Pirogalol Tembaga II Sulfat Xanthan Gum

A. Katekol

Katekol mempunyai struktur kimia seperti terlihat pada Gambar 2.1 berikut: Gambar 2.1. Struktur kimia katekol Deliana, 2003. Pemerian : Bentuk padat, kristal tak berwarna, berbau seperti fenol, warnanya berubah menjadi cokelat jika terpapar udara dan cahaya, berat molekul 110,11, titik didih 245 O C, titik lebur 105 O C. Kelarutan : larut dalam air dan alkohol, sukar larut dalam kloroform dan eter Badan POM, 2010. Katekol dapat digunakan untuk pembuatan antioksidan, dalam formulasi farmasi, parfum, tinta, insektisida, dan bahan pengoksidasi pewarna rambut Badan POM, 2010.

2.3 Pirogalol

Pirogalol mempunyai struktur kimia seperti terlihat pada Gambar 2.2 berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2. Struktur kimia pirogalol Sweetman, 2009. Pemerian : Padatan hablur putih atau hablur tidak berwarna dengan berat molekul 126, 1. Suhu lebur : 133 o C Ditjen POM, 1995. Pirogalol bersifat sebagai reduktor mudah teroksidasi. Dalam bentuk larutan akan menjadi warna gelap jika terkena udara. Jika pemakaiannya dicampur dengan zat warna yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, pirogalol berfungsi sebagai zat pembangkit warna dan dikombinasikan dengan pewarna logam lain. Ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan agar zat warna dapat menempel lebih kuat lagi pada rambut dibandingkan pada saat sebelum dicampur. Pirogalol diizinkan digunakan sebagai zat pembangkit warna dengan batas kadar 5 Ditjen POM, 1985.

2.4 Tembaga II Sulfat

Tembaga II sulfat merupakan senyawa logam yang dapat digunakan sebagai pewarna pada rambut. Pemerian : Berbentuk serbuk atau granul berwarna biru, transparan dengan berat molekul 249,68 Ditjen POM, 1995. Kelarutan : larut dalam air, alkohol, dan gliserol Sweetman, 2009. Universitas Sumatera Utara Tembaga II sulfat digunakan dalam cat rambut yang memberikan warna cokelat dan hitam. Warna tersebut terjadi karena tembaga sulfat berubah menjadi tembaga oksida Bariqina dan Ideawati, 2001. Tembaga II sulfat termasuk ke dalam zat warna senyawa logam. Daya lekat zat warna senyawa logam umumnya tidak sekuat zat warna nabati, karena itu jika digunakan langsung harus dilakukan tiap hari hingga terbangkit corak warna yang dikehendaki Ditjen POM, 1985.

2.5 Xanthan Gum

Xanthan gum adalah gum hasil fermentasi karbohidrat tepung kastanye oleh Xanthomonas campestris yang dimurnikan. Merupakan garam natrium, kalium, atau kalsium dari suatu polisakarida dengan bobot molekul besar yang mengandung D-glukosa, manosa, dan asam glukoronat. Berupa serbuk putih atau putih kekuningan, larut dalam air dan memberikan viskositas yang tinggi dalam larutan. Xanthan gum juga mengandung tidak kurang dari 1,5 asam piruvat Sweetman, 2009. Xanthan gum banyak digunakan dalam formulasi sediaan oral, topikal, kosmetik, dan makanan sebagai bahan pensuspensi serta bahan pengemulsi. Gum ini tidak toksik, dapat tercampurkan dengan banyak bahan farmasetikal, dan memiliki stabilitas serta viskositas yang baik pada range pH dan temperatur yang luas Rowe, dkk., 2009. Struktur kimia xanthan gum dapat dilihat pada Gambar 2.3. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3. Struktur kimia xanthan gum Rowe, dkk., 2009.

2.6 Ekstraksi