38 bantuan hendaknya tidak menjadikan siswa tergantung pada orang lain.
Hal ini sejalan dengan pendapat Dedy Kustawan 2013: 137-138 yang menjelaskan bahwa aksesibilitas atau kemudahan disediakan untuk
mewujudkan kemandirian bagi semua orang termasuk orang yang memiliki hambatan fisik. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa anak
berkebutuhan khusus semestinya dapat memanfaatkan fasilitas umum di sekolah, sehingga dapat melakukan kegiatan atau aktivitas dengan
mudah, aman, mandiri, dan tanpa diskriminasi Dedy Kustawan, 2011: 139.
Berdasarkan kajian teori di atas, peneliti dapat memberikan simpulan bahwa implementasi pendidikan karakter pada kelas inklusi dapat dilakukan
melalui pembelajaran, keteladanan, penguatan, dan pembiasaan.
E. Kerangka Pikir
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi untuk melahirkan generasi bangsa yang pandai secara intelektual dan kepribadian. Hal ini dapat
diartikan bahwa tugas sekolah harus memberikan keseimbangan dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Selain berupaya untuk menjadikan
siswa cerdas, sekolah juga harus menjadikan siswa berperilaku sesuai nilai- nilai karakter sehingga terjadi keseimbangan antara pengembangan potensi
hard skill dan soft skills yang dimiliki siswa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menjadi sarana efektif untuk menanamkan nilai-nilai
karakter.
39 Penanaman nilai-nilai karakter dalam pendidikan dasar porsinya lebih
besar jika dibandingkan dengan penanaman nilai-nilai karakter pada jenjang berikutnya. Lembaga pendidikan di tingkat sekolah dasar, termasuk sekolah
dasar penyelenggara inklusi hendaknya menjadi tempat yang baik bagi pertumbuhan karakter siswa. Sekolah inklusi merupakan sekolah yang
memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus untuk belajar bersama dengan anak pada umumnya dalam satu kelas. Keragaman yang ada di
dalam kelas merupakan cerminan kehidupan yang menampilkan perbedaan individual siswa secara fisik, kemampuan, kebutuhan, dan lain-lain. Siswa
dapat belajar peduli, kerja sama, menghargai perbedaan, saling menghormati, dan empati. Meskipun tidak menutup kemungkinan untuk penanaman nilai-
nilai karakter yang lain seperti religius, jujur, disiplin, tanggung jawab dan lain sebagainya. Keragaman yang dimiliki peserta didik di sekolah inklusi, menjadi
suatu kekuatan sekaligus tantangan bagi guru untuk melaksanakan pendidikan karakter.
Guru menjadi ujung tombak pelaksanaan pendidikan karakter di dalam kelas. Guru adalah pendidik yang paling sering berinteraksi dengan siswa di
dalam kelas, sehingga memegang tanggung jawab besar dalam penanaman nilai-nilai karakter pada siswa. Penanaman nilai-nilai karakter perlu
memperhatikan unsur-unsur karakter meliputi pengetahuan, sikap, kemauan, dan kebiasaan. Guru dapat mengimplementasikan pendidikan karakter melalui
pembelajaran, keteladanan, penguatan, dan pembiasaan.
40
F. Penelitian yang Relevan