72 sesuatu agar anak bisa mengambil intisarinya, bahwa sesuatu
yang baik itu pasti akan tampak baik sedangkan sesuatu yang jelek nantinya akan mengakibatkan hal-hal yang negatif. Dari
cerita itu bisa tahu perbuatan jahat akan celaka misalnya. Sehingga anak itu cenderung berbuat baik. Karakternya
terbentuk lewat pembiasaan-pembiasaan dan cerita. Selasa, 3 Maret 2015
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa guru membahas permasalahan siswa yang tidak
sesuai dengan nilai-nilai karakter secara klasikal untuk dijadikan pelajaran bagi semua siswa. Guru pernah membahas isu moral di media
massa yang berkaitan dengan karakter. Isu yang pernah dibahas guru adalah mengenai kekerasan, perilaku tidak jujur, kesopanan dalam
berpakaian, dan potensi anak berkebutuhan khusus. Guru kadang-kadang menggunakan cerita sebagai metode untuk
menanamkan nilai-nilai
karakter. Cerita
digunakan untuk
membangkitkan kemauan siswa agar bertindak sesuai nilai-nilai karakter. Cerita yang disampaikan guru dapat berupa cerita pengalaman hidup atau
dongeng. Guru juga pernah bercerita tentang keberhasilan anak berkebutuhan khusus.
b. Implementasi Pendidikan Karakter melalui Keteladanan
Keteladanan yang ditunjukkan guru sangat berpengaruh dalam penanaman nilai-nilai karakter di kelas inklusi.
1 Sikap guru terhadap siswa Sikap guru terhadap siswa dapat diamati ketika guru menunjukkan
sikap penuh cinta dan rasa hormat kepada siswa, memberikan
73 kesempatan yang sama kepada siswa, serta tidak membeda-bedakan
siswa. Berdasarkan hasil observasi selama delapan kali, guru menunjukkan sikap cinta dan hormat kepada siwa. Guru membimbing
siswa dengan sabar dan tlaten. Ketika meminta bantuan guru
menggunakan kata yang halus misalnya “tolong”. Guru menegur siswa dengan tegas tetapi tidak dengan marah. Hasil observasi ini sesuai
dengan pernyataan siswa sebagai berikut. P
:“Apa yang kamu suka dari Bu Siti?” FN :“Baik hati.” Senin, 23 Februari 2015
P :“Apa yang kamu sukai dari bu guru?”
SK :“Yang saya sukai dari bu guru? Emm, semuanya, contohnya nasihatnya bu guru. Sikapnya bu guru, baik hati dan lain-lain.’’
Senin, 2 Maret 2015
Siswa suka kepada guru kelasnya karena sikapnya, baik hati, dan sering memberikan nasihat yang membangun. Pernyataan siswa tersebut
sejalan dengan pernyataan yang disampaikan oleh kepala sekolah. Menurut kepala sekolah, guru kelas V merupakan sosok guru yang baik,
ramah, dan selalu murah senyum. Beliau sangat disayang oleh siswa. Berikut ini merupakan kutipan hasil wawancara dengan kepala sekolah.
P :“Menurut Bapak, Bu SN itu sikap dan tindakannya terhadap
teman guru atau siswa bagaimana?” KS :“Menurut saya ya baik mbak, ramah juga, selalu senyum.
Beliau merupakan sosok guru yang disayangi siswa.”Selasa, 3 Maret 2015
Selanjutnya mengenai sub indikator memberikan kesempatan yang sama, berdasarkan observasi dapat diketahui bahwa guru memberikan
kesempatan yang sama kepada siswa biasa dan siswa berkebutuhan
74 khusus untuk menyampaikan pendapatnya secara lisan atau tertulis di
kelas. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara guru kelas sebagai berikut. P
:“Apakah Ibu memberi kesempatan yang sama kepada semua siswa, termasuk siswa berkebutuhan khusus?”
SN :“Ya dalam satu kelas kan siswa harus diperhatikan mbak, diberi kesempatan yang sama juga. Agar semuanya ikut berpartisipasi.
Misalnya kalau saya minta menuliskan jawaban PR di papan tulis, ya saya ratakan mbak yang belum pernah ya saya beri
kesempatan. Tapi kalau seperti BR ya mungkin hanya secara lisan.” Kamis, 26 Februari 2015
Kutipan hasil wawancara guru kelas tersebut menjelaskan bahwa guru memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa agar ikut
berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa berkebutuhan khusus juga sering diminta mengemukakan pendapatnya baik secara tertulis maupun
lisan. Guru juga memberikan kesempatan siswa yang kurang aktif dengan menunjuk siwa tersebut untuk mengemukakan pendapatnya. Hal
ini diperkuat dengan hasil wawancara siswa berikut ini. P
:”Kalau mas BR disuruh bu guru maju tidak?” FN :”Tidak”
P :”Kalau menjawab lisan?”
FN :”Iya, pernah. Tadi itu juga diberi pertanyaan bu guru?” P
:”Kalau mas DN tadi maju ya meskipun agak kesulitan?” FN :”Iya”
P :”Kalau mbak RZ?”
FN :”Kadang-kadang”Senin, 23 Februari 2015 P
:”Kalau teman-temanmu seperti mbak RZ, BR, DN, IRF sering diminta maju?”
SK :”Mbak RZ sama mas DN itu sering diminta maju, mas BR jarang.”Senin, 2 Maret 2015
Kutipan wawancara siswa menunjukkan bahwa guru memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa di kelasnya untuk
75 berpartisipasi dalam pembelajaran. Siswa berkebutuhan khusus juga
diberi kesempatan yang sama untuk menunjukkan potensinya. Selanjutnya mengenai sikap guru yang tidak membeda-bedakan
siswa, dari hasil observasi peneliti memperoleh data bahwa guru tidak membeda-bedakan siswa di kelasnya. Guru memberikan perhatian
kepada semua siswa di kelasnya. Namun, guru memberikan perhatian lebih kepada siswa yang membutuhkan, misalnya siswa berkebutuhan
khusus. Hasil observasi tersebut sesuai dengan pernyataan guru kelas berikut ini.
P :“Bagaimana cara ibu membagi perhatian kepada siswa
berkebutuhan khusus membutuhkan perhatian lebih dengan siswa biasa?”
SN :“Misalnya anak diberi tugas, untuk siswa biasa kan rata-rata bisa mengikuti, untuk siswa abk kan tidak seperti anak-anak
yang lain. Paling tidak kan kita harus melihat atau mengoreksi pekerjaan anak tersebut, bagaimana sudah bisa atau belum.
Seperti kemarin RZ kan buktinya teman-temannya sudah selesai, masih mengalami kesulitan. Paling tidak kan RZ
didekati kemudian memberikan bimbingan lebih dan memberi pengertian temannya agar tidak ramai. Selain itu juga saya
sering meminta teman yang duduk di dekatnya untuk membantu RZ. Itu berlaku juga untuk mas DN, IRF dan BR.” Kamis, 26
Februari 2015
Guru kelas menegaskan bahwa guru memberikan perhatian yang sama terhadap semua siswa. Guru kadang memberi perhatian lebih
kepada siswa berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan dan memberi pengertian pada teman yang lainnya. Guru juga meminta siswa
untuk mengajari temannya. Hal ini diperkuat dengan kutipan hasil wawancara siswa berikut ini.
P :”Kalau mas DN tadi maju ya meskipun agak kesulitan?”
76 FN :”Iya”
P :”Kalau mbak RZ?”
FN :”Kadang-kadang” Senin, 23 Februari 2015 P
:”Kalau teman-temanmu seperti mbak RZ, BR, DN, IRF sering diminta maju?”
SK :”Mbak RZ sama mas DN itu sering diminta maju, mas BR jarang.” Senin, 2 Maret 2015
Berdasarkan data hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas, kepala sekolah serta siswa, dapat disimpulkan bahwa guru menunjukkan
keteladanan dalam sikapnya dalam menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa. Guru menunjukkan sikap cinta dan rasa hormat kepada
siswa. Hal tersebut ditunjukkan ketika guru membimbing siswa dengan sabar dan tlaten. Ketika meminta bantuan kepada siswa, guru
menggunakan kata yang halus misalnya “tolong”. Guru juga menegur siswa dengan tegas tetapi tidak dengan marah.
Guru memberikan kesempatan yang sama kepada siswa biasa dan siswa berkebutuhan khusus untuk berpartisipasi di kelas. Guru juga
memberikan perhatian yang sama kepada semua siswa, termasuk kepada siswa yang berkebutuhan khusus. Guru memberikan perhatian lebih
kepada siswa yang membutuhkan. 2 Perilaku guru
Berdasarkan hasil pengamatan selama delapan kali, guru menunjukkan keteladanan melalui perilakunya yaitu datang ke sekolah
tepat waktu, berpakaian sopan, bertutur kata sopan dan tidak membentak, turut menjaga kebersihan, serta membantu siswa yang membutuhkan.
77 Data hasil observasi ini diperkuat dengan hasil wawancara guru kelas,
siswa, dan kepala sekolah. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa guru
menunjukkan tindakan disiplin. Hal ini ditunjukkan ketika guru datang sebelum pukul 07.00, masuk kelas setelah siswa selesai tadarus dan
berdoa, serta masuk kelas setelah waktu istirahat berakhir. Hasil observasi tersebut diperkuat dengan hasil wawancara siswa sebagai
berikut. P
:“Bu guru kalau masuk kelas tepat waktu tidak? “ FN :“Iya, tetapi kalau lagi rapat ya ditinggal, hanya diberi tugas.”
Senin, 23 Februari 2015 P
:“Kalau masuk kelas bu guru tepat waktu tidak?” SK :“Ya, setelah bel terus masuk.” Senin, 2 Maret 2015
Guru masuk kelas tepat waktu setelah bel masuk berbunyi. Ketika ada keperluan yang penting dan harus meninggalkan siswa untuk
beberapa jam, guru memberikan tugas kepada siswa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara siswa, dapat disimpulkan bahwa guru tiba di
sekolah dan masuk kelas tepat waktu. Ketika ada keperluan yang penting dan harus meninggalkan siswa untuk beberapa jam, guru memberikan
tugas kepada siswa. Berdasarkan hasil observasi, juga didapat data bahwa guru juga
menunjukkan keteladanan dengan cara mengenakan pakaian yang sopan dan tertib sesuai aturan sekolah. Hasil observasi tersebut sesuai dengan
hasil wawancara siswa sebagai berikut. P
:“Apakah bu guru pakaiannya sopan?” FN :“Sopan” Senin, 23 Februari 2015
78 P
:“Bu guru itu sopan tidak pakaiannya menurutmu?” SK :“Iya sopan.” Senin, 2 Maret 2015
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara siswa, dapat disimpulkan bahwa guru selalu mengenakan pakaian yang sopan dan
tertib sesuai dengan aturan sekolah. Tindakan tersebut merupakan keteladanan dalam kedisiplinan.
Selanjutnya, mengenai keteladanan guru dalam bertutur kata sopan dan tidak membentak, peneliti mendapatkan data hasil pengamatan
bahwa guru menggunakan kata-kata yang sopan, jelas, dan dapat didengar oleh semua siswa di kelasnya selama pembelajaran. Guru tidak
pernah membentak siswa. Hasil pengamatan ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan siswa sebagai berikut.
P :“Ketika menjelaskan sopan tidak?”
FN :“Ya sopan.” Senin, 23 Februari 2015 P
:“Kalau kata-katanya, kalau ketika menjelaskan di kelas misalnya?”
SK :“Iya, sopan juga.” Senin, 2 Maret 2015 Kutipan
wawancara tersebut
menunjukkan bahwa
guru menggunakan bahasa yang sopan ketika melakukan pembelajaran di
kelas. Sehingga berdasarkan observasi dan wawancara siswa dapat disimpulkan bahwa guru menggunakan kata-kata yang sopan. Guru
berusaha untuk tidak membentak siswa. Selain itu, guru juga memberikan teladan dalam menjaga kebersihan
peduli lingkungan. Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa guru pernah mendampingi siswa ketika melaksanakan piket. Hasil
observasi ini diperkuat dengan hasil wawancara siswa berikut ini.
79 P
:”Kalau piket bu guru mendampingi tidak?” FN :”Kadang-kadang, tapi selalu mengingatkan.” Senin, 23
Februari 2015 P
:”Kalau kegiatan bersih-bersih seperti itu, BapakIbu guru ikut tidak?”
SK :”Lha iya lah. BapakIbu guru ikut juga.” Senin, 2 Maret 2015 Kutipan wawancara tersebut menjelaskan bahwa guru turut menjaga
kebersihan dengan mendampingi siswa piket dan ikut bersih-bersih. Pernyataan siswa ini didukung dengan pernyataan kepala sekolah sebagai
berikut. P
:“Kalau keteladanan dari bu SN dalam implementasi pendidikan karakter bagaimana Pak?”
KS :“Oh, misalnya mbak, ketika kegiatan Jumat Bersih ya guru ikut berpartisipasi
istilahnya nuturi
mbak tidak
hanya memerintahkan. Bapak ibu guru termasuk bu SN ya ikut kerja
bakti membersihkan lingkungan sekolah. Anak kalau dibiarkan sendiri ya tidak bisa mbak, hasilnya kurang memuaskan. Tetap
selalu dalam pendampingan guru. Contoh, teladan, pengawalan, pengamatan itu harus selalu dilakukan. Termasuk dalam
penanaman karakter itu mbak.” Selasa, 3 Maret 2015
Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa guru ikut menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Ketika kegiatan Jumat Bersih, guru
mendampingi siswa dan ikut bekerja bakti membersihkan lingkungan sekolah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru turut menjaga
kebersihan dengan berpartisispasi dalam kegiatan piket dan kegiatan kerja bakti di sekolah.
Data hasil observasi, guru juga menunjukkan teladan untuk peduli sosial dan membantu siswa yang membutuhkan. Hasil observasi ini
diperkuat dengan pernyataan guru kelas sebagai berikut.
80 P
:“Bagaimana cara ibu membagi perhatian kepada siswa berkebutuhan khusus membutuhkan perhatian lebih dengan
siswa biasa?”
SN :“Seperti kemarin RZ kan buktinya teman-temannya sudah selesai, masih mengalami kesulitan. Paling tidak kan RZ
didekati kemudian memberikan bimbingan lebih dan memberi pengertian temannya agar tidak ramai. Selain itu juga saya
sering meminta teman yang duduk di dekatnya untuk membantu RZ. Itu berlaku juga untuk mas DN, IRF dan BR.” Kamis, 26
Februari 2015
Kutipan wawancara tersebut menjelaskan bahwa guru memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan ketika
pembelajaran. Guru sering mendekati siswa berkebutuhan khusus dan membantunya. Hasil wawancara kepala sekolah diperkuat juga dengan
hasil wawancara siswa sebagai berikut. P
:“Kalau ada temanmu yang kesulitan dalam mengerjakan sesuatu, bu guru membantu tidak?”
FN :“Iya, tadi aku juga kesulitan terus dibantu bu guru.” Senin, 23 Februari 2015
P :“Sabar, gigih, bekerja keras. Bila ada temanmu yang kesulitan
apakah bu guru bersedia membantu?” SK :“Bersedia.”
P :“Contohnya apa?”
SK :“Contohnya ketika mengerjakan matematika bu guru bertanya siapa yang belum bisa, terus didekati, ditanya di mana yang
susah, kemudian dijelaskan.” Senin, 2 Maret 2015 Berdasarkan hasil wawancara siswa, dapat dijelaskan bahwa guru
memberikan bantuan kepada siswa yang membutuhkan. Guru sering mendekati siswa berkebutuhan khusus dan membantunya. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa guru memperhatikan kesulitan siswa, membimbing, dan memberi bantuan kepada siswa yang membutuhkan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara siswa, guru kelas serta kepala sekolah dapat disimpulkan bahwa guru menunjukkan keteladanan
81 dalam perilaku atau tindakannya. Berkaitan dengan kedisiplinan, guru
tiba di sekolah dan masuk kelas tepat waktu. Ketika ada keperluan yang penting dan harus meninggalkan siswa untuk beberapa jam, guru
memberikan tugas kepada siswa. Guru selalu mengenakan pakaian yang sopan dan tertib sesuai dengan aturan sekolah. Selain itu, guru juga
memberi contoh untuk menggunakan kata-kata yang sopan. Guru berusaha untuk tidak membentak siswa.
Guru juga menunjukkan tindakan peduli lingkungan dengan berpartisipasi dalam kegiatan piket dan kegiatan kerja bakti di sekolah.
Selain itu, guru juga memberi contoh tindakan peduli dengan cara memperhatikan kesulitan siswa, membimbing, dan memberi bantuan
kepada siswa yang membutuhkan. Guru sering mendekati siswa berkebutuhan khusus dan membantunya.
c. Implementasi Pendidikan Karakter melalui Penguatan