.5 Matrik IFAS Internal Factors Analysis Summary No Faktor-faktor Internal Bobot Skor Tota l Skor Kekuatan 1 Lokasi sekolah sangat trategis 0,30 5 1,50 2 98 guru berpendidikan S1 0,20 4 0,80 3 Kemampuan dasar peserta didik baik 0,15 4 0,60 4 Jumlah buku ajar untuk guru dan peserta didik mencukupi 0,15 3 0,45 5 Kemampun manajemen kepala sekolah sudah baik 0,10 3 0,30 6 Dana untuk operasi sekolah mencukupi 0,06 4 0,24 7 Fasilitas cukup lengkap 0,04 3 0,12 Total Skor 1 4,01 Kelemahan 1 Supervisi dan evaluasi yang dilakukan oleh tim dan kepala sekolah masih belum optimal. 0,30 4 1,20 2 Guru belum memahami visi, misi sekolah 0,15 3 0,45 3 Kurang optimalnya pembimbingan pembinaan kegiatan ekstrakurikuler dalam mencapai target yang diharapkan. 0,15 3 0,45 4 Kompetensi staf sekolah Tata Usaha dan Keuangan belum optimal. 0,15 2 0,30 5 Belum memadai ruang untuk kegiatan ekstrakurikuler. 0,10 2 0,20 6 Pemanfaatan laboratorium Bahasa, IPA dan Komputer masih kurang optimal. 0,10 3 0,30 7 Lingkungan sekolah kurang hijau, bersih dan nyaman. 0,05 2 0,10 Total Skor 1 3,00 Total Skor Akhir kekuatan-kelemahan 1,01 Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014 Berdasarkan tabel diatas, kekuatan yang paling berpengaruh atau menonjol adalah lokasi sekolah yang sangat strategis dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain di sub rayon 02 kabupaten semarang menurut para guru, staf dan komite sekolah dengan bobot 0,30 dan skor 5. Namun bagi kepala sekolah sesungguhnya yang paling penting dalam pencapain mutu sekolah adalah sumber daya manusianya SDM terlebih dahulu selanjutkan akan diikuti dengan hal yang lainnya. Hanya 1 guru yang masih berpendidikan D-2, sementara guru yang lain sudah S1 bahkan ada yang sudah S2. Pendidikan guru memiliki bobot 0,20 dengan skor 4, artinya tertinggi nomor 2. Kemampuan dasar peserta didik SMPN 1 Bawen cukup baik dengan syarat minimal nilai rata-rata 7,30 pada saat masuk. Kemampuan dasar peserta didik ini diberi bobot 0,15 dengan bobot 0,60. Sementara itu untuk ketersediaan buku ajar untuk guru dan peserta didik sudah mencukupi, hal ini tercermin dari buku paket untuk peserta didik sudah hampir mencukupi serta banyaknya koleksi buku materi di perpustakaan. Bobot dari ketersediaan buku ajar ini adalah 0,15 dengan skor 3. Kemampuan manajemen kepala sekolah yang baik dan program-programnya menjadi kekuatan bagi sekolah. Dengan manajemen yang baik maka sekolah mulai dikelola dengan baik dan terarah untuk mewujudkan visi, misi sekolah. Disamping itu dana untuk operasi penyelenggaraan kegiatan sekolah sudah mencukupi, meskipun dana untuk kegiatan non akademis ekstrakurikuler masih belum optimal dikarenakan begitu banyaknya kegiatan ekstrakurikuler sekolah. Hal ini menjadi pertimbangan sekolah untuk menggali sumber- sumber dana baik dari orang tua melalui komite ataupun dengan instansi atau lembaga lain. Fasilitas SMPN 1 Bawen sudah cukup lengkap dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain di sub rayon 02 Kabupaten Semarang. Meskipun sudah cukup lengkap namun dalam hal pemanfaatan masih belum optimal. Hal ini disebabnya karena kurangnya kesadaran guru pentingya penggunaan fasilitas sekolah untuk mencapai pembalajaran yang lebih efektif. Jika para guru mampu mengoptimalkan fasilitas yang telah disediakan sekolah maka output yang dihasilkan akan lebih baik dari pada saat ini. Kekuatan tersebut diatas menjadi dasar untuk memulai meningkatkan mutu sekolah khususnya pada mutu aspek input. Total bobot masing-masing kekuatan dikalikan dengan skor masing-masing kekuatan untuk faktor kekuatan aspek input adalah 4,01. Meskipun memiliki beberapa kekuatan yang cukup potensial untuk dikembangkan, sekolah juga memiliki beberapa kelemahan yang perlu diatasi seperti supervisi dan evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah dan tim yang masih belum optimal, yang diberi bobot 0,30 dengan skor 4. Disamping itu banyak guru yang belum memahami visi, misi sekolah sehingga mempengaruhi kinerjanya yang diberi bobot 0,15 dan skor 3. Masih kurang optimalnya pengajar atau pelatih ekstrakurikuler dalam memberikan pembimbingan, yang diberi bobot 0,15 dan skor 3. Kompetensi staf sekolah Tata Usaha dan Keuangan masih belum optimal, yang diberi bobot 0,15 dan skor 2. Sementara itu untuk tempat atau ruang untuk kegiatan ekstrakurikuler masih belum memadahi, yang diberi bobot 0,10 dan skor 2. Pemanfaatan laboratorium IPA, Bahasa dan komputer masih belum optimal. Hal ini dikarenakan masih banyak guru menggunakan metode konvensional dalam mengajar peserta didik. Pada bagian ini diberi bobot 0,10 dan skor 3. Sementara itu lingkungan sekolah yang kurang hijau, bersih dan aman masih menjadi perhatian sekolah, yang diberi bobot 0,05 dan skor 2. Dari kelemahan-kelemahan aspek input di atas dapat dijadikan dasar untuk memperbaikinya. Total bobot dikalikan skor untuk faktor kelemahan adalah 3,00. Totol skor akhir kekuatan dikurangi kelemahan untuk aspek input adalah 1,01, yang artinya faktor kekuatan masih lebih tinggi dari pada faktor kelemahan. Hal ini berarti sekolah dapat memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Hasil analisis faktor peluang dan ancaman aspek input dapat dilihat pada Tabel 4.6 yang selanjutnya diberi bobot dan skor serta dilakukan perhitungan skor akhir, dan diperoleh Matrik External Factors Analysis Summary EFAS sebagai berikut: Tabel 4.6 Matriks EFAS External Factors Analysis Summary No Faktor-Faktor Eksternal Bobot Skor Total Skor Peluang 1. Minat tinggi orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SMPN 1 Bawen. 0,30 4 1,20 2. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat dan semakin mudah untuk didapatkan diakses. 0,20 3 0,60 3. Hubungan yang sangat baik dengan dinas pendidikan kabupaten. 0,20 3 0,60 4. Semakin meningkatnya peran komite 0,20 4 0,80 5. Banyak fihak instansi luar yang tertarik untuk bekerjasama dengan sekolah. 0,10 3 0,30 Total Skor 1 3,50 No Ancaman Bobot Skor Total Skor 1. Beberapa guru kurang siap dengan perubahan baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun oleh kepala sekolah. 0,30 3 0,90 2. Beberapa guru masih berorientasi pada uang dalam menjalankan tugas pokok fungsingya money oriented. 0,20 3 0,60 3. Persaingan antar sekolah menengah pertama semakin tinggi. 0,20 3 0,60 4. Banyak sekolah menengah pertama memiliki fasilitas yang lebih baik dan lengkap. 0,20 2 0,40 5. Maraknya pengaruh negatif dari penggunaan peralatan TIK handpone, game online, dan internet 0,10 2 0,20 Total Skor 1 2,70 Total Skor Akhir Peluang-Ancaman 0,80 Sumber: Hasil Focus Group Discussion, 2014 SMPN 1 Bawen memiliki beberapa peluang untuk meningkatkan mutu sekolah. Peluang-peluang tersebut sangat strategis bagi peningkatan mutu dan menjadi modal yang sangat besar bagi sekolah. Menurut pihak sekolah peluang yang memiliki bobot paling tinggi adalah minat tinggi orang tua peserta didik menyekolahkan anaknya di SMPN 1 Bawen yang diberi bobot 0,30 dan skor 4. Perkembangan TIK yang sangat pesat dan mudah untuk diakses merupakan peluang yang sangat stategis untuk meningkatkan mutu sekolah dari aspek input, yang diberi bobot 0,30 dan skor 3. Sementara itu untuk hubungan baik dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang diberi skor oleh pihak sekolah 0.20 dan skor 3. Peran komite semakin meningkat adalah peluang yang sangat penting dan strategis bagi sekolah untuk merealisasikan program sekolah, yang diberi bobot 0,20 dan skor 4. Sementara itu fihak instansi yang semakin tertarik bekerjasama dengan sekolah adalah sebuah peluang yang tidak dimiliki oleh sekolah-sekolah di sub rayon 02. Untuk aspek ini diberikan bobot oleh pihak sekolah 0,10 dan skor 3. Selain peluang sekolah juga memiliki ancaman dimana beberapa guru kurang siap bahkan menolak perubahan baik yang dilakukan oleh pemerintah ataupun oleh kepala sekolah adalah ancaman yang paling tingginya, diberi bobot oleh sekolah 0,30 dan skor. Instansi seperti sekolah akan mengalami peningkatan mutu jika setiap orang yang terlibat di dalamnya mau dan selalu siap yang perubahan. Memang diakui bahwa sekolah negeri cukup dikenal dengan budaya aman dan nyaman dalam bekerja sehingga jika perubahan dimana peruhan tersebut tidak membuat nyaman dan aman maka penolakan adalah jawaban. Bahkan tidak jarang menjadi konflik yang bersifat frontal. Maka dari itu kepala sekolah perlu memikirkan bagaimana untuk menanamkan sikap terbuka terhadap perubahan dan selalu siap sedia dengan perubahan. Tentunya untuk kegiatan ada banyak hal yang bisa dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuan tersebut, misalnya dengan program outbond, retret, seminar, dan lain sebagainya. Ancaman yang kedua adalah ada beberapa guru yang masih berorientasi pada uang atau materi dalam menjalankan tugas pokok fungsinya oleh sekolah diberi bobot 0,20 dan skor 3. Persaingan antar sekolah menengah yang semakin ketat menempati urutan ketiga yang diberi bobot oleh sekolah 0,20 dan skor 2. Sementara itu untuk fasilitas sekolah lain yang semakin lengkap dan baik menjadi acaman urutan keempat dimana sekolah memberikan bobot 0,20 dan skor 2. Untuk pengaruh negatif perkembangan teknologi dan informasi menempati urutan yang terakhir yang diberi bobot oleh sekolah sebasar 0,10 dan skor 2.

a. Aspek Proses

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Analisis SWOT di SMP Negeri 9 Salatiga T2 942010024 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Analisis SWOT di SMP Negeri 9 Salatiga T2 942010024 BAB II

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Melalui Analisis SWOT di SMP Negeri 9 Salatiga T2 942010024 BAB IV

0 0 51

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi untuk Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Fishbone di SD Negeri Margolelo T2 942012048 BAB IV

1 2 49

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Swot di SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang T2 942012049 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Swot di SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang T2 942012049 BAB II

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Swot di SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang T2 942012049 BAB V

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Swot di SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Berdasarkan Analisis Swot di SMP Negeri 1 Bawen Kabupaten Semarang

0 0 54

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Peningkatan Mutu Sekolah Di SMP Muhammadiyah 5 Wonosegoro Boyolali T2 BAB IV

0 0 40