Puisi Poesie IDEOLOGI SOSIALISME MARXISME DAN PERJUANGAN KELAS DALAM PUISI “SOLIDARITÄTSLIED” KARYA BERTOLT BRECHT: KAJIAN SEMIOTIKA RIFFATERRE.

10 BAB II KAJIAN TEORI

A. Puisi Poesie

Menurut Coleridge dalam Pradopo, 2007: 142 bahwa puisi adalah kata-kata terindah dalam susunan terindah. Puisi memberikan kenikmatan seni, memperkaya kehidupan batin, menghaluskan budi, dan juga membangkitkan semangat hidup. Pernyataan ini memiliki makna yang sama dengan apa yang dikatakan Kliewer 1972:130, bahwa puisi yang ditulis merupakan pernyataan dari apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dipikirkan, atau puisi adalah sebuah pengalaman yang dialami. Perasaan dan pikiran diungkapkan dalam sebuah aturan yang liris, dengan kata-kata yang indah dalam intonasi dan irama tertentu. Das Gedicht entstand als Aussage eines Geschauten, Gehörten, Gefühlten, Gedachten, kurzum eines Erlebten. Die Gefühle und Gedanken werden mit lyrischen Regeln, mit schönen Worten in einer bestimmten Sprachmelodie und Rhythmus ausgedrückt. Hal ini memiliki makna yang sama yang disampaikan oleh Shahnon Ahmad Pradopo, 2007:139, bahwa puisi adalah kumpulan unsur-unsur emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, kesan pancaindera, susunan kata, kepadatan, dan perasaan yang bercampur aduk. Dengan kata lain, puisi adalah rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, yang disusun dalam wujud yang paling berkesan. Menurut Sayuti 2010: 6, puisi sebagai refleksi realitas berarti bahwa puisi itu berhubungan dengan kenyataan. Pemanfaatan bahasa dalam puisi memang berbeda dengan pemakaian bahasa pada umumnya. Puisi yang ditulis oleh pengarang diungkapkan dengan gaya bahasa yang berbeda dari apa yang dimaksudkan. Karena itulah bahasa dalam puisi seolah-olah memiliki tatabahasa khusus dan bahkan terkesan menyimpang. Di samping itu, puisi adalah struktur yang kompleks. Puisi menggunakan sarana kepuitisan secara bersama untuk mendapatkan efek sebanyak-banyaknya, hal ini diungkapkan oleh Altenbernd Pradopo, 2007: 141. Pernyataan ini tidak jauh berbeda dengan Hill Pradopo, 2013: 108 bahwa karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks, oleh karena itu untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Elliot dalam Kliewer 1972:131 menegaskan bahwa puisi adalah sebuah kesatuan kompleks sehingga perlu ada kesatuan bentuk dan isi. “Puisi adalah keseluruhan bagian yang tak terpisahkan, di mana isi dan bentuknya saling mempengaruhi. Akan tetapi, jika ingin menafsirkan puisi pembaca harus mengambilnya secara terpisah untuk sampai pada makna yang mendalam”. “Daß ein Gedicht eine untrennbare Einheit ist, daß Inhalt und Form sich gegenseitig hervorbringen und bedingen. Und doch werden wir, wenn wir eine Gedicht interpretieren wollen, es auseinandernehmen müssen, um an die Baugeheimnisse zu kommen” Namun, yang perlu diperhatikan bahwa puisi memiliki hakikat mendasar untuk memberikan kenikmatan pada diri. “Puisi dimaksudkan untuk memperindah dunia dan memberi kenikmatan. Mereka seperti bunga karena memiliki kenikmatan dan keindahan yang ada pada diri mereka sendiri”. “Gedichte sind dazu da, die Welt zu verschönen und zu ergötzen eğlendirmek, oyalamak, sie sind wie Blumen um ihre selbstwillen da und wie diese um ihre selbstwillen schön” Kliewer, 1972: 132. Oleh karena itu, puisi memiliki cara sendiri untuk menyampaikan pesan yang ditulis oleh penyair. Jadi, dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah kata-kata terindah, dalam susunan terindah yang ditulis dari sebuah pengalaman yang dialami, kumpulan emosi, imajinasi, dan menggunakan sarana kepuitisan secara bersama untuk mendapatkan efek estetis sebanyak-banyaknya.

B. Semiotika