33
2.3.2. Persepsi Anggota Terhadap Pelayanan di Primkopkar “Manunggal”
Salatiga
Persepsi dimunculkan sebagai faktor yang mempengaruhi partisipasi anggota dalam Primkopkar “Manunggal” selaku pemilik dan pengguna yang
bertanggung jawab dalam mengembangkan koperasi. Terbentuknya persepsi bermula dari stimuli, yang datang dari luar dan berusaha untuk memasuki
perhatian seseorang. Kemudian stimuli tersebut disaring diseleksi melalui persepsi. Stimuli yang menarik perhatian akan ditanggapi kemudian
diproses atau disusun dalam pikiran dan ditafsirkan. Pengetahuan dan pengalaman seseorang mempengaruhi proses penafsiran, karena akan ikut
memberi bentuk terhadap obyek yang dilihat, didengar, ataupun yang dirasakan. Akhirnya orang tersebut akan memperoleh suatu gambaran yang
lengkap dan makna tersendiri dari obyek tersebut sesuai dengan persepsinya, maka lahirlah ide atau konsep tentang obyek tersebut.
Menurut Tjahya Supriyatna dalam Rinto 2003:40, persepsi pengamatan adalah proses seleksi, organisasi dan interpretasi terhadap
rangsangan yang datang dari lingkungan. Sedangkan menurut Robinns dalam Naning 2004:43 persepsi mempunyai pengaruh terhadap partisipasi.
Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat
penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman.
34
Stan Rossen dalam Naning 2004:43 mengemukakan bahwa persepsi timbul karena adanya 2 dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor
internal diantaranya tergantung pada proses pemahaman sesuatu temasuk didalamnya sistim nilai, tujuan, kepercayaan dan tanggapan terhadap hasil
yang dicapai. Sedangkan faktor eksternal adalah lingkungan. Kedua faktor ini menimbulkan persepsi karena didahului oleh suatu proses yang dikenal
dengan komunikasi. Koperasi sebagai organisasi tidak dapat berfungsi secara efektif apabila tidak terdapat keterampilan komunikasi dikalangan
anggotanya. Komunikasi diartikan sebagai proses dua arah yang menghasilkan transmisi informasi dan pengertian ataupun salah pengertian
antara masing-masing individu. Hendar Kusnadi 2010 mendefinisikan pelayanan adalah segala
bentuk kegiatan yang mempunyai nilai yang dilakukan oleh pengusaha untuk memuaskan konsumen. Pelayanan muncul karena fakta menunjukkan
bahwa anggota disamping sebagai pemilik juga sebagai pelanggan utama koperasi. bentuk hubungan pelayanan koperasi terhadap anggota dapat
dilakukan melalui bisnis antara usaha anggota dengan badan usaha koperasi. Hubungan bisnis ini dapat dikaji secara mikro, dimana anggota dapat
berfungsi sebagai produsen penjual tetapi juga berfungsi sebagai konsumen pemakai, demikian juga dengan koperasi dapat berfungsi
sebagai produsen penjual tetapi dapat juga berfungsi sebagai konsumen maupun pedagang.
35
Menurut Thoby Muthis 2001 kebutuhan sebagian besar anggota koperasi adalah :
a. Kebutuhan memperoleh pelayanan, baik barang atau jasa secara
cepat, tepat dan murah. b.
Memperoleh harga yang layak bagi barang yang dijualbeli. c.
Memperoleh perlindungan dari persaingan yang tidak sehat. d.
Persatuan potensi, usaha bersama. e.
Kebutuhan memperoleh bagian pekerjaan, menurut minat, kesenangan secara adil dan bebas.
f. Menikmati jerih payah secara bersama-sama SHU.
Ada 2 dua faktor yang mengharuskan koperasi meningkatkan pelayanan kepada anggotanya. Pertama adalah adanya tekanan persaingan
dari organisasi lain yaitu organisasi non koperasi. Kedua adalah perubahan kebutuhan manusia sebagai akibat perubahan waktu dan peradaban.
Perubahan kebutuhan ini akan menentukan pola kebutuhan anggota dalam mengkonsumsi produk-produk yang ditawarkan oleh koperasi. Tingkat
partisipasi anggota koperasi akan meningkat, apabila koperasi mampu memberikan pelayanan yangs esuai dengan kebutuhan anggota.
Meningkatkan pelayanan, koperasi memerlukan informasi yang datang teruatama dari anggota.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka variabel persepsi diangkat sebagai faktor yang berhubungan dengan partisipasi anggota dalam
pengembangan kop erasi Primkopkar “Manunggal” Salatiga. Terdapat
36
hubungan yang positif antara persepsi anggota terhadap pelayanan di Primkopkar “Manunggal” terhadap partisipasi anggota dalam Primkopkar
“Manunggal” Salatiga. Artinya semakin tinggi persepsi anggota terhadap pelayanan di
Primkopkar “Manunggal” maka semakin tinggi pula partisipasi anggota dalam pengembangan Primkopkar “Manunggal”
Salatiga.
2.3.3. Persepsi Anggota Terhadap Manfaat di Primkopkar “Manunggal”