Perjanjian Pemborongan Pekerjaan itu adalah PKWT

59

3.5. Perjanjian Pemborongan Pekerjaan itu adalah PKWT

Namun demikian perjanjian pemborongan pekerjaan dalam rangka suatu perusahaan lain menerima sebagian pekerjaan dari perusahaan yang memberikan pekerjaan tersebut adalah suatu perjanjian kerja untuk waktu tertentu PKWT. Apabila Penulis menganalisis hal itu lebih jauh, maka perjanjian thesis setence Penulis sebagaimana telah dikemukakan di atas, didukung oleh beberapa indikator atau ciri-ciri dari suatu perjanjian kerja. Pertama, alasan dibuatnya perjanjian pemborongan pekerjaan dalam rangka menerima penyerahan sebagian pekerjaan dari perusahaan pemberi kerja adalah karena tuntutan undang-undang yang mengatur tentang ketenagakerjaan. Sedangkan ketenagakerjaan segala hal yang berhubungan dengan tenagakerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja Pasal 1 Ayat 1 UU Ketenagakerjaan. Sementara itu, yang dimaksud dengan Tenaga Kerja adalah setiap orang dus manusia maupun badan hukum yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Menurut pendapat Penulis, meskipun perusahaan yang mengikatkan diri dalam perjanjian pemborongan pekerjaan tersebut bukan Buruh, sebab merupakan badan hukum, tetapi dia adalah Pekerja, sebab perusahaan itu menerima sebagian pekerjaan dari perusahaan yang menyerahkan sebagian pekerjaan kemudian melakukan perjanjian kerja dengan Pekerja atau Buruh. 60 Kedua, perjanjian pemborongan pekerjaan yang berlangsung antara perusahaan yang menerima sebagian pekerjaan dari perusahaan yang memberikan pekerjaan itu dibuat untuk waktu tertentu dan secara tertulis. Hal ini jelas menjustifikasi atau membenarkan thesis sentence Penulis bahwa hubungan kerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu dan penyerahan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain adalah suatu perjanjian tersendiri, jenis perjanjian kerja yang tidak secara tegas dinyatakan dalam UU Ketenagakerjaan, tetapi ada tersirat dalam Undang-Undang tesebut. Terbukti dengan adanya unsur 1 dibuat untuk waktu tertentu; 2 secara tertulis; 3 dalam konteks ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud oleh UU Ketenagakerjaan. Ketiga, perjanjian pemborongan pekerjaan yang berlangsung antara perusahaan yang menerima sebagian pekerjaan dari perusahaan yang memberikan pekerjaan itu dibuat dengan rujukan penuh kepada, ketentuan yang mengatur tentang perjanjian kerja untuk waktu tertentu senbagaimana diatur dalam Pasal 59 Ayat 1 Huruf a, b, c, d, Ayat 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Selanjutnya yang keempat, perjanjian pemborongan pekerjaan yang berlangsung antara perusahaan yang menerima sebagian pekerjaan dari perusahaan yang memberikan pekerjaan itu dibuat dengan tunduk kepada kaedah dalam Pasal 65 UU Ketenagakerjaan. Kelima, bukti yang lain yang juga memerlihatkan kebenaran thesis sentence Penulis bahwa hubungan kerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu PKWT dan penyerahan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain itu adalah suatu jenis 61 perjanjian kerja yang berdiri sendiri dan dikenal secara tersirat tetapi harus digali dalam UU Ketenagakerjaan adalah, disamping hal-hal yang telah dikemukakan di atas, secara khusus Penulis hendak mengemukakan pula bahwa berdasarkan Pasal 65 Ayat 2 Huruf b, dipersyaratkan bahwa pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis tersebut harus memenuhi syarat-syarat antara lain, dilakukan dengan perintah langsung dari perusahaan yang menyerahkan sebagian pekerjaan kepada perusahaan yang menerima sebagian pekerjaan tersebut. Hal ini semakin membuktikan lagi bahwa perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat dalam rangka menerima sebagian pekerjaan dari perusahaan lain tersebut adalah sesungguhnya merupakan perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang berlangsung antara perusahaan yang menyerahkan sebagian pekerjaan dengan perusahaan yang menerima sebagian pekerjaan terseut melalui perjanjian pemborongan pekerjaan. UU Ketenagakerjaan mengisyaratkan suatu unsur esensial suatu hubungan kerja; yaitu adanya perintah. Pasal 1 Ayat 15, disamping adanya pekerjaan dan upah. Sedangkan pemborongan pekerjaan hanya bersifat sementara atau dikatakan hanya dalam waktu tertentu yang didasarkan pada pekerjaan tersebut atau yang memberikan pekerjaan itu, ketika pekerjaan itu selesai maka berakhir pula pekerjaannya. Soal mendasar yang kedua sehubungan dengan jenis perjanjian kerja Pasal 64 UU Ketenagakerjaan sebagaimana dikemukakan di atas adalah, bagaimana kedudukan perusahaan lain yang menerima pekerjaan melalui jenis perjanjian 62 penyediaan jasa PekerjaBuruh yang juga harus dibuat secara tertulis itu; apakah perusahaan penerima sebagian pekerjaan dari perusahaan lain tersebut berkedudukan sama dengan PekerjaBuruh seperti dalam perjanjian pemborongan di atas? Untuk menjawab persoalan kedua seperti telah dikemukakan di atas tersebut, maka Pasal 66 UU Ketenagakerjaan dapat menyediakan jawaban atas pertanyaan tersebut. Berbeda dengan kedudukan atau status perusahaan yang menerima sebagian pekerjaan dari perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerjaan, sebagaiman telah dikemukakan di atas adalah sebagai Pekerja PKWT mengingat antara lain ada unsur perintah, maka status atau kedudukan perusahaan yang menerima penyerahan sebagian pekerjaan dari perusahaan lain melalui perjanjian keagenan penyedia jasa PekerjaBuruh yang juga dibuat secara tertulis, perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa PekerjaBuruh yang dibuat secara tertulis Pasal 64 UU No. 13 tahun 2003, relatif lebih sejajar atau koordinatif, dibandingkan dengan sub ordinasif melalui pemborongan pekerjaan. Hubungan kerja berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu dan penyerahan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain sebagai suatu jenis perjanjian kerja yang sebetulnya ada tertulis dalam UU Ketenagakerjaan namun untuk mengidentifikasi hal itu dibutuhkan suatu penggalian yang mendalam sebagaimana telah Penulis lakukan dan gambarkan hasilnya di atas lebih cocok dipergunakan untuk memahami hakikat dari perjanjian pemborongan kerja antara perusahaan yang menyerahkan sebagian pekerjaan kepada perusahaan yang menerima penyerahan sebagian pekerjaan melalui 63 perjanjian pemborongan pekerjaan sebagaimana diatur dalam Pasal 64 jo Pasal 65 UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Hubungan kerja sebagaiman telah dikemukakan di atas tersebut berbeda dengan jenis hubungan kerja PKWT saja, atau jenis hubungan kerja outsourcing saja sebagaimana telah banyak dibahas oleh berbagai Penulis. Hubungan kerja sui generis hybrid sebagaiman telah Penulis kemukakan di atas adalah suatu hubungan kerja yang baru yang pernah diungkap oleh suatu penelitian ilmiah, dan hal itulah yang dapat Penulis katakan sebagai temuan yang asli dari penelitian dan karya tulis kesarjanaan Penulis ini.

3.6. Penyelesaian Hubungan Industrial