Gambar 2.3. Struktur kimia xanthan gum Rowe, dkk., 2009.
2.6 Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Hasil ekstraksi disebut dengan ekstrak, yaitu sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan. Simplisia yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah
bahan alamiah yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan Ditjen POM, 2000.
A. Maserasi
Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope umumnya terpotong-
Universitas Sumatera Utara
terpotong atau berupa serbuk kasar disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya rendaman tersebut disimpan terlindung cahaya langsung
mencegah reaksi yang dikatalis cahaya atau perubahan warna dan dikocok berulang-ulang kira-kira 3 kali sehari. Waktu lamanya maserasi berbeda-
beda, masing-masing farmakope mencantumkan 4-10 hari. Secara teoritis pada suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin
besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh Voight, 1995.
2.7 Rambut
Rambut dapat menyerap air dan bahan kimia dari luar. Komposisi rambut terdiri atas zat karbon ±51, hidrogen 6, nitrogen 17, sulfur 5,
dan oksigen 21. Rambut mudah dibentuk dengan pemanasan atau bahan kimia Wasitaatmadja, 1997.
2.7.1. Anatomi rambut
Rambut dapat dibedakan menjadi bagian-bagian rambut seperti yang terlihat pada Gambar 2.4 berikut:
Gambar 2.4. Anatomi rambut Mitsui, 1997.
Universitas Sumatera Utara
a. Ujung rambut
Pada rambut yang baru tumbuh serta sama sekali belum atau tidak pernah dipotong mempunyai ujung rambut yang runcing.
b. Batang rambut
Batang rambut adalah bagian rambut yang terdapat di atas permukaan kulit berupa benang-benang halus yang terdiri dari zat tanduk atau keratin.
Batang rambut terdiri dari 3 lapisan: 1.
Selaput rambut Kutikula Kutikula adalah lapisan yang paling luar dari rambut yang terdiri
atas sel-sel tanduk yang gepeng atau pipih dan tersusun seperti sisik ikan. Kutikula ini berfungsi sebagai pelindung rambut dari kekeringan dan
masuknya bahan asing ke dalam batang rambut Barel, dkk., 2009. 2.
Kulit rambut Korteks Korteks terdiri atas sel-sel tanduk yang membentuk kumparan,
tersusun secara memanjang, dan mengandung melanin. Granul-granul pigmen yang terdapat pada korteks ini akan memberikan warna pada
rambut. Sel-sel tanduk terdiri atas serabut-serabut keratin yang tersusun memanjang. Tiap serabut terbentuk oleh molekul-molekul keratin seperti
tali dalam bentuk spiral Bariqina dan Ideawati, 2001. 3.
Sumsum rambut Medula Medula terletak pada lapisan paling dalam dari batang rambut yang
dibentuk oleh zat tanduk yang tersusun sangat renggang dan membentuk semacam jalaanyaman sehingga terdapat rongga-rongga yang berisi udara.
Universitas Sumatera Utara
c. Akar Rambut
Akar rambut adalah bagian rambut yang tertanam di dalam kulit. Bagian-bagian dari akar rambut adalah sebagai berikut:
1. Kantong rambut Folikel
Folikel merupakan saluran menyerupai tabung, berfungsi untuk melindung akar rambut, mulai permukaan kulit sampai bagian terbawah
umbi rambut. 2.
Papil rambut Papil rambut adalah bulatan kecil yang bentuknya melengkung,
terletak di bagian terbawah dari folikel rambut dan menjorok masuk ke dalam umbi rambut. Papil rambut bertugas membuat atau memproduksi
bermacam-macam zat yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut. Misalnya sel-sel tunas rambut, zat protein yang membentuk keratin, zat
makanan untuk rambut, zat melanosit yang membentuk melanin. 3.
Umbi rambut Matriks Matriks adalah ujung akar rambut terbawah yang melebar. Struktur
bagian akar rambut ini berbeda dengan struktur batang dan akar rambut diatasnya. Pada umbi rambut melekat otot penegak rambut yang
menyebabkan rambut halus berdiri bila ada suatu rangsangan dari luar tubuh Bariqina dan Ideawati, 2001.
Universitas Sumatera Utara
2.7.2. Jenis rambut
a. Jenis rambut menurut morfologinya, yaitu: 1. Rambut velus
Rambut velus adalah rambut sangat halus dengan pigmen sedikit. Rambut ini terdapat diseluruh tubuh kecuali pada bibir, telapak tangan,
dan kaki. 2. Rambut terminal
Rambut terminal adalah rambut yang sangat kasar dan tebal serta berpigmen banyak. Terdapat pada bagian tubuh tertentu seperti kepala,
alis, bulu mata, dan ketiak. b. Jenis rambut menurut sifatnya
1. Rambut berminyak
Jenis rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang bekerja secara berlebihan sehingga rambut selalu berminyak. Rambut berminyak
kelihatan mengkilap, tebal, dan lengket. 2.
Rambut normal Rambut ini mempunyai kelenjar minyak yang meproduksi minyak
secara cukup. Rambut normal lebih mudah pemeliharaannya serta tidak terlalu kaku sehingga mudah dibentuk menjadi berbagai jenis model
rambut. 3.
Rambut kering Jenis rambut ini tampak kering, mengembang, dan mudah rapuh.
Hal ini karena kandungan minyak pada kelenjar lemaknya sedikit sekali akibat kurang aktifnya kelenjar minyak Putro, 1998.
Universitas Sumatera Utara
2.7.3. Tekstur rambut
Tekstur rambut adalah sifat-sifat rambut yang dapat ditentukan dengan penglihatan, perabaan, atau pegangan, dapat berupa kasar, sedang, halus, atau
sangat halus. Sifat ini biasanya ditentukan oleh diameter rambut Scott, dkk., 1976. Pengertian ini meliputi sifat-sifat rambut sebagai berikut:
a. Kelebatan rambut Densitas rambut
Kelebatan rambut dapat ditentukan dengan melihat banyaknya batang rambut yang tumbuh di kulit kepala, rata-rata 90 helai rambut kasar sampai 130
helai rambut halus setiap sentimeter persegi. Banyaknya rambut yang tumbuh di seluruh kulit kepala berkisar antara 80.000-120.000 helai tergantung pada
halus kasarnya rambut seseorang. b.
Tebal halusnya rambut Tebal halusnya rambut ditentukan oleh banyaknya zat tanduk dalam
kulit rambut. Pada umumnya, rambut yang berwarna hitam dan cokelat lebih tebal daripada rambut merah atau pirang. Rambut di pelipis lebih halus
daripada rambut di daerah lain. c.
Kasar licinnya permukaan rambut Kasar licinnya permukaan rambut ini ditentukan melalui perabaan.
Permukaan rambut dikatakan lebih kasar jika sisik-sisik selaput rambut tidak teratur rapat satu dengan yang lain. Hal ini dapat juga disebabkan oleh kotoran
yang menempel pada permukaan rambut atau kelainan rambut yang berupa simpul.
Universitas Sumatera Utara
d. Kekuatan rambut
Sifat ini tergantung pada banyaknya dan kualitas zat tanduk dalam rambut. Kekuatan rambut dapat diketahui dengan cara meregangkan rambut
sampai putus. e.
Daya serap porositas rambut Porositas rambut adalah kemampuan rambut untuk mengisap cairan.
Porositas tergantung dari keadaan lapisan kutikula, yaitu lapisan rambut paling luar yang mempunyai sel-sel seperti sisik, bertumpuk-tumpuk membuka ke
arah ujung rambut. f.
Elastisitas rambut Elastisitas rambut adalah daya kemampuan rambut untuk memanjang
bila ditarik dan kembali kepada panjang semula jika dilepas. Normalnya, daya elastisitas rambut dapat mencapai kira-kira 20-40 dari panjang asli rambut.
Elastisitas pada rambut basah dapat mencapai 40-50 lebih panjang dari keadaan semula.
g. Plastisitas rambut
Plastisitas adalah sifat mudah tidaknya rambut dapat dibentuk Bariqina dan Ideawati, 2001.
2.7.4. Fisiologi rambut
Rambut dapat tumbuh dan bertambah panjang. Hal ini disebabkan karena sel-sel daerah matriksumbi rambut secara terus menerus membelah.
Rambut mengalami proses pertumbuhan menjadi dewasa dan bertambah panjang lalu rontok dan kemudian terjadi pergantian rambut baru. Inilah yang
dinamakan siklus pertumbuhan rambut Rostamailis, dkk., 2008.
Universitas Sumatera Utara
Pertumbuhan rambut mengalami pergantian melalui 3 fase, yaitu Tranggono dan Latifah, 2007:
a. Fase anagen fase pertumbuhan
Fase anagen adalah fase pertumbuhan rambut ketika papil rambut terus membentuk sel rambut secara mitosis. Fase anagen berlangsung 2-5 tahun.
b. Fase katagen fase istirahat
Fase ini berlangsung hanya beberapa minggu. Selama fase istirahat, rambut berhenti tumbuh, umbi rambut mengkerut dan menjauhkan diri dari papil
rambut, membentuk bonggol rambut, tetapi rambut belum rontok. c.
Fase telogen fase kerontokan Fase ini berlangsung lebih kurang 100 hari. Ketika rambut baru sudah cukup
panjang dan akan keluar dari kulit, rambut lama akan terdesak dan rontok. Pada akhir fase ini, folikel rambut beralih ke fase anagen secara spontan.
2.8 Pewarnaan Rambut
Sediaan pewarna rambut adalah sediaan kosmetika yang digunakan dalam tatarias rambut untuk mewarnai rambut, baik untuk mengembalikan
warna rambut asalnya atau warna lain Ditjen POM, 1985. Warna rambut manusia bermacam-macam, tergantung pada jenis pigmen yang terdapat di
dalam korteks rambut. Ketika usia semakin lanjut maka warna rambut semakin memutih, karena mulai kehilangan pigmen yang disebabkan oleh menurunnya
fungsi melanosit dan menurunnya aktivitas tirosin. Pemutihan rambut juga dapat terjadi karena faktor keturunan Putro, 1998. Zat warna mulai bekerja
saat kontak dengan lapisan terluar dari rambut. Disini terjadi adsorpsi berupa
Universitas Sumatera Utara
fenomena antarmuka padat-cair. Zat warna rambut melewati kompleks membran sel dan melalui kutikula masuk ke dalam korteks secara permeasi dan
difusi Mitsui, 1997. Pewarnaan rambut dapat dibedakan menjadi Ditjen POM, 1985:
1. Pewarnaan berdasarkan daya lekat zat warna.
2. Pewarnaan berdasarkan proses sistem pewarnaan.
2.8.1. Berdasarkan daya lekat zat warna 2.8.1.1. Pewarna rambut temporer
Pewarna rambut temporer bertahan pada rambut untuk waktu yang singkat, hanya sampai pada penyampoan berikutnya. Pewarna ini melapisi
kutikula rambut tetapi tidak berpenetrasi ke dalam korteks rambut karena molekul-molekulnya terlalu besar Dalton, 1985.
Jenis sediaan pewarna rambut yang digunakan untuk pewarnaan rambut temporer meliputi bilasan warna, sampo warna termasuk juga kombinasinya
dengan bilasan warna, krayon rambut, dan semprot pewarnaan rambut Ditjen POM, 1985.
2.8.1.2. Pewarna rambut semipermanen
Pewarna rambut semipermanen adalah pewarna rambut yang memiliki daya lekat tidak terlalu lama, daya lekatnya ada yang 4-6 minggu, ada juga 6-8
minggu. Bahan pewarna ini dapat berasal dari alami atau zat warna sintetik golongan nitro senyawa amino dan nitro aromatik. Pewarnaan rambut ini
masih dapat tahan terhadap keramas, tetapi jika berulang dikeramas, zat warnanya akan luntur juga Ditjen POM, 1985. Tujuan pemberian pewarna
semipermanen selain untuk menyegarkan warna rambut yang kusam, dapat
Universitas Sumatera Utara
pula digunakan saat pewarnaan permanen untuk mempertahankan kemilau rambut Bariqina dan Ideawati, 2001.
2.8.1.3. Pewarna rambut permanen
Pewarna rambut permanen berpenetrasi ke dalam kutikula dan tersimpan pada korteks rambut Dalton, 1985. Pewarna rambut jenis ini
memiliki daya lekat yang jauh lebih lama sehingga tidak luntur karena keramas dengan sampo dan dapat bertahan 3-4 bulan Ditjen POM, 1985. Susunan
rambut atau berbagai macam tebal rambut akan mempengaruhi daya penyerapan cat. Pada umumnya, rambut halus lebih cepat dan lebih mudah
menyerap cat dibanding rambut kasar dan tebal Bariqina dan Ideawati, 2001. Mekanisme penempatan zat warna dari ketiga jenis pewarna rambut di
atas yang diilustrasikan pada sehelai rambut dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut:
a b
c
Gambar 2.5. Penempatan zat warna pada proses pewarnaan rambut Mitsui,
1997. Keterangan:
a = Pewarna rambut temporer
b = Pewarna rambut semi permanen
c = Pewarna rambut permanen
Universitas Sumatera Utara
2.8.2. Berdasarkan proses sistem pewarnaan
Berdasarkan proses sistem pewarnaan, pewarna rambut dibagi 2 golongan:
2.8.2.1. Pewarna rambut langsung
Sediaan pewarna rambut langsung telah menggunakan zat warna, sehingga dapat langsung digunakan dalam pewarnaan rambut tanpa terlebih
dahulu harus dibangkitkan dengan pembangkit warna, pewarna rambut langsung terdiri dari:
1. Pewarna rambut langsung dengan zat warna alam.
2. Pewarna rambut langsung dengan zat warna sintetik.
Zat warna alam meliputi bahan warna nabati, ekstrak, sari komponen warna bahan nabati. Sedangkan zat warna sintetik berdasarkan pola warna
komponen warna bahan nabati.
2.8.2.2. Pewarna rambut tidak langsung
Pewarna rambut tidak langsung disajikan dalam dua komponen yaitu masing-masing berisi komponen zat warna dan komponen pembangkit warna.
Pewarna rambut tidak langsung terdiri dari: 1.
Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna senyawa logam. 2.
Pewarna rambut tidak langsung dengan zat warna oksidatif. Dalam hal ini peranan pewarna rambut ditentukan oleh jenis senyawa
logam dan jenis pembangkit warnanya. Jenis senyawa logam yang digunakan misalnya tembaga II sulfat, zat pembangkitnya misalnya pirogalol Badan
POM, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.9 Uji Iritasi
Sebagian besar zat yang terkandung dalam pewarna rambut merupakan iritan kulit, reaksi iritan ini dapat terjadi secara spontan atau tidak spontan
tergantung dari jenis zat dan kadar yang dilekatkan. Banyak produk kosmetik yang dapat menyebabkan gangguan kulit yang bersifat iritan ataupun alergi.
Uji keamanan yang dilakukan pada kosmetika meliputi dua aspek, yakni uji keamanan sebagai bahan dan uji keamanan untuk produk kosmetika sebelum
diedarkan. Uji keamanan produk kosmetika dilakukan pada panel manusia untuk menetapkan apakah produk kosmetika itu memberikan efek toksik atau
tidak Ditjen POM, 1985. Zat yang pertama kali digunakan sebagai bahan untuk produksi
kosmetika harus dikaji dan diuji efektivitas dan keamanannya. Prosedur dan tata cara pengkajian dan pengujiannya dilakukan sama seperti halnya pada obat
dan makanan. Adanya analogi dalam prosedur dan tata cara yang harus dilakukan dalam uji keamanan, maka zat yang sudah digunakan dalam obat dan
makanan, dapat dianggap telah dilakukan uji keamanan sehingga dapat digunakan dalam produksi kosetika Ditjen POM, 1985.
Untuk mencegah terjadinya reaksi iritasi terhadap produk pewarna rambut, perlu dilakukan uji iritasi terhadap sukarelawan. Uji iritasi ini dapat
dilakukan dengan mengoleskan sediaan pewarna rambut pada lengan bawah bagian dalam atau bagian belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam untuk
kemudian diamati apakah terjadi reaksi iritasi Scott, dkk., 1976.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Alat-alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca listrik, blender, ayakan, batang pengaduk, pinset, kertas perkamen, gunting, tisu
gulung, rotary evaporator, cotton buds, plat tetes, mikroskop elektron Carlzeiss jena, lemari pengering, freeze dryer, dan alat-alat gelas yang
diperlukan.
3.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun keben, etanol 70, pirogalol, tembaga II sulfat, xanthan gum, aquadest, FeCl
3,
kloralhidrat dan rambut uban.
3.3 Prosedur Kerja 3.3.1. Pengumpulan sampel
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah
daun keben Barringtonia asiatica Kurz. yang masih muda 5 helai dari ujung daun yang diambil dari tumbuhan yang telah dewasa di halaman Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara USU, Medan.
3.3.2. Identifikasi sampel
Identifikasi tumbuhan dilakukan di laboratorium Herbarium Medanense Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara