44
Sementara itu, hakikat Perjanjian Kerja juga ada dalam UU Ketenagakerjaan Pasal 1 ayat 14 UU Ketenagakerjaan, yaitu, perjanjian antara PekerjaBuruh dengan
Pengusaha atau Pemberi Kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
Bentuk dari Perjanjian Kerja sebagaimana dimaksud di atas bisa tertulis atau bisa juga lisan, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 51 UU Ketenagakerjaan.
Sedangkan jenis Perjanjian Kerja diatur dalam Pasal 56 Ayat 1 UU Ketenagakerjaan, yaitu Perjanjian Kerja dibuat untuk Waktu Tertentu. Dalam Ayar
2 ditegaskan bahwa Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu itu didasarkan atas jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan tertentu. Bentuk dari Perjanjian Kerja
untuk Waktu Tertentu tersebut harus dalam bentuk tertulis. Hal ini memerlihatkan bahwa formalitas sangat diutamakan dalam Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu
itu.
3.1.1. Pihak-Pihak dalam PKWT
Memerhatikan hakikat Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu sebagaimana
dikemukakan di atas, hasil penelitian Penulis membuktikan bahwa pihak-pihak dalam Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu adalah pihak-pihak yang sama dalam setiap
Perjanjian Kerja pada umumnya, yaitu PekerjaBuruh dengan Pengusaha atau Pemberi Kerja.
45
3.1.2. Dimulainya PKWT
Sedangkan mulai kapan dimulainya Perjanjian Kerja untuk Wajtu Tertentu, dalam Penelitian Penulis menemukan bahwa waktu dimulainya Perjanjian Kerja
untuk Waktu Tertentu adalah sama dengan waktu dimulainya Perjanjian Kerja pada umumnya, yaitu sejak terjadinya atau dicapainya kata sepakat antara pihak-pihak
yang membuat Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu yang memunyai kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum untuk melakukan pekerjaan yang
diperjanjikan dan pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengam ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3.1.3. Formalitas dalam PKWT
Mengenai formalitas dalam Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu, Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu dibuat secara
tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang dibuat tidak tertulis bertentangan dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu.
Dalam hal perjanjian kerja dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing, apabila kemudian terdapat perbedaan penafsiran antara keduanya, maka yang berlaku
perjanjian kerja yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu tidak dapat mensyaratkan adanya masa
percobaan kerja. Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja dalam perjanjian kerja
46
sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1, masa percobaan kerja yang disyaratkan batal demi hukum.
Dalam hal perjanjian kerja waktu tidak tertentu dibuat secara lisan, maka pengusaha wajib membuat surat pengangkatan bagi PekerjaBuruh yang
bersangkutan. Surat pengangkatan sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1, sekurang kurangnya memuat keterangan: nama dan alamat PekerjaBuruh; tanggal mulai
bekerja; jenis pekerjaan; dan besarnya upah.
3.1.4. Sifat dan Jenis PKWT